5 Tonggak Humanisme Dalam Pendidikan

Tulisan ini sangat teoritis. Semoga dimaklumi saja ya. Gunungkidul memang “dipinggirkan” oleh Kota Pendidikan. Hehehe… Setidaknya, tulisan ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali ingatan kita tentang pentingnya pendidikan saat pandemi Covid 19. Baiklah, kita mulai yuk pembicaraan tentang 5 Tonggak Humanisme dalam Pendidikan.

Tonggak Pertama

Tonggak Pertama adalah John Dewey. Dewey adalah seorang filsuf yang mengembangkan Filsafat Pragmatisme. Menurutnya, pendidikan adalah aktivitas sosial dan sekolah adalah agen sosial yang membantu membentuk karakter dan perilaku manusia muda.

Bacaan Lainnya

Dalam konsepsi Dewey, sekolah harus memiliki sifat sosial, ilmiah, dan demokratis. Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri dan bukan tempat untuk mempersiapkan hidup. Maka yang terpenting dan mutlak adalah pengalaman individual peserta didik. Dewey menolak gagasan Pendidikan Tradisional yang menekankan pada pelaksanaan kurikulum secara ketat.

Dewey akhirnya mengusulkan model Pendidikan Progresif. Pendidikan ini mengembangkan sikap demokratis dan menerapkan metode-metode manusiawi yang mendasarkan pada pengalaman dan potensi anak. Mulai dari titik inilah pendidikan bisa disebut proses humanisasi peserta didik.

Tonggak Kedua

Tonggak kedua dibangun oleh Erich Fromm. Fromm mengkritik pendidikan karena menjadi tempat pembantaian spontanitas dan memanipulasi perasaan-perasaan, pikiran dan harapan peserta didik.

Pendidikan terlalu banyak memberikan ancaman, menghukum dan menakut-nakuti peserta didik. Jika perasaan anak dipangkas dan dibinasakan maka pada akhirnya anak akan mengalami mati-rasa secara sosial. Pendidikan harus menghargai perasaan spontan peserta didik.

Jika pendidikan hanya menyuapi anak dengan fakta dan informasi namun tanpa melibatkan anak untuk berpikir, hal ini justru melumpuhkan pemikiran orisinil peserta didik.

Tonggak Ketiga

Tonggak Ketiga dipersembahkan untuk Paolo Freire. Gagasan Freire tentang pendidikan didasari oleh situasi penindasan. Pendidikan adalah jalan menuju pembebasan yang permanen. Gagasan Freire bisa dibagi dalam 2 tahap. Tahap pertama, manusia harus menyadari arti pentingnya pembebasan dan berpartisipasi dalam tindakan mengubah keadaan tersebut. Kedua, menyusun agenda-agenda tindakan kultural. Jika tahap pertama berusaha menyingkap selubung penindasan, maka tahap kedua mengarahkan pendidikan sebagai proses pembebasan yang permanen.

Pendidikan adalah kewajiban humanis dan liberal. Pendidikan bukan hanya membebaskan, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan dominasi pendidik. Freire menolak pendidikan “Gaya Bank”.

Tonggak Keempat

Tonggak Keempat adalah milik Richard Rorty. Rorty adalah murid Dewey. Rorty bertolak dari sudut epistemologis. Rorty tidak tertarik dengan istilah “Education”. Istilah “Education” baginya terlalu hambar dan datar. Sebagai gantinya, Rorty menggagas istilah “Edifikasi”. Istilah ini dipahami sebagai proses penemuan diri dengan cara mengungkapkan. Proses ini dikembangkan melalui metode-metode hermeneutis dan aktifitas poetic.

Menurut Rorty, pendidikan dimulai dari proses akulturasi sebagai tahap pencarian akan objektivitas dan mencapai kesadaran sosial. Sehingga apa yang penting dalam pendidikan adalah bagaimana sosialisasi dan individualisasi bisa menyatu dan berbaur dengan lingkungannya.

Pendidikan dasar dan menengah diarahkan pada kebiasaan berinteraksi dengan pendapat para orang tua dan menguji kebenaran. Di jenjang ini bukan untuk menentang yang berlaku mengenai apa yang salah dan benar.

Sedangkan pada jenjang pendidikan tinggi, diarahkan pada pembentukan citra diri. Pada jenjang ini menekankan pada fakta, persoalan sosial, membangkitkan keraguan dan merangsang imajinasi hingga menentang konsensus yang berlaku.

Rorty nampaknya mementingkan kreativitas peserta didik dan bagaimana cara mengungkapkannya. Rorty mengkritik pendidikan yang hanya menghasilkan pribadi yang patuh. Kepatuhan hanyalah bentuk lain dari proses penjinakan terhadap peserta didik.

Tonggak Kelima

Siapa tokoh pendidikan yang layak ditempatkan di Tonggak Kelima? Tidaklah terlalu mengada-ada jika Tonggak Kelima adalah diri kita masing-masing. Tonggak Kelima adalah Anda!!! Anda adalah pendidik utama dan terpenting dalam seluruh kehidupan anak Anda. Anda adalah Homo Creator, manusia pencipta yang mampu memfasilitasi proses kemanusiaan anak Anda.

Keunikan Anda adalah pantulan keunikan, kegembiraan dan semangat hidup anak Anda. Tidak ada istilah orang tua gagal dalam mendidik anak. Fakta yang ada adalah orang tua malas untuk mendidik diri sendiri sebelum mendidik anak-anaknya.

***

Facebook Comments Box

Pos terkait