Aku dan Muridku Belajar dari Simbah Petani Desa

Jalan pagi bersama siswa-siswaku, mendapat berkah pengalaman dari simbah petani tentang Sumur Gedhe. Foto: Ninik.

Untuk mengurangi kejenuhan dan lebih mencintai lingkungannya, anak-anak memang perlu untuk diajak jalan santai dengan penuh kegembiraan. Seperti hari ini, dari kelas 1 sampai kelas 6 sebanyak 130 siswa berjalan berurutan menyusuri jalan kampung didampingi guru kelas masing-masing. Kelas 6 berjalan paling belakang.

“Bu, Bu!” Teriak salah satu siswaku, aku terkejut dan menoleh.

Bacaan Lainnya

Ternyata ada seorangĀ simbah. Ia segera turun dari sepedanya pas dibelakangku. Mangga, Mbah”, aku mempersilahkannya sambil “njempol“.

Tetapi simbah itu kelihatannya “semlengeren” melihat deretan panjang sebatas mata memandang anak anak berjalan disebelah kiri. Tampak ibu gurunya sesekali berjalan di sebelah kanan mengatur barisan. Akhirnya simbah itu malah mengalah dan memilih berjalan beriringan denganku.

Mbah, Badhe ngrumput dhateng pundi?” Tanyaku membuka pembicaraan.

Sumur gede mriku, Bu, niki SD pundi to kok kathah banget murid, kaya ra pedhot-pedhot?“, ucapnya.

Menika saking SD Muhammadiyah Mulusan 1, Mbah“, sahutku.

Dalam batinku berkata, wah, pas banget ini momentumnya mencintai lingkungan. Pasti simbah ini tahu tentang sejarah Sumur Gede.

Nyuwun sewu, menawi Sumur Gede menika sejarahipun kados pundi, Mbah?“. Aku mulai ingin tahu lebih banyak.

Oh, riyen rak manuk-manuk sik nemokke. Trus tiyang-tiyang ndusun sami kerja bakti mbabati grumbul wau, pranyata ing grumbul wau wonten belik sing tuk e gedhe banget. Kaliyan tiyang-tiyang, tuk wau disumpeli “duk” lajeng dikuras, bareng pun resik, toyanipun dialirke teng ndusun. Emang sakmenika sampun boten dingge malih kok, Bu, sakniki toya pun kathah, banyu PAM nggih pun ngalir,” kata simbah itu.

Sebenarnya aku masih ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang hal ini dari simbah petani yang melintas tadi. Sayangnya, aku harus mengajak anak-anak berbelok ke arah sekolah lagi.

Matur nuwun nggih, Mbah. Insyaa Allah benjang pinanggih malih,” kataku menutup perjumpaan dengan simbah tadi. Simbah kemudian melanjutkan perjalanannya dengan mengayuh sepedanya.

“Semoga Allah memperlancar dan memudahkan urusan dan rizkimu Mbah. Cepet rampung anggone golek pakan, ndang mantuk, ora telat Jumatan,” bisikku dalam hati.

Salam Jumat yang penuh berkah.

****

Facebook Comments Box

Pos terkait