Apa Itu Herd Immunity?

Ilustrasi herd imunity. Dok: mlive.com.

SEPUTARGK.ID – Pemerintah saat ini sedang menggenjot pelaksanaan program vaksinasi Covid-19. Di lapangan, para pemimpin daerah juga terlihat sibuk melakukan promosi dan monitoring proses vaksinasi yang dilaksanakan oleh instansi terkait dan lembaga-lembaga pendukungnya. Para pejabat sering mendengungkan bahwa digenjotnya program vaksinasi Covid-19 dimaksudkan agar segera tercapai herd immunity. Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan herd immunity?

Kemenkes RI dalam laman infeksiemerging.go.id menjelaskan, bahwa herd immunity adalah adalah ketika sebagian besar populasi kebal terhadap penyakit menular tertentu, sehingga memberikan perlindungan tidak langsung atau kekebalan kelompok bagi mereka yang tidak kebal terhadap penyakit menular tersebut.

Bacaan Lainnya

Masih menurut penjelasan Kemenkes, Misalnya terdapat sejumlah 80% populasi kebal terhadap suatu virus, maka empat dari setiap lima orang yang bertemu seseorang dengan penyakit tersebut tidak akan sakit dan tidak akan menyebarkan virus tersebut lebih jauh. Dengan cara ini, penyebaran penyakit tersebut dapat dikendalikan. Kemudian, yang perlu dicatat, pengendalian penyakit infeksi bergantung pada seberapa menular suatu infeksi. Biasanya 70% hingga 90% populasi membutuhkan kekebalan untuk mencapai kekebalan kelompok.

Senanda dengan Kemenkes, WHO mengenalkan herd immunity sebagai ‘kekebalan populasi’. Definisi herd immunity menurut WHO adalah perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang terjadi ketika suatu populasi kebal baik melalui vaksinasi atau kekebalan yang dikembangkan melalui infeksi sebelumnya. WHO mendukung pencapaian ‘kekebalan kawanan’ melalui vaksinasi. Jadi bukan dengan membiarkan penyakit menyebar melalui segmen populasi mana pun, karena ini akan mengakibatkan kasus dan kematian yang tidak perlu.

Chief Scientist WHO Dr Soumya Swaminatah menjelaskan, kekebalan kelompok terhadap COVID-19 harus dicapai dengan tetap melindungi masyarakat. Hal ini tentunya dapat dicapai melalui vaksinasi, bukan dengan memaparkan mereka pada patogen penyebab penyakit. Menurut penjelasan WHO, vaksin bekerja dengan melatih sistem kekebalan tubuh kita untuk membuat protein yang melawan penyakit, yang dikenal sebagai ‘antibodi’, seperti yang akan terjadi ketika kita terpapar suatu penyakit tetapi – yang terpenting – vaksin bekerja tanpa membuat kita sakit. Orang yang divaksinasi berarti dilindungi dari penyakit yang dimaksud, dan menghentikan menularkan patogen, sehingga memutus rantai penularan  penyakit dimaksud.

Untuk mencapai kekebalan kelompok dengan aman terhadap COVID-19, maka sebagian besar populasi perlu divaksinasi, menurunkan jumlah keseluruhan virus yang dapat menyebar di seluruh populasi. Salah satu tujuan dari upaya-upaya menuju kekebalan kelompok adalah untuk menjaga kelompok rentan yang tidak dapat divaksinasi (misalnya karena kondisi kesehatan seperti reaksi alergi terhadap vaksin) aman dan terlindungi dari penyakit.

Persentase orang yang perlu kebal untuk mencapai kekebalan kelompok bervariasi untuk setiap penyakit. Misalnya, kekebalan kawanan terhadap campak membutuhkan sekitar 95% populasi untuk divaksinasi. Maka, 5% sisanya akan dilindungi oleh fakta bahwa campak tidak akan menyebar di antara mereka yang divaksinasi. Sedangkan untuk polio, ambang batasnya sekitar 80%.

Proporsi populasi yang harus divaksinasi terhadap COVID-19 untuk mulai menginduksi kekebalan kelompok belum diketahui. Saat ini sedang diteliti dan masih memerlukan waktu. Proporsi populasi yang harus divaksin kemungkinan akan bervariasi menurut komunitas, vaksin, populasi yang diprioritaskan untuk vaksinasi, dan faktor lainnya.

Mencapai kekebalan kelompok dengan vaksin yang aman dan efektif membuat penyakit lebih jarang dan menyelamatkan nyawa. Karena itu, mari bersama berpartisipasi dalam program vaksinasi, agar kekebalan kelompok segera tercapai, sehingga kehidupan new normal dapat kita jalankan dengan tanpa pembatasan-pembatasan yang kaku dan menghimpit mobilitas.

***

 

Facebook Comments Box

Pos terkait