Ayo Jangan Abaikan Potensi Limbah Kacang Tanah Sebagai Pakan Ternak!

Panen kacang tanah, limbahnya bisa sebagai pakan ternak. Dok: Antaranews.

Sobat peternak Gunungkidul yang budiman. Kita semua sudah paham bahwa budidaya kacang tanah sangat populer di wilayah kita Gunungkidul. Mengapa? Budidaya kacang tanah memang cocok dengan kondisi tanah dan pola pertanian lahan kering. Nah, selain menghasilkan kacang tanah sebagai produk utamanya, limbah kacang tanah berupa daun maupun dahan bahkan kulit kacangnya biasa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Rendeng adalah istilah lokal untuk daun dan dahan kacang tanah yang biasa diberikan kepada sapi atau kambing juga domba piaraan para petani.

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan atau legum anggota suku Fabaceae. Kacang tanah telah lama dibudidayakan serta menjadi kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dengan daun-daun kecil tersusun majemuk. Di Indonesia, ia dikenal pula sebagai kacang una, suuk (Sd.), kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, serta kacang banggala.

Bacaan Lainnya

Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai bahasa Inggris: peanut, groundnut. Kacang Tanah merupakan tanaman polong-polongan yang digunakan untuk diambil bijinya dan salah satu komoditi tanaman pangan terbanyak di Indonesia. Tanaman ini biasanya dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedangkan bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati dan minyak dan lain lain.

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu penghasil kacang tanah. Luas lahan panenan tanam kacang tanah di Gunungkidul tercatat seluas 54.098 ha di tahun 2020 (Kab Gunungkidul Dalam Angka 2021). Dengan angka empiris produksi kacang tanah kering rata-rata 11,59 kwintal/ha, maka perkiraan produksi kacang tanah per tahun berkisar 62.699 ton/tahun. Perhitungan ini dengan asumsi tanaman kacang di biasanya ditanam 1 kali dalam 1 tahun daur pertanian sesudah penanaman padi. Namun, di beberapa wilayah Gunungkidul ada yang menanam 2 kali dalam satu tahun daur pertanian. Karena itu perkiraan tonase produksi kacang tanah di Gunungkidul bisa lebih besar lagi.

Para peternak di Gunungkidul biasanya mengalami krisis pakan ternak pada musim kemarau. Saat di mana para petani dan peternak stok hijauan pakan ternaknya benar-benar menipis bahkan habis, sehingga kadang kala kulakan tebon jagung atau rumput kolonjono dari daerah Bantul, Sleman, Klaten, Sukoharjo, dan lainnya. Pada saat musim kemarau inilah para petani dan peternak memanfaatkan rendeng atau limbah tanaman kacang tanah yang sudah dikeringkan sebagai salah satu sumber pakan ternaknya.

Budidaya kacang tanah memang sangat berpotensi menghasilkan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah yang di hasilkan dari tanaman pangan kacang tanah di antaranya jerami kacang tanah serta kulit kacang tanah. Selain itu kacang tanah juga di gunakan dalam berbagai industri pengolahan pangan, dimana juga menghasilkan limbah di antaranya kulit ari kacang tanah serta bungkil kacang tanah. Jerami kacang tanah segar dihasilkan dari budidaya kacang tanah sekitar 6,52 ton/ha. Sedangkan kulit kacang tanah di hasilkan dari 27% jumlah produksi kacang.

Jerami kacang tanah sebagai hijauan pakan ternak di kabupaten Gunungkidul cukup melimpah, sehingga dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Dengan perkiraan luas panenan kacang tanah di Gunungkidul 54.098 ha, maka perkiraan limbah kacang tanah berupa jerami kacang tanah segar yang dihasilkan oleh Kabupaten Gunungkidul berkisar 352.718 ton/tahun. Adapun perkiraan jumlah kulit kacang tanah yang dihasilkan oleh Kabupaten Gunungkidul sejumlah 16.928 ton/tahun.

Limbah kacang tanah cukup potensial sebagai sumber pakan. Mengapa? Karena ditunjang dengan nilai nutrisi yang baik dari hasil produksi kacang tanah. Adapun kandungan nutrisi dari kacang tanah adalah sebagai berikut :

Jerami Kacang Tanah Segar (Tanpa Biji/Kulit)

  • Bahan Kering 35%
  • Kadar Abu 3.9 %
  • Serat Kasar 8 %
  • Lemak Kasar 0.8 %
  • Protein Kasar 5.3 %
  • Kalsium 0.53 %
  • Fosfor 0.07 %

Jerami Kacang Tanah Kering (Tanpa Biji/Kulit)

  • Bahan Kering 86%
  • Kadar Abu 10.6 %
  • Serat Kasar 25.8 %
  • Lemak Kasar 2.3 %
  • Protein Kasar 12.6 %
  • Kalsium 1.29 %
  • Fosfor 0.17 %

Bungkil Kacang Tanah

  • Bahan Kering 86%
  • Kadar Abu 6.2 %
  • Serat Kasar 11 %
  • Lemak Kasar 2.4 %
  • Protein Kasar 48.4 %
  • Kalsium 0.17 %
  • Fosfor 0.53 %

Kacang Tanah dengan Kulit

  • Bahan Kering 86%
  • Kadar Abu 2.3 %
  • Serat Kasar 2.4 %
  • Lemak Kasar 42.9 %
  • Protein Kasar 26.5 %
  • Kalsium 0.06 %
  • Fosfor 0.39 %

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai lumbung ternak (sapi maupun kambing). Pengembangan ternak sapi dan kambing ini menjadi potensi wilayah yang tak dapat diabaikan, meski terkadang Kabupaten Gunungkidul dicap sebagai kawasan kering miskin.

Ternak sapi dan kambing sesungguhnya menjadi potensi unggulan wilayah Kabupaten Gunungkidul dan sangat dirasakan berguna dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Data BPS Kapupaten Gunungkidul (2022) menunjukkan ternak sapi potong sejumlah 161.655 ekor dan ternak kambing 204.123 ekor. Permasalahan yang sering dilontarkan adalah apakah stok pakan ternak cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan ternak manakala memasuki musim kemarau?

Karena itu, potensi limbah kacang tanah sebagai salah satu pemenuhan sumber pakan ternak ruminansia terutama sapi dan kambing ini sangat memungkinkan. Karena itu, mari  gunakan limbah dari kacang tanah baik berupa jerami maupun kulit kacang untuk pakan ternak. Adapun keunggulan bila menggunakan limbah dari kacang tanah semua ternak sapi lebih menyukainya.

***

Referensi: Priya Anugera Sudarmo, S.Pt., Pengawas Mutu Pakan Ahli Muda, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar.

Facebook Comments Box

Pos terkait