Bagaimana Pohon Bisa Melindungi Tanah dan Air?

Pepohonan di hutan Wanagama, mampu tumbuh di tanah tipis di atas lapis batuan kapur. Foto: TW.

Ini masih crita ngalor-ngidul tentang pepohonan dalam kaitan dengan bagaimana mereka bisa melindungi tanah dan air. Meski cerita ringan, saya berusaha mencuplik dari referensi yang dapat dipertanggung- jawabkan, karena nek nggak gitu, nanti jadi bahan eyel-eyelan waton sulaya.

Apabila ada di antara sedulur yang pernah dolan atau jalan-jalan ke hutan Wanagama di Playen, pasti menjumpai pepohonan seperti yang saya sertakan dalam foto berikut. Ya, sebuah foto di mana tumbuh pohon besar yang sebagian sisi lapis tanah dan batuannya telah dikepras. Kita bisa menyaksikan secara nyata, bahwa ada pohon yang mampu tumbuh dalam lapis tipis tanah permukaan yang di bawahnya berupa lapis batu kapur.

Bacaan Lainnya

Melihat spot pohon tersebut, barangkali kita semua menjadi teringat kisah jaman dulu tentang gersang gundulnya lahan hutan Gunungkidul akibat penebangan hutan yang terus-menerus dan mungkin juga karena penebangan liar. Ketika hutan gundul, maka lapis tanah permukaan tentu terbawa aliran air ketika hujan, sehingga yang tersisa tinggal lapis bebatuan kapur. Bertahun-tahun itu terjadi pada jaman dahulu. Itulah mengapa daerah kita dahulu dijuluki “tanah gersang” dan “daerah larang banyu“. Masyarakatnya disebut wong nggunungwong pengalasan, dan sebagainya. Oke nggak usah tersinggung, ngungkut atau marah-marah ya, karena memang wilayah kita dulu dominannya adalah wilayah hutan. Juga situasi nyata daerah kita pada jaman dulu memang pernah gersang, tandus dan larang banyu. Masa lalu yang kelam namun patut dikenang, agar menjadi pembelajaran baik di masa mendatang.

Lokasi pohon tumbuh di atas lapis tipis tanah dan batuan itu jelas bukan spot fotogenik buat motret model cantik atau ganteng atau foto selfie. Tapi, itulah spot nyata laboratorium kehutanan yang disediakan pihak pengelola hutan Wanagama. Agar siapa saja yang mau belajar bisa mudah memahami bagaimana “cara kerja” pepohonan mampu menjaga dan menyelamatkan lapisan tanah dan air dalam tanah. Sehingga apa? Sehingga tidak terjadi tanah yang hilang kesapu banjir manakala hujan datang. Sehingga air hujan ada yang meresap dan tersimpan di dalam tanah. Air hujan tidak begitu saja semua langsung lari mengalir ke sungai dan akhirnya ke laut.

Untuk lebih dalam memahami, yuk kita ikuti cuplikan hasil riset yang dilakukan Anik Nur Hidayati dkk (dalam Prosiding Semnas Mas Biodiv Indonesia, Vol 5 No 1, Maret 2019) sbb:

Vegetasi merupakan unsur pokok dalam usaha konservasi tanah dan air. Keberadaan hutan menjadikan tanah berpori sehingga air mudah terserap ke dalam tanah. Hal ini akan membantu meningkatkan persediaan air tanah sekaligus menghindari terjadinya banjir. Setiap jenis vegetasi terutama pada tingkatan pohon memiliki karakteristik masing-masing yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitarnya. memiliki karakteristik masing-masing yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitarnya. Kehadiran vegetasi akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas pada suatu lansekap dengan pengaruh yang bervariasi.

Vegetasi mempengaruhi siklus hidrologi melalui pengaruhnya terhadap air hujan yang jatuh dari atmosfer ke permukan bumi, ke tanah dan batuan yang dibawahnya. Keberadaan vegetasi hutan dan seresah menyebabkan air hujan yang jatuh di atas lahan tidak semuanya menjadi aliran permukaan, bahkan hampir sebagian besar mampu diubah menjadi air bawah permukaan (groundwater). Kondisi demikian tidak hanya penting dalam penyediaan air tanah, namun lebih jauh dari itu sangat penting dalam mempertahankan kestabilan tanah terutama di daerah-daerah berlereng curam.

Berbagai jenis vegetasi mempunyai peranan masing-masing dalam menekan aliran permukaan yang ditimbulkan dari aliran air hujan. Berdasarkan hal tersebut, pemahaman mengenai potensi tumbuhan penekan aliran permukaan beserta peranan ekologisnya dalam mendukung konservasi tanah dan air sangat diperlukan. Selain itu, hal yang tak kalah penting untuk dalam mengkonservasi tanah dan air adalah dengan memberdayakan tanaman lokal. Tanaman lokal diyakini oleh masyarakat tradisional mampu menjaga keberadaan sumber-sumber air alami dan menjaga kelestarian tanah.

Demikian cuplikan dongeng ilmiah yang ditulis Anik Nur Hidayati dkk tersebut. Nah, tentunya kita jadi tambah paham bagi yang belum paham seperti saya ini, dan yang sudah paham sejak dulu kala bolehlah menjadi bacaan ulang pengingat hal penting tapi kenyataannya sering diabaikan pada saat ini.

Sebelum kita muluk-muluk ngrembug harapan agar air merata di seluruh rumah penduduk di seluruh area Gunungkidul bisa mancur-curr dengan jaringan perpipaan, ada baiknya kita tetap eling. Ngrembug banyu itu sejatinya adalah ngrembug konservasi tanah dan air. Konservasi tanah dan air artinya menjaga tata guna lahan dan keberlangsungan tutupan lahan dengan vegetasi yang beragam tentunya. Cekak aos-nya, ayo nandur tanam tumbuh entah itu di hutan atau lahan pekarangan. Itu awal mulanya air tanah tetap terjaga.

Referensi: Anik Nur Hidayati, Atus Syahbudin, Dwi Tyaningsih Adriyanti, Aulia Alizar Anam, Dina Salima: Peran Bulu (Ficus Elasticus) sebagai Upaya Konservasi Tanah dan Air di Hutan Bulupitu, Kebumen, Jawa Tengah, Prosiding Semnas Mas Biodiv Indonesia, Vol 5 No 1, Maret 2019.

Facebook Comments Box

Pos terkait