Lapak gorengan saya tutup lebih awal. Kecuali karena hanya menghabiskan bahan sisa kemarin. Hari Senin 27 Juli 2020 ini sekitaran Bunderan Siono terasa sepi lebih cepat.
Namun status Wiratmojo Duto tanggal 26 Juli 2020, terngiang terus setiap saat.
“… MENGGUNAKAN DANA PEMERINTAH UNTUK KEPENTINGAN SALAH SATU CALON …”
Terasa tegas dan pasti validitasnya tidak perlu diragukan. Dana pemerintah HANYA untuk kepentingan salah satu calon?! KEJAM! Politik itu benar-benar kejam. Pemikiran atas kekejaman politik ini membuat saya lambat mengemasi semua barang di lapak saya.
Apalagi ada satu tanggapan menarik dari akun Cipto Gundeol Raharjo yang sepertinya menyepakati bahwa hal demikian adalah lumrah dilakukan. Wajar (kalau saya tidak salah mengartikan maksudnya).
“Yang sudah sering jadi tim sukses Calon Bupati tentu sangat tahu bagaimana memanfaatkan peluang, situasi dan kondisi, rak yo to Bos?”,
sambil menyebut nama politisi muda Gunungkidul yang juga dikenal tegas dan berani, Danang Ardianta.
Sambil menunggu minyak goreng mendingin setelah api kompor dimatikan, otak saya terus berputar, kira-kira bagaimana metode PENGGUNAAN DANA PEMERINTAH yang dimaksud dalam status Wiratmojo Duta itu? Pertanyaan yang saya coba dapatkan jawaban melalui analisa ala bakul gorengan tidak membuahkan hasil. Bahkan respon “Iso iyo, iso ora” membuat saya semakin tidak paham dengan teori konspirasi yang mungkin sangat bisa terjadi pada Pilkada 2020 di Gunungkidul ini.
Minyak goreng telah dingin, minyak bekas menggoreng saya pindahkan, kemudian wajan harus saya cuci. Saat mencuci wajan berminyak itulah saya ingat status yang ditulis Politikus Golkar Gunungkidul idola saya pada pukul kira-kira 11 siang, tak lain beliau adalah Slamet Harjo. Apa status yang ditulisnya?
“Kapan Mereka Harus Mundur Dari TNI dan ASN … ?”
Ooopppssss … hampir saja saya menyeka jidat saya menggunakan busa cuci yang penuh dengan sabun dan masih berminyak. Apakah status ini bisa saya gunakan untuk pura-pura memikirkan tentang PENGGUNAAN DANA PEMERINTAH?
Melelahkan kalau saya ikuti konsep yang berliku ini. Yang mudah bagi bakul gorengan adalah berpikir bahwa TNI dan ASN di gaji dari uang rakyat. TITIK!
Tapi, bukankah ke 3 bakal calon bupati (setelah Wahyu Purwanto mundur dari Nasdem) adalah mendapat gaji dari uang rakyat? Apakah uang rakyat juga termasuk kategori DANA Pemerintah?
Mencari jawaban pasti tentang semua itu tentu tidak mudah bagi seorang bakul gorengan, yang membuka lapak di trotoar, yang jelas-jelas merampas hak pejalan kaki, kabarnya. Dan mungkin iya! Ingat, Pedagang Kaki Lima di trotoar adalah PERAMPAS HAK Pejalan kaki!
Jalan satu-satunya yang bisa saya lakukan di jaman ini adalah mencari tahu biografi dari ketiga bacabup melalui wikipedia atau dunia maya.
Wajan penggorengan yang saya cuci sambil menerka-nerka semua itu sudah bersih, tinggal menggeringkan, untuk kemudian masuk ke gerobak penyimpanan. Sambil menunggu keringnya wajan penggorengan setelah tercuci. Saya mencari tahu melalui id.wikipedia.org di Hp android saya.
Url id.wikipedia.org/wiki/Sutrisna_Wibawa mengarahkan saya untuk mengenal sosok Sutrisna Wibawa.
Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (lahir di Gunungkidul, 1 September 1959; umur 60 tahun). Pernah menjabat sebagai Sekretaris Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset,Teknologi dan Pendidikan. Jabatan saat ini adalah REKTOR UNY. Dan masih banyak lagi tentang beliau.
Sebagai bakul gorengan tentu hanya bisa berdecak kagum dengan profile beliau. Orang Hebat! Bangga menjadi orang Gunungkidul yang memiliki tokoh putra daerah seperti Rektor Universitas Negeri Yogyakarta satu ini.
Lalu saya mencari tahu tentang bacabup yang diusung oleh PDIP, Bambang Wisnu Handoyo. Wikipedia tidak menghadirkan informasi apapun tentang sosok satu ini. Mesin pencari di android saya hanya menampilkan bahwa beliau adalah ASN Aktif sebagai Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) DI. Yogyakarta. Latar belakang pendidikan dan keluarga tidak saya temukan. Bisa saya pastikan beliau bukan putra daerah Gunungkidul.
Yang terakhir adalah Sunaryanto, atau sering disebut Mayor Sunaryanto. Warga Gunungkidul sudah banyak yang tahu nama beliau. Anggota TNI AD aktif kelahiran Kwarasan, Nglipar, Gunungkidul ini menjadi tokoh fenomenal pada Pilkada 2020 kali ini. Lagi-lagi detail latar belakang pendidikan dan keluarga beliau tidak bisa dengan mudah saya temukan. Hanya saya teringat dengan yang pernah disampaikan oleh Slamet Harjo bahwa Sunaryanto adalah anak didiknya di SMEA Teruna Jaya, Nglipar.
Sebentar, saya masukan dulu wajan dan perabotan yang sudah bersih dan kering ke dalam gerobak lapak saya.
Rektor UNY, Kadis DPPKA DIY, TNI AD RI. Bukankah ketiganya adalah orang-orang yang dalam bekerjanya digaji dengan uang rakyat semua? Apakah itu gaji mereka adalah Dana Pemerintah?
Barangkali harus saya tilik dari setiap kegiatan beliau bertiga di Gunungkidul dalam rangka Pilkada 2020 ini. Sebagai titik tilik saya, mereka semua masih aktif sebagai ASN dan TNI, ini saja dulu!
Gerobak lapak harus saya kembalikan ke tempatnya. Hari sudah semakin malam. Tapi riuh kabar tentang pergerakan Nasdem seusai mundurnya Wahyu Purwanto terdengar jelas sayupnya. 9 kursi di DPRD bukan kekuatan yang hanya layak jadi pengekor. Bahkan sendiri seperti keberanian PDIP pun sangat bisa.
Tapi beranda facebook saya lagi-lagi menampilkan status Slamet Harjo yang tegas menyampaikan pesan,
“Dalam UU Parpol Kedudukan DPP bak Dewa Pencabut Nyawa Dalam serial Bratayuda”.
Sedangkan Ketua DPD PKB Gunungkidul dalam video yang diunggah oleh akun Yuli Saptono juga jelas menyampaikan,
“…positif, untuk periode ini PKB bersama Golkar untuk mendukung H.Sunaryanto untuk menjadi calon Bupati Gunungkidul. Untuk wakilnya sudah deal sama Pak Heri Siswanto (Heri Susanto maksud beliau)”
Keputusan DPP kah?
Ketua Umum PKB adalah Muhaimin Iskandar adik dari Menteri Desa PDTT, Halim Iskandar, yang mendapat H.C Doktoral dari UNY yang Rektornya adalah Sutrisna Wibawa. Dan DPP Golkar Ketua Umumnya adalah Dr. Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T. Berkekuatan Dewa-kah DPP Partai yang mereka pimpin?
Patung Kendang di Budaran Siono juga tak bisa menjawab apapun, selain dalam sunyi seolah berkata
“Perhatikan saja kemana arah Kenthi Wiri Cupu Panjolo menghadap!”
-Bersambung-
#GunungkidulGreteh