Bukan Pilkada (3)

Memancing ikan di telaga. Foto: Iwan.

“Cukupp, Mbakkkk, sudah satu jam lebih, istirahat dulu!!”

Tak terasa aliran darah naik ke kepala lebih deras begitu melihat pemandangan yang sama sejak sejam yang lalu. Ia tiduran di kamar dengan posisi gadget masih lekat di tangan kanan. Ku coba mengingatkan waktu pemakaian gawai yang sudah terlampaui dan menyuruhnya jeda. Suaraku agak kenceng, ngegas gitu, dan mataku melotot.

Bacaan Lainnya

“Iyaaa…”

Terasa ada ungkapan ketakutannya. Saya agak menyesal telah mengeluarkan suara yang menghentak, menyeruduk bagai badak. Mungkin culanya merompalkan sebagian perasaan.

Sebagai orangtua, kejadian itu kurefleksikan…

Teknologi komunikasi sangat berjasa pada masa pandemi ini, ia menemukan momennya. Hasil akal budi manusia itu jelas patut disyukuri. Ia sangat perkasa pada era revolusi industri 4.0 dan pada masa dirumahsaja, terasa pas berfungsi.

Sebenarnya, ia bukan lawan bak monster yang menerkam atau memangsa bocah seperti dalam dongeng anak. Ada aneka konten yang bisa dilihat dan bahkan asyiknya tak terbendung bagai tsunami komunikasi.

“Lho, kita asyik sendiri-sendiri ya!” Kadang ada momen kesadaran bersama yang bikin terkaget-kaget. Kami duduk di satu ruang, saat fisik berdekatan namun afeksi berjauhan: pegang hape sendiri-sendiri.

Yang jelas kutak rela semua direbutnya. Kontestasi ini terasa terbuka dan penuh resiko. Terbuka karena semua kasat mata dan tak terbatas. Penuh resiko contohnya kadang tak sadar bentakan menimbulkan efek ketakutan. Sering pula menuntutnya mengurangi memegang hape namun sering diri tak patut teladani.

Dalam persaingan ini, dua pendekatan yang kulakukan, pendekatan yang bisa dibilang kasar dan lembut.

Pendekatan lembut kujalani, selain rutin membaca cerita dari Bobo atau menuturkan pengalaman masa silam, kami juga asyik belajar bersama di alam. Kami belajar menata hati dengan memancing ikan, sabar memasang cacing sebagai umpan dan menunggu disambar ikan.

Kuajak dia wawancara dengan Mbah Ginem tentang proses menabur gabah, mengairi dan menjaga tanaman padi. Begitu juga caranya menakut-nakuti ratusan burung pipit yang hendak berpesta buliran-buliran menggiurkan.

Kontestasi asyik belum usai.

Facebook Comments Box

Pos terkait