Cerita Dibalik Kemunculan Goa Maria Ibu-Ku Giri Wening Gedangsari

Goa Maria Ibu-Ku Giri Wening. Foto: Istimewa
Goa Maria Ibu-Ku Giri Wening. Foto: Istimewa

GEDANGSARI,— Belum banyak yang tahu bagaimana latar belakang keberadaan Goa Maria Ibu-Ku Giri Wening. Ternyata tempat peribadatan umat Kristiani yang berada Di Desa Sampang, Kecamatan Gedangsari ini memiliki latar belakang unik.

Menurut pengakuan pemuda asal Padukuhan Sengon Kerep, RT 02/ 04, Desa Sampang, Suroyo (39) menjadi penemu pertama kali goa tersebut. Didampingi ibunya, Gito Suwarno (71) Suroyo menceritakan bagaimana kisah penemuan goa tersebut.

Ketika masih lajang Suroyo sering menyendiri atau bersemedi/ sesirih (berdoa) di depan rumahnya setiap tengah malam. Hal tersebut dilakukan tak hanya sekali dua kali tetapi hingga berbulan bulan.

“Tujuannya berdoa waktu itu supaya segera memperoleh jodoh, sebab berulang kali hendak berumah tangga selalu gagal,” tutur Suroyo.

Pada suatu malam, Suroyo mengaku mendapat petunjuk lain. Muncul sinar putih kebiru-biruan turun dari langit menuju kearah sebuah batu besar. Lokasi batu tersebut letaknya tidak jauh dari rumahnya, dan kebetulan berada ditanah milik orang tuanya sendiri.

Peristiwa itu Suroyo sampaikan kepada keluarganya, khususnya kepada orang tuanya. Lantas muncul saran dari keluarga supaya tempat itu dilestarikan untuk tempat berdo’a bagi umat Kristen Katholik.

“Kemudian dimusrawarahkan dengan jemaat dan masyarakat di lingkungan sekitar, kemudian disepakati untuk dibangun tempat peribadatan yang dinamakan Goa Maria Wahyu Ibu-Ku Giri Wening,” lanjutnya.

Suroyo juga menceritakan, bahwa selepas disepakatinya Goa Maria Wahyu Ibu-Ku Giri Wening sebagai tempat peribadatan masyarakat di sekitar tidak timbul gejolak, tetap adem ayem, tidak ada kasak-kusuk disana-sini. Bahkan dalam rangka mengerjakan pembagunanpun secara bersama-sama, tidak membedakan muslim dan non muslim. Warga lingkungan sekitar terlibat.

“Semua kerja bau membahu, pokoknya guyup rukun dan nampak harmonis,” imbuh Suroyo

Dengan dukungan biaya dari jemaat dan donatur Goa Maria Wahyu Ibu-Ku Giri Wening berhasil dibangun. Berdiri megah selaras dengan kondisi lingkungan sekitar.

Perjalanan pemanfaatan Goa Maria sempat terganggu, seperti diketahui pada tahun 2016 keberadaan Goa Maria dipermasalahkan oleh sekelompok masyarakat. Muncul gugatan dari sebagian masyarakat kepada Bupati Gunungkidul, karena memberikan Surat Keputussan (SK) untuk tempat peribadatan.

Bupati Gunungkidul, Hj. Badingah,S. Sos digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara, dengan gugatan perkara no.12/G/2016/PTUN.YK. Gugatan sengketa Tata Usaha Negara terkait penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Goa Maria Wahyu Ibu-Ku Giri wening.

Namun demikian, sampai sekarang tempat peribadatan ini  masih digunakan oleh para jemaatnya dengan tenang, sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. (JNE)

Facebook Comments Box

Pos terkait