Cethik Geni

Cethik geni atau daden geni. Upaya menyulut api di perapian kayu. Foto: Woro.

Cethik geni adalah istilah yang biasa dipakai oleh masyarakat perdesaan sisi selatan Gunungkidul untuk menyebut aktivitas yang dilakukan untuk membuat bara api di tungku pawon. Cethik geni diawali dengan membakar bahan-bahan yang mudah terbakar semisal ranting-ranting kecil atau dedaunan yang kering.

Bisa juga kertas, plastik, sabut kelapa, atau jerami padi. Setelahnya barulah akan diberi ‘rencek‘, ‘lengar‘, atau kayu bakar yang lebih besar dan awet.

Cethik geni adalah aktivitas sepele, namun tak mudah dilakukan. Terlebih bagi orang yang belum terbiasa dan kurang sabar. Membuat bara api berbahan bakar kayu tak mesti sekali sulut jadi.

Apalagi bila rencek atau kayu bakar belum kering sempurna. Kegagalan kerap terjadi, maka prosesnya mesti berulang. Bagi orang yang tak cukup sabar bahkan sering menyiramkan minyak tanah secara berlebihan dengan tujuan nyala api cepat membesar.

Sebagian besar ibu-ibu muda jaman ‘now’ barangkali sudah tak lagi melakukan cethik geni, mengingat sudah tersedianya cara lain yang lebih praktis, mudah, bersih dan tak terlalu berasap dalam wujud kompor gas.

Penyebutan ‘cethik geni‘ populer di daerah bagian selatan Gunungkidul. Setahu saya, untuk daerah Gunungkidul bagian tengah dan utara usaha menyalakan bara api lebih dikenal sebagai ‘daden geni‘.

***
Lokasi: Pakel, Hargosari, Tanjungsari

Facebook Comments Box

Pos terkait