Cuci Darah Bukan Kendala untuk Berjualan Mebel Keliling Desa

Giyarno berjualan mebel keliling dengan motor. Swara/Kandar

Ana sewu siji dalan anggone Gusti maringi rejeki. Seribu satu jalan tentu bukanlah laku pasif sembari menengadahkan tangan “nyuwun separing-paringipun, Den”. Cara itulah yang diyakini Giyarno (39), warga Dusun Geger Desa Pengkol Kecamatan Nglipar. Dengan motor bebek Supra X, setiap hari ia berkeliling desa menjajakan kursi panjang, meja, lemari kecil, dan aneka produk mebel lainnya hasil para pengrajin mebel murah-meriah di desanya.

“Sudah 5 tahun lebih saya jualan keliling dengan motor. Sebenarnya jualan kelilingan dengan motor tidak hanya saya sendiri. Ada beberapa teman dari desa kami juga jualan mebel dengan motor. Kalau dahulu menjumpai orang yang dagang mebel dengan cara dipikul dan berkeliling, itu juga dari dusun kami. Sekarang jualan keliling diteruskan warga muda dengan memakai motor seperti saya ini,” ungkap Giyarno.

Bacaan Lainnya

Dusun Geger Desa Pengkol Nglipar memang sudah lama dikenal sebagai sentra industri pertukangan kayu. Produk andalannya berupa mebel perkakas rumah tangga. Perkakas rumah tangga yang menjadi kebutuhan pokok rumah tangga, seperti: meja, kursi, dipan, lemari, rak perkakas dapur, dan sebagainya. Kelebihan sentra industri mebel di dusun ini adalah pada harganya yang terjangkau, menyasar konsumen menengah bawah.

Boleh dikatakan mebel perkakas rumah tangga dari dusun ini sebenarnya dijual dengan murah meriah. Yang penting cepat laku, uang cepat berputar. Sebagai contoh: kursi panjang (lincak) seharga Rp 200 ribu, dipan ukuran 120×200 Rp 350-400 ribu, lemari kecil Rp 250 ribu, meja 100x50x70 Rp 200 ribu. Harga aneka mebel tersebut bisa terjangkau atau murah karena para pengrajin mebel mempergunakan kayu jenis akasia atau mahoni yang dihasilkan oleh masyarakat dari tanaman hutan rakyat di pekarangan-pekarangan milik mereka.

“Usaha pertukangan perkakas rumah tangga sudah menjadi pekerjaan turun-temurun di dusun kami. Bahan pokok yang digunakan ya dari kayu akasia dan kayu mahoni yang ada banyak di wilayah kami. Ada banyak warga yang berusaha pertukangan, sehingga bagaimana caranya agar produk mebel yang dihasilkan cepat terjual, uang dapat cepat berputar, produksi jalan terus, rejeki kami juga terus mengalir,” ujar Giyarno.

Sebagaimana usaha yang dilakukan tetangga dan saudaranya, Giyarno juga sempat ikut memproduksi mebel dari awal, sejak memotong dan mengolah gelondong kayu menjadi produk mebel jadi. Namun, saat ini ia fokus pada usaha finishing produk dan menjajakan mebel dengan cara berjualan secara keliling.

“Untuk jualan mebel keliling dengan sepeda motor, hampir separuh wilayah Gunungkidul sudah saya jelajahi. Kalau pas muter, saya jelajahi desa-desa di Nglipar, Ngawen, Semin, Karangmojo, Ponjong, Semanu, Wonosari, dan Playen. Untuk wilayah selatan, saya pernah jualan sampai Tepus dan Tanjungsari. Pernah dagangan saya, kursi panjang itu laku di Pantai Krakal,” ujar Giyarno.

Dalam sehari, ia berjualan keliling rata-rata satu sampai dua putaran. Ketika barang dagangannya laku, maka ia segera kembali ke dusunnya untuk mengambil barang dagangan dan kembali berkeliling. Tetapi saat laku di area yang jauh tempat tinggalnya, maka ia putuskan untuk pulang dan jualan keliling di hari berikutnya.

Selain di wilayah Gunungkidul, Giyarno juga mencoba peruntungan dengan jualan keliling ke area kabupaten tetangga. Ia sudah terbiasa membawa mebel dagangannnya dengan motor mencoba peruntungan di area Bayat, Cawas di Klaten, dan sampai pula di area Manyaran Wonogiri. Ia mengaku, barang dagangannya juga laku dan diminati.

Giyarno juga coba-coba berjualan mebel perkakas rumah tangga secara online. Awalnya ia iseng memposting foto aneka produk mebelnya dan mencantumkan nomor kontak telepon dan whatsapp pada group-group jualan di facebook. Ternyata ada yang merespon produknya, sehingga ia mendapatkan pelanggan dari pesanan secara online tersebut. Ia mengaku, dari upaya coba-coba berjualan secara online tersebut sangat membantu dan meningkatkan jumlah penjualannya.

Ia juga mengungkapkan pengalaman berjualan secara online. Sehabis keliling jualan mebel, ia pernah menawarkan hasil cangkokan jambu air kualitas super hasil indukan di pekarangan rumahnya. Tak disangka ternyata ada yang berminat dan membelinya. Menurutnya, jualan secara online itu sangat membuka peluang datangnya rejeki, sehingga saat ini ia makin aktif menawarkan produk mebelnya secara online.

“Saya makin bersemangat karena memudahkan saya dalam berjualan keliling. Order produk mebel juga sering saya dapatkan dari pasang iklan secara online, sehingga saya makin mantap jualan secara keliling dan mengantarkan pesanan sampai rumah pembeli,” ungkapnya.

Ditanya bagaimana hasil dari jualan keliling yang telah dilakukannya, Giyarno mengaku, usaha yang dijalaninya ini mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Saat ini Giyarno memiliki 2 anak, usia kelas 3 SD dan TK B. “Alhamdulillah, dari apa yang saya kerjakan ini dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga saya. Saya bersyukur bisa menghidupi anak-anak dan istri dari jualan mebel keliling ini,” ujarnya.

Giyarno juga berkisah, sebelum menekuni usaha jualan mebel keliling, ia sempat merantau dan bekerja di bidang pelayaran. Lulusan SMK Teruna Jaya Nglipar ini pernah bekerja pada perusahaan pelayaran penangkapan ikan di Jepang. Dari hasil kerja di pelayanan itu ia dapat menabung dan digunakan untuk membangun rumah di desanya. Kenapa ia berhenti dari pelayaran, rupanya Giyarno sempat mengalami gangguan ginjal sehingga tidak memungkinkan untuk meneruskannya.

“Jujur saya akui, saat ini saya menjadi pasien tetap cuci darah RSUD Wonosari. Setiap Senin dan Kamis saya cuci darah, sehingga libur jualan. Kondisi saya memang terbatas, tetapi saya tetap semangat bekerja, karena saya masih ingin mendampingi istri untuk melihat anak-anak saya tumbuh menjadi dewasa,” ungkap Giyarno.

Ia mengaku, selama 7 tahun pengobatan, 2 tahun pertama ia harus mengeluarkan biaya cuci darah di sebuah RS di Yogyakarta. Selama 5 tahun terakhir, keperluan cuci darahnya sangat terbantu adanya Jamkesmas/KIS (Kartu Indonesia Sehat). Melalui JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang biayanya ditanggung pemerintah, ia sangat merasakan kemudahan, sehingga ia mampu mengkonsentrasikan hasil pendapatan usahanya untuk menghidupi keluarganya.

Ketegaran dan kegigihan Giyarno itu tampak dalam usahanya yang tak kenal lelah berjualan mebel berkeliling dengan motor tuanya menyusuri jalanan dari desa ke desa. Ia memang harus menjaga kondisi fisiknya agar selalu fit dan tetap ceria penuh semangat dalam berjualan aneka mebel produksi dari warga di dusunnya.

Bila ada pembaca yang membutuhkan aneka produk mebel perkakas rumah tangga murah meriah harga terjangkau dapat menghubungi Giyarno di nomor telepon/whatsapp 087819902802. (Kandar).

Facebook Comments Box

Pos terkait