Data dan Peta Persebaran Covid-19 Bukan untuk Mengucilkan Orang

Dibalik transparansi publikasi data dan peta persebaran Covid-19 guna langkah pencegahan oleh semua pihak, ternyata sering kita jumpai kekeliruan atau salah kaprah. Contohnya, ketika dirilis 1 pasien positif corona di wilayah Kecamatan Playen, maka percakapan di beberapa grup medsos terjebak pada siapa namanya dan di mana alamatnya. Tapi malah lupa esensinya harus melakukan apa.

Keingintahuan siapa namanya alamat rumah di mana seringkali dilandasi alasan terlihat logis. Kenapa pemerintah nutu-nutupi informasi? Kenapa pemerintah masih tidak transparan? Jika kita tahu siapa di mana, khan kita bisa lebih waspada, kita bisa jaga diri, dan berbagai bla-bla-bla alasan lainnya. Apakah alasan-alasan seperti ini dapat dibenarkan?

Tidak. Tujuan dasar publikasi data positif corona, PDP, ODP adalah untuk mengetahui persebaran wabah penyakit dan dasar semua pihak melakukan penanganan. Dengan mengetahui data dan peta perkembangan persebaran atau epidemiologis di suatu wilayah, maka kita menjadi paham duduk permasalahannya, kemudian menjadi semakin peduli untuk melakukan langkah mencegah persebaran wabah dengan mengikuti anjuran dan perintah pihak yang berwenang.

Jadi, data dan peta persebaran positif corona, PDP, dan ODP yang transparan tersaji sampai tingkat kecamatan sama sekali tidak diperuntukkan buat menelisik dan menyelidiki orang-per orang, siapa sih nama orang yang positif, PDP, ODP, alamatnya di dusun/desa mana, RT berapa dan seterusnya.

Kita sering terjebak hanya ingin memuaskan rasa keingintahuan untuk mencari tahu siapa orangnya, rumahnya di mana, tetapi kita tidak bergerak melakukan apa-apa. Terkadang malah kepleset menambah heboh menebarkan berita dan informasi nama orang dan alamatnya ke mana-mana yang justru mengundang kepanikan. Bisa jadi, langkah kontraproduktif ini justru menjadikan ajang memusuhi orang dan mengucilkan keluarganya.

Setiap bidang pekerjaan pada dasarnya terikat pada kode etik dan prosedur standar yang telah ditetapkan. Pemerintah merilis data dan menyajikan peta persebaran wabah adalah salah satu bagian dari upaya penanggulangan penyakit. Mereka yang bekerja di bidang kesehatan pun terikat pada kode etik, bahwa mengumumkan pandemi penyakit tidak boleh merilis nama orang per orang, alamatnya, diagnosis tanpa seijin dari pasien dan keluarganya.

Karena pada dasarnya rekam medis yang dibuat di rumah sakit adalah data internal yang cukup diketahui tenaga kesehatan dan pasien yang dirawatnya. Pihak rumah sakit tidak bisa sembarangan mengeluarkan data rekam medis tanpa sepengetahuan pasien. Sebagai contoh, ketika Menkes dan Mensesneg mengumumkan nama pejabat menteri yang positif Covid dilakukan atas ijin keluarganya. Itu pun disampaikan dalam rangka menenangkan simpang-siur berita yang telah beredar di masyarakat.

Dalam situasi darurat wabah seperti saat ini, jurnalis media juga perlu mengingat kembali kode etik yang mengikat ketugasannya. Sudah terang benderang “do” dan “don’t” yang diberlakukan oleh Dewan Pers. Itu yang melandasi apa yang mestinya perlu diberitakan atau tidak layak diberitakan.

Kembali ke data dan peta persebaran Covid-19 yang telah dirilis Pemda DI Yogyakarta, dalam pengantarnya disebutkan, bahwa peta persebaran tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat. Disamping itu angka persebaran dapat dijadikan kewaspadaan kita bersama.

Terdapat pernyataan tegas, peta yang disajikan tidak menunjukkan zona merah. Karena secara epidemiologis wilayah DIY ini adalah wilayah yang padat, tidak tepisahkan, sehingga jangan dimaknai bahwa hanya kecamatan yang ada kasus yang perlu waspada.

Penyajian data dan peta adalah wujud komitmen keterbukaan informasi publik. Harapannya, semua masyarakat di DIY tetap waspada dan tidak panik, tetapi mengikuti arahan Gubernur bahwa mengurangi keluar rumah bila tidak penting, mengurangi berkumpul dengan banyak orang, rajin melakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, meningkatkan stamina tubuh dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Mari bersama-sama menjadi warga yang semakin bijak membaca dan menggunakan data. Mari putus hoax. Jika gadget kita menerima informasi tak berguna, mari hentikan di gadget kita.

***

Loading

Facebook Comments Box
Spread the love