Exploring Hargosari oleh Gunungkidul Photography

Sebagian dari keluarga exploring hargosari 2017
Sebagian dari keluarga exploring hargosari 2017.

Gunungkidul Photography (GP), komunitas fotografi yang berdiri sejak 2009 selalu mencoba memantapkan visinya yang tersemat dalam tag line Gunungkidul Photography “Membingkai Gunungkidul Dalam Lensa”. Salah satu komunitas pecinta fotografi di Gunungkidul ini, setelah berkali-kali mengadakan kegiatan exploring potensi desa melalui media fotografi, ditahun 2017 ini telah kembali mengadakan kegiatan tahunannya dengan kegiatan membingkai potensi-potensi Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul dalam acara EXPLORING HARGOSARI.

Berhiaskan hujan seharian, pada hari minggu, tanggal 12 Februari 2017 yang lalu Exploring Hargosari dilaksanakan. Potensi desa Hargosari menjadi obyek foto oleh fotografer profesional maupun hobies atau penikmat fotografi. Sebanyak 48 fotografer yang datang dari berbagai daerah “blusukan” di desa Hargosari. Pengrajin rotan & pelepah pohon pisang, rumah produksi manggleng dan rumah produksi pathilo menjadi andalan obyek foto potensi desa kategori UKMK.

Bacaan Lainnya

Forum Anak Desa Hargosari mempersembahkan Dolanan Anak di tanah becek karena terguyur hujan seharian. Dolanan Anak Benthik dan Jirak Cengklur menjadi obyek para fotografer yang datang dari Jakarta, Pemalang, Wonosobo, Solo, Magelang, Kulon Progo dan Jogja serta peserta dari Gunungkidul sendiri. Tari Rampak Rotan di bawakan dengan sangat apik oleh para remaja desa Hargosari. Para Remaja yang tergabung di Sanggar Mas Dwi menampilkan tarian ini di tengah jalan kampung desa Hargosari. Saking apiknya, peserta dari Jakarta memohon kepada anak-anak penari untuk menarikan kembali Tari Rampak Rotan di area parkir pasar Menthel.

Tari Rampak Rotan

Kehadiran Bupati Gunungkidul, Hj. Badingah S.Sos dan beberapa jajaran Dinas Gunungkidul yang tidak diduga oleh masyarakat Hargosari membuat acara semakin menarik dan semarak. Semangat anak-anak dan panitia yang terlibat begitu sangat membanggakan walau harus menerjang gerimis dan hujan. Langit yang tak begitu bersahabat untuk acara outdoor yang di adakan bersama Komunitas Jodipati dan Karang Taruna Desa tidak menyurutkan langkah untuk terus mengelar seluruh rangkaian acara.

Makanan tradisional gedang godog, kacang kreweng, telo goreng, krawu kimpul menjadi snack pengisi acara. Dan makanan khas Gunungkidul, thiwul, pecel, gudangan, tahu tempe bacem menjadi makanan favorit untuk makan siang seluruh peserta bahkan juga untuk sebagian warga yang berkenan. Sebisa mungkin memang disetiap event GP ingin selalu menghadirkan segala ke khas an Gunungkidul. Bahkan wisatawan dari Polandia dan Columbia yang hadir begitu sangat menikmati sajian kuliner warga Hargosari.

Tradisi Gumbregan warga desa Hargosari juga ditampilkan seusai ramah tamah dengan Pemdes Hargosari dan Dinas Pariwisata Gunungkidul sebagai obyek kegiatan fotografi ini. Memilih 2 kandang sapi, 2 kaum gumbregan di 2 lokasi berbeda menjadikan blusukan di desa Hargosari semakin menarik. Dengan fasihnya sang kaum menjelaskan filosofi tradisi budaya gumbregan ini dan ritual yang diperagakan. Informasi tentang tradisi ini menjadi tambahan wawasan akan budaya yang ada di Gunungkidul.

Tradisi Gumbregan desa Hargosari

Telaga Mojing menjadi spot yang cukup berat untuk peserta karena hujan tak juga berhenti. Peserta nampak antusias untuk melihat yang disajikan di Telaga Mojing. Art Performance ditampilkan oleh tim kreatif GP, Ngawe Team dengan tema “Selamatkan Telaga Kami”. Ngawe Tim yang bekerjasama dengan Performance Club Yogyakarta menyajikan deretan performance art yang membawa pesan bagaimana telaga-telaga di desa hargosari pernah dan akan terus menjadi harapan warga. Mereka menyajikan bagaimana telaga-telaga itu menjadi pengharapan warga. Warga Hargosari dan sekitarnya pernah makan, minum dan melakukan berbagai aktivitas keseharian dari air telaga yang tersebar di setiap sudut desa.  Namun sayang telah banyak telaga yang mengering.

Kembul Bujono di Telaga Mojing

Acara yang didukung oleh banyak pihak seperti Kampoeng Jelok Resto, Kopiteeam Wonosari, Gathot Thiwul “Yu Tum”, Candi Motor Wonosari, Aloina Gown & Dress, Adyakara Salon, Buana Digital Ngawen, Kelas Malam Community, Pokdarwis Nglambor Lestari dan kabarhandayani.com serta para donatur ini ditutup dengan penampilan beberapa model bertema “Beauty Ethnic”. Penampilan para model yang sedianya berlokasi di Alas Mojing dipindah ke area Pasar Menthel karena cuaca yang tidak memungkinkan.

Sesi modeling di Pasar Menthel

Dan di pagi buta sebelum acara dimulai, beberapa peserta yang sengaja menginap di lokasi mendapat kesempatan mengabadikan aktivitas Pasar Menthel yang hanya buka pada pasaran Pon dari pukul 02.00 – 07.00 WIB. Hampir setiap sudut disisir oleh para fotografer. Berbagai pedagang yang ada di pasar tak luput dari sergapan kamera-kamera fotografer. Bahkan fotografer profesional Misbachul Munir dengan semangat mengabadikan setiap geliat para pedagang di pasar tradisional ini.

Exploring Hargosari adalah salah satu bentuk sinergisitas antara berbagai komunitas dan program-program pemberdayaan masyarakat dengan berbagai potensi yang ada. Mencoba membuka jaringan antar stake holder dari berbagai latar belakang yang sama-sama memiliki niat membangun Gunungkidul kususnya dan Indonesia pada umumnya. Dengan harapan terciptanya kehidupan yang harmonis dan maju dalam peradaban tanpa kehilangan akar tradisi budaya kehidupan lokal. Memang jauh dari sempurna, tetapi GP mencobanya.

Salam Handayani, Salam Motret. Sampai jumpa pada event Exploring Desa oleh Gunungkidul Photography di Gunungkidul lagi. Terimakasih kepada seluruh pendukung acara ini. Mohon maaf segala kekurangan.

Cek youtube dokumentasi Exploring Hargosari http://www.youtube.com/watch?v=4w-w-_bi42s&feature=youtu.be&spfreload=5

Facebook Comments Box

Pos terkait