EXPLORING KEMIRI 2022, Dari Sekolah Menghargai Rasa Hingga Membingkai Potensi Desa Dalam Lensa

Exploring Kemiri

GP Exploring Gunungkidul adalah even tahunan Komunitas Gunungkidul Photography yang masih terus dilaksanakan setiap tahun. Sejak 2016, acara tahunan ini digelar bersemangatkan komunitas. Komunitas kere hore yang memiliki keinginan terlibat dalam gerak pembangunan di Gunungkidul secara mandiri dan tetap berdaya bersama.

Dinamika yang terjadi, ketika even mulai dicanangkan menjadi sebuah laboraturium alami untuk mendapatkan data, analisa serta antitesa tentang apa yang terjadi di tengah masyarakat. Sejak Exploring Kanigoro 2016, Exploring Hargosari 2017, Exploring Pilangrejo 2018, 2019 memilih jeda karena tahun politik. Maka Exploring Kedungpoh 2020 diadakan kembali.

Bacaan Lainnya

Exploring Kedungpoh di tahun 2020 pun meninggalkan kenangan atau sejarah yang bisa menjadi pertanda jaman. Beberapa hari setelah Exploring Kedungpoh usai, dunia diserang Pageblug Covid19 serentak, Indonesia mengalaminya. Semua yang kami bangun sejak awal untuk suksesi Exploring Kedungpoh 2020 serasa runtuh. Semua bentuk pendekatan kepada semua tingkatan masyarakat untuk mendapatkan potensi-potensi desa agar bisa menjadi obyek foto dalam exploring serasa menguap begitu saja.

Ternyata, Kedungpoh menunjukan keperkasaan jiwa besarnya. Mereka tetap menjaga semangat yang pernah bersama-sama dinyalakan para leluhur dan pepunden-pepundennya, untuk terus membangun desanya. Pelan tapi meyakinkan, mereka adaptasi dan terus bergerak maju. Bahkan Pak Lurah Dwiyono menginginkan, lagi.

Pageblug Covid19, sampai 2021 masih belum padam, seperti semangat komunitas untuk terus bisa berdaya bersama masyarakat desa melalui fotograi. New Normal dan Adaptasi menjadi cara komunitas untuk bangkit dan kembali bersinergi dengan berbagai stake holder desa. 2021 Komunitas tidak bisa tinggal diam, maka hadirlah even foto sederhana tapi tetap bermakna di Kalurahan Banaran dengan tajuk Banaran Foto Vibes yang mengangkat Keanekaragaman Kepercayaan Yang Meneguhkan Semangat Atasi Pandemi.

Mungkin Komunitas Gunungkidul Photography memang terlahir sebagai Komunitas yang terus gelisah, ingin terlibat dalam persoalan pembangunan ditengah masyarakat. Kalurahan Kemiri, Kapanewon Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul menjadi desa terpilih untuk agenda GP Exploring Gunungkidul 2022. Melewatkan Desa Karang Tengah dan Desa Plembutan yang masuk di daftar desa-desa potensial untuk diexplore. Lalu Kalurahan Kemiri dengan segala kurang lebihnya dipetakan bersama. Pemerintah Kalurahan menyambut kesempatan, warga masyarakat Kemiri menyambut dengan kegembiraan.

Maka metode pendekatan ke tengah masyarakat yang selama ini dilakukan oleh Komunitas Gunungkidul Photography kembali diuji di lapangan, bersandingan dengan berbagai pengumuman dan berita varian virus serta PPKM berlevel-levelan.

Dinamikanyapun memperluas pengetahuan dan wawasan komunitas tentang Gunungkidul secara dalam. Kalurahan Kemiri menambah pengetahuan kami tentang efek pesta demokrasi di tengah masyarakat perdesaaan secara sosial, ekonomi, budaya dan politik. Mungkin efek dari Pilkada 2020 akhir atau yang terdekat adalah Pilur 2021, menjadikan pandangan sebagian masyarakat perdesaan terasa berbeda terhadap kegiatan yang ingin dilakukan oleh Komunitas Gunungkidul Photography, Pemkal Kemiri dan Karang Taruna “Kridatama” Kemiri ini. Anggota komunitas yang berperan untuk melakukan riset kecil untuk mengungkap potensi sebuah desa agar bisa menjadi obyek exploring juga mendapatkan hal serupa di beberapa desa target explore sebelum akhirnya Kemiri menjadi pilihan.

Tapi lagi-lagi panitia dikejutkan oleh semangat membara warga Kalurahan Kemiri, Kapanewon Tanjungsari ini. Tidak dinyana, keinginan warga untuk terlibat begitu luar biasa. Keinginan untuk menjadikan potensi-potensi yang ada sebagai kebanggan desanya membuat Panitia dari Gunungkidul Photography agak mengalami kerepotan. Berjibunya potensi dan pelaku yang ingin terlibat, membuat Exploring Desa kali ini, layak menjadi sekolah alam kami dalam mata pelajaran “ngemong roso” namun tetap realitis dan sesuai dengan apa yang menjadi bidang dalam berkomunitas. Pesan Sri Sultan HB X di awal Pandemi teringat kembali “Jaga diri, Jaga Keluarga, Jaga Masyarakat” dan tentu Jaga Indonesia.

Selalu tidak mudah, tapi kata sakti dalam bahasa indonesia “BISA” menjadi penggangan erat Karang Taruna Kridatama yang menyakinkan Komunitas Gunungkidul Photography untuk semakin dalam bisa terlibat bersama-sama. Kata mantra optimisme BISA yang diterjemahkan dalam dialek khas Gunungkidulan menjadi “INJOH” dan tertuang dalam film pendek pra explore berjudul INJOH. https://youtu.be/fecrmYWKHIo

Berbagai potensi desa bermunculan, dari tema UMKM muncul industri-industri rumahan seperti kerajinan rotan, kerajinan kayu, warongko keris, tikar mendong, kerajinan bambu, batik dan banyak lagi. Bahkan industri rumahan produk makanan khas perdesaan berhamburan butuh penataan agar bisa menjadi bagian dari potensi yang diexplore.  Kerajinan bambu yang pelakunya adalah disabilitas, menjadi obyek menarik yang membawa pesan “Disabilitas yang inspiratif dan berdaya”. Bahwa keterbatasannya tidak mengurangi semangat membuktikan kemampuan.

Kreatifitas kelompok batik “Sekar Sogo” kalurahan Kemiri yang memproduksi simbol lokalnya yaitu Batik Bunga Telang menjadi obyek yang justru menarik perhatian peserta. Dikonsep oleh para pelaku sendiri atau anggota kelompok sebagai bentuk dari aktivitas warga setempat. Batik Sekar Sogo yang dibina oleh tokoh batik nasional kebanggan Indonesia,  Guntur Susilo, mendapat perhatian khusus dari para fotografer dan pecinta batik. Di spot batik ini, beberapa peserta tidak hanya memotret tapi menjadikan ini kesempatan untuk memiliki batik motif Bunga Telang produk warga Kemiri binaan Guntur Susilo.

Batik Sekar Sogo Kemiri
Salah satu anggota kelompok batik Sekar Sogo Kemiri dalam Exploring Kemiri 2022

Makanan khas perdesaaan olahan ketela, mokaf, aneka tempe, aneka jenang dan banyak lagi. Sayangnya yang mampu disajikan dalam even ini hanya pembuatan Jenang beras. Sementara produk olahan makanan tradisional  lainnya menjadi snack dan makan siang para peserta. Tapi justru makanan yang disajikan pada makan siang itu, menjadi obrolan panjang tentang kekayaan kuliner Gunungkidul yang luar biasa.

Dari obyek potensi kesenian, ada kethoprak, wayang, karawitan, toklik, gejog lesung, tari-tarian, terbangan dan banyak lagi yang memaksa panitia meramu agar exploring menjadi menarik dan tetap terus berdaya. Gejog Lesung, Terbangan dan Tari Gotong Royong menjadi obyek yang ditampilkan. Tari Gotong Royong yang dibawakan oleh Sanggar Seni Tresno Budaya Kemiri, dikemas apik dibawah resan atau pohon tua yang tetap dijaga keberadaannya oleh warga sekitar.

Sementara kekayaan tradisi budaya warga Kalurahan Kemiri yang begitu banyak, dihadirkan adanya tradisi Metingi dan Pasang Panjang Ilang. Mentingi sendiri adalah upacara selamatan ketika seorang balita berumur 7 bulan. Warga Desa Kemiri masih menjaga tradisi leluhur ini, melalui upacara Metingi dimana permohonan dalam ritualnya adalah sang bayi tumbuh sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan.

Sedangkan Upacara Pasang Panjang Ilang dalam Exploring Kemiri ini, adalah konsep kirab memasang Panjang Ilang. Dikemas kirab yang dibuka oleh Pesilat PSHT Desa Kemiri yang berpusat di Padukuhan Wates. Lalu disusul oleh barisan para perangkat dusun se Kalurahan Kemiri membawa Panjang Ilang yang terbuat dari Janur dan Daun Kelapa. Sebagai simbol untuk tetap menjaga dan mengingatkan betapa pentingnya pohon dan alam sekitar kita. Maka melalui Pasang Panjang Ilang ini warga masyarakat Kalurahan Kemiri, berharap untuk bisa saling mengingatkan agar bisa mempertahankan dan menjaga alam sekitar sebagai tempat hidup. Dalam obyek ini, upacara pasang panjang ilang dilengkapi dengan bagaimana masyarakat dahulu, memberi tanda bahwa pohon-pohon ini layak dijaga, yaitu dengan memberi kain mori atau ngemuli atau pasang langse pada pepohonan.

Para dukuh se-Kalurahan Kemiri membawa Panjang Ilang
Para Dukuh se-Kalurahan Kemiri membawa Panjang Ilang, sebagai simbol panutan warga untuk menjaga budaya dan alam sekitar.

Rangkaian acara Exploring Kemiri 2022 ditutup dengan penampilan Reog Tri Manunggal dari Padukuhan Bareng. Penampilan Reog ini menjadi hiburan persembahan seluruh panitia Exploring Kemiri untuk masyarakat sekitar yang telah bahu membahu demi terlaksananya acara Gunungkidul Phoography Exploring Gunungkidul pada Exploring Kemiri 2022 ini.

Banyak pihak yang mungkin kecewa dan kurang puas dengan Exploring Kemiri 2022. Selain hujan sampai siang hari membuat peserta dan panitia was-was, mungkin kemasan yang kurang fotografis dan warga masyarakat yang potensinya belum bisa terlibat secara maksimal. Tentu dari Panitia hanya bisa mohon maaf, selain menjadi bahan evaluasi Komunitas Gunungkidul Photografi untuk even selanjutnya. Maka kami akan tetap menjaga moto Gunungkidul Photography “Membingkai Gunungkidul Dalam Lensa”. Yang kali ini, puluhan lensa peserta belum mampu membingkai seluruh potensi yang ada di Kalurahan Kemiri.

Komunitas Gunungkidul Photography yang bersama-sama dengan Karang Taruna “Kridatama” dan Pemerintah Kalurahan Kemiri dalam Exploring Kemiri 2022 ini didukung oleh Naratama Tour and Travel, Colorcast, Bakmi Jawa Pak Wiwid, Teras Project, Toko Anak Lanang Kemiri, Diva Pictures, Omahena Resto, Magnifico Studio,   Duta Daya Dhaksinarga, Tujuh Matahari, Kabar Handayani dan dari pihak-pihak yang bersifat tidak mengikat.

Menukil kalimat motivatif dari Mas Ngadimin yang turut berproses sejak awal “Walau kesel, klocrot, sido ora pener. Tapi Kita INJOH”
Lagi-lagi kata “Klocrot” adalah kekayaan dialek khas Gunungkidulan.

Salam Motret

Pandemi, Tetap Berkreasi

Facebook Comments Box

Pos terkait