Geopark Gunungsewu dan Pendidikan

Geosite Nglanggeran, salah satu dari kawasan Geopark Gunungsewu. Swara/Tugi.
Geosite Nglanggeran, salah satu dari kawasan Geopark Gunungsewu. Swara/Tugi.

Tanggal 27 Mei 2018 Kabupaten Gunungkidul memperingati hari jadinya yang ke-187. Tema peringatan tahun ini adalah ‘Sengguh Tan Mingkuh’ yang berarti percaya diri tetapi tidak sombong serta ‘ora mingkuh’ atau tidak lari dari tanggung jawab. ‘Sesanti’ tersebut sesuai dengan masyarakat Gunungkidul yang semakin percaya diri menghadapi kemajuan zaman seiring dengan perkembangan yang cukup pesat terutama di bidang Pariwisata.

Berbicara pariwisata tentu tidak lepas dari isu lingkungan hidup mengingat sebagian besar obyek wisata di kabupaten ini berbasis lingkungan alam berupa pantai, gunung, atau gua. Hal ini juga menjadi perhatian pemerintah daerah dalam Misi Pembangunan Gunungkidul tahun 2021 yaitu upaya pengelolaan dan perlindungan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Bacaan Lainnya

Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Gunungkidul adalah Kawasan Bentang Alam Kars (KBAK) Gunung Sewu. Kawasan ini bahkan telah diakui dunia dengan ditetapkannya sebagai taman bumi internasional oleh UNESCO dan masuk dalam Jaringan Geopark Dunia (Global Geopark Network) yang ke-117. Menjadi taman bumi (geopark) internasional tentu telah melewati kajian akademik yang mendalam dimana wilayah ini diketahui memiliki kekayaan yang luar biasa antara lain sumber daya air, mineral dan batuan, bentang alam, flora, fauna, arkeologi hingga kepaleontologi.

Namun demikian, paradoks yang terjadi adalah fakta bahwa warga kawasan kars ini identik dengan kemiskinan. Harus diakui bahwa angka kemiskinan di Gunungkidul masih menempati peringkat II tertinggi di DIY. Data BPS DIY tahun 2015 menunjukkan angka kemiskinan di Gunungkidul mencapai 21,73 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan angka kemiskinan DIY yaitu 13.02 persen.

Dalam satu dasa warsa terakhir ini, Gunungkidul berkembang pesat terutama di bidang pariwisata, ditandai dengan peningkatan jumlah wisatawan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kunjungan wisatawan meningkat dari 1,3 juta wisatawan di tahun 2013 menjadi 3,25 juta serta PAD dari Rp. 6,1 miliar meningkat menjadi Rp. 26,9 miliar di tahun 2017. Fakta tersebut didukung dengan menurunnya angka kemiskinan di kabupaten Gunungkidul. Jika di tahun 2015 angka kemiskinan mencapai 21, 73 persen, di tahun 2017 turun menjadi 18,65 persen. (Kedaulatan Rakyat, 27 Mei 2018).

Pesatnya perkembangan pariwisata bagaikan dua sisi mata uang; di satu sisi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi di sisi lain jika tidak dikelola dengan baik dapat merusak lingkungan alam. Hal ini karena sebagian besar obyek wisata di Gunungkidul adalah obyek wisata alam dimana sangat rentan untuk mengalami perubahan. Eksploitasi besar-besaran demi pendapatan ekonomi secara cepat dan instan menjadi fakta yang tidak bisa dipungkiri.

Bentuk eksploitasi tersebut antara lain pembangunan warung, kamar mandi, lahan parkir, penginapan dan sebagainya yang tidak mempedulikan keseimbangan ekosistem dan lingkungan. Dampaknya, kekayaan alam berupa batuan kars yang terbentuk ribuan tahun yang lalu rusak dan jika hal ini dibiarkan terus berlanjut, kerusakan alam akan semakin parah bahkan mengancam kehidupan masyarakat itu sendiri.

Pendidikan memegang peranan penting bagi masyarakat di kawasan geopark. Pendidikan dapat mendukung fungsi konservasi dan ekonomi yang berbasis pada pariwisata atau geowisata. Dalam konteks konservasi dan pelestarian lingkungan, pendidikan dapat memberikan informasi dan wawasan masyarakat dalam kaitannya dengan eksploitasi kawasan kars.

Pemahaman untuk memperoleh keuntungan finansial dalam jangka pendek yang masih melekat pada beberapa pemerintah daerah, tanpa memperhatikan “harga” yang harus dibayar dalam jangka panjang akibat kerusakan lingkungan juga merupakan hambatan di dalam pengelolaan (Kusumahbrata & Suwardi, 2012). Oleh karena itu, jalur pendidikan diperlukan agar tujuan pengembangan dan pelestarian geopark yang berlandaskan pada sasaran konservasi, edukasi dan pengembangan nilai ekonomi lokal tercapai.

Upaya untuk mendukung pelestarian Geopark Gunung Sewu melalui sektor pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik jangka pendek maupun panjang. Beberapa usaha tersebut antara lain melalui : (1) media sosial dimana sosialisasi Geopark Gunung Sewu dapat dilakukan secara menarik dan efektif melalui saluran-saluran informasi media sosial seperti Website, Youtube, Twitter, Facebook, Instagram dan sebagainya, (2) buku, booklet dan poster, pemerintah dapat menyusun buku informasi Geopark Gunung Sewu dan dibagikan ke perpustakaan sekolah-sekolah atau ditempel di sekolah dan fasilitas umum, (3) kurikulum sekolah, dimana dapat dilakukan integrasi materi mengenai geopark pada mata pelajaran di sekolah, misalnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia, materi seputar geopark dapat muncul pada teks-teks bacaan yang disajikan, (4) muatan lokal yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal, kata “potensi dan keunikan lokal” menjadi kata kunci dimana Geopark Gunung Sewu merupakan potensi dan keunikan lokal yang membedakan wilayah ini dengan wilayah lain di Indonesia bahkan di dunia, dan (5) ekstrakurikuler, terutama kepramukaan dimana dapat dimasukkan program sosialisasi dan pengembangan Geopark Gunung Sewu. Sebagai contoh, kegiatan perkemahan dapat digelar di situs geopark dimana siswa dapat secara langsung mengenal keunikan dan kekayaan alam Gunungkidul yang diakui oleh dunia.

Sebagai penutup, dalam usianya yang ke-187 ini, masyarakat Gunungkidul harus menyadari bahwa tanah yang mereka huni adalah “taman” (park) yang diakui dunia. Maka layaknya hidup di sebuah ‘taman,’ sudah sepantasnya jika para penguninya dapat hidup bahagia dan sejahtera. Pengelolaan dan pengembangan yang baik, tepat dan sustainable merupakan hal yang wajib dilakukan agar keindahan ‘taman’ ini juga dapat dinikmati dan dirasakan oleh generasi yang akan datang. Sektor pendidikan menjadi bagian strategis dari upaya tersebut.

**
Penulis Ari Sulistyo, Guru di SMP 1 Tepus, Gunungkidul, Mahasiswa S3 Studi Kebijakan Universitas Gadjah Mada. Email: ari_cgg@yahoo.com

Facebook Comments Box

Pos terkait