Habis Di-PHK, Geluti Bisnis Sambel Bawang Ternyata Mampu Berkembang

Warung Sambel Bawang Mas Wanto (WSB) di Jl AM Sangaji Yogyakarta. Foto: ist.

Ada yang menganggap kena PHK berarti akhir dari segalanya. Namun, perantau Gunungkidul ini tak mau menyerah begitu saja. Selepas di-PHK, ia banting stir menggeluti bisnis warung sambel bawang, dan ternyata mampu berkembang.

“Saya awalnya kerja di Jakarta, di industri tekstil, tahun 2016 kena PHK. Lalu saya pulang kampung, mencoba jualan bakpia di Wonosari. Sayangnya, usaha yang saya jalani di kampung halaman ini gagal. Awal 2017, Paklek saya nawari usaha warung makan di Kota Jogja. Ia nawari tempat usaha yang cocok buat warung makan. Kesempatan itu langsung saya ambil, dan alhamdulillah warung ini yang menghidupi saya sekeluarga sampai saat ini,” ungkap Sujarwanto (38), perantau asal Dusun Regedeg Giripanggung Tepus Gunungkidul.

Bacaan Lainnya

Warung Sambel Bawang Mas Wanto disingkat WSB, demikian nama warungnya. Terletak di Jl AM Sangaji 55, Jetis, Kota Yogyakarta. Sajiannya menu merakyat, disertai hidangan khas sambel bawang Gunungkidul. Menu utamanya ada ayam penyet/geprek, lele goreng bakar, ayam goreng bakar, bebek goreng/bakar, ati ampela, tempe tahu, kepala ayam, nila goreng bakar, telor goreng bakar. Ada pula jamur tiram crispy, pete, terong crispy, ada indomie ayam geprek, dan aneka minuman ternyata banyak disukai konsumen.

Awalnya, Wanto membidik kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Ini karena lokasi warungnya memang strategis di dekat kompleks sekolah dan pondokan mahasiswa. Lokasinya yang dekat dengan beberapa hotel seperti Hotel Tentrem, Hotel Mustokoweni, dan Ndalem Soeratin ternyata membuat warungnya juga sering dikunjungi para wisatawan yang mencicipi kulinernya.

“Saya nggak nyangka Mas. Ternyata hidangan sederhana ini juga disukai para turis asing tamu hotel di sekitar sekitar sini. Pernah ada turis dari Belanda, Amerika, Suriname, juga Malaysia yang mencicipi hidangan warung ini. Saya semakin semangat, mereka sangat puas menikmati hidangan ayam goreng dengan sambel bawang gawean Cah Gunungkidul ini,” ungkap Wanto.

Wanto ternyata cukup efisien dalam menjalankan bisnis kulinernya. Tenaganya cukup ia sendiri, dibantu istri dan 1 orang asisten. Warung di tepi jalan raya juga sederhana, berukuran 4 x 9 m2. Buka setiap hari dari jam 14.00 – 23.30 WIB. Bermodalkan semangat, ia terus jaga usaha kulinernya agar dapat memuaskan konsumen yang jajan di warungnya.

“Prinsip saya, yang terpenting dalam membangun usaha adalah kesabaran, kerja keras disertai doa. Insya Allah berhasil. Saya menekuni usaha ini dengan rasa senang, karena sejak saya masih kerja dulu sudah pengen usaha kuliner,” imbuhnya.

Wanto menceritakan, sewaktu buka usaha, modal awal cukup sekitar Rp 5 jutaan. Untuk peralatan memasak, ia sudah tidak perlu mengeluarkan modal awal, karena cukup mempergunakan perlengkapan dapur yang telah ia miliki. Menurutnya, modal awal yang utama adalah hati senang dan semangat untuk berusaha agar bisa hidup. Ia menyadari sudah bukan karyawan perusahaan yang memperoleh gaji setiap bulan.

“Alhamdulilah dari usaha warung sambeng bawang ini, saya bisa ngragati anak sekolah dan membeli sebuah rumah di Wonosari. Kemudian yang saya rasakan sebagai wirausaha adalah saya bisa mengatur sendiri keuangan saya,” tandas Wanto.

Sebagai perantau yang pernah hidup malang-melintang di wilayah Jabodetabek, Wanto tidak merasa canggung harus menjadi perantau di Kota Jogja yang sebenarnya cukup dekat dengan tanah kelahirannya. Meski terhitung belum lama tinggal di Kota Jogja, ia sudah bisa menengarai, ternyata ada banyak para perantau dari Gunungkidul yang eksis berbisnis kuliner di kota ini.

Sebagai perantau, ia tetap memiliki kerinduan dan perhatian terhadap rekan-rekan yang berasal dari pedesaan Gunungkidul. Ia berharap, para generasi muda Gunungkidul yang belum bekerja di tanah kelahirannya bersedia dan berani untuk pergi berusaha di luar daerahnya.

Masih terbuka lebar peluang berwirausaha di perantauan. Menurutnya, berwirausaha tidak mesti harus menjadi pengusaha besar kelas kakap, karena berusaha yang penting bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga masing-masing.

“Untuk saat ini saya masih belum kepikiran untuk pulang kampung meneruskan usaha bertani. Nggak tahu kalau sudah tua nantinya Mas,” pungkas Wanto.

***

Untuk pembaca Seputar Gunungkidul yang suatu saat jalan-jalan sekitar Tugu Jogja ke utara, silakan mencoba mencicipi sajian kuliner khas Warung Sambel Bawang Mas Wanto. Lokasinya di Jl AM Sangaji di sebelah barat jalan, persis di depan Hotel Tentrem. Salam kuliner!

Facebook Comments Box

Pos terkait