Pada medio Juli 2024 lalu muncul unggahan berantai di berbagai grup WA yang membahas fenomena hawa dingin karena mengaruh Aphelion.
Informasi yang tersebar secara berantai tersebut begini: “Mulai pagi besok jam 05.27 kita akan mengalami FENOMENA APHELION, dimana letak Bumi akan sangat jauh dari Matahari. Kita tidak bisa melihat fenomena tsb, tp kita bisa merasakan dampaknya. Ini akan berlangsung sampai bulan Agustus. Kita akan mengalami cuaca yg dingin melebihi cuaca dingin sebelumnya, yang akan berdampak meriang flu, batuk sesak nafas dll. Oleh karena itu mari kita semua tingkatkan imun dengan banyak2 meminum Vitamin atau Suplemen agar imun kita kuat. Semoga kita semua selalu ada dalam lindungan_NYA. 🤲 Aamiin … Jarak Bumi ke Matahari perjalanan 5 menit cahaya atau 90.000.000 km. Fenomena aphelion menjadi 152.000.000 km . 66 % lebih jauh. Jadi hawa lebih dingin, dampaknya ke badan kurang enak karena ga’ terbiasa dengan suhu ini,. Untuk itu jaga kondisi kesehatan kita agar tetap sehat dengan keadaan cuaca yang sedemikian rupa…”
Informasi yang tersebar di tengah masyarakat tersebut ternyata mengandung konten yang menyesatkan atau hoaks. Salah satu pensiunan BMKG yang diketahui berasal dari Ponjong Gunungkidul, Drs Subardjo MSc dengan tegas menyatakan unggahan tersebut dapat dikategorikan informasi yang menyesatkan.
Pensiunan BMKG yang berlatar keilmuan meteorologi dan geofisika dengan spesialisasi bidang seismologi tersebut menjelaskan pengaruh fenomena Aphelion terhadap bumi secara meteorologis dan astronomis sebagai berikut:
Apheleon adalah posisi terjauh bumi terhadap matahari akibat peredaran planet termasuk bumi mengelilingi matahari yang berbentuk elips. Posisi sebaliknya yaitu terdekat, yang disebut Periheleon.
Kondisi panas atau dinginnya suhu di bumi tidak disebabkan karena fenomena Apheleon atau Periheleon, tapi disebabkan oleh bagian bumi yang menghadap matahari akibat sumbu bumi yang miring.
Apheleon selalu terjadi pada saat musim panas, di mana daratan bagian utara bumi lebih banyak menyerap panas. Sebaliknya Periheleon terjadi pada musim dingin, dimana bagian selatan bumi kebanyakan lautan lebih sedikit menyerap panas.
Di sekitar Ekuator (garis katulistiwa) termasuk Indonesia, sebagian besar wilayah daratan juga lebih banyak menyerap panas. Suhu dingin yang terjadi pada pagi hari disebabkan hujan di sore dan malam hari di mana sudah tidak ada sinar matahari yang menghilngkan sisa air hujan sebelumnya.
Kesimpulannya, info fenomena Apheleon menyebabkan suhu bumi lebih dingin adalah tidak benar alias hoaks.
Suhu dingin pada malam dan pagi hari karena saat ini musim kemarau. Pada musim kemarau, bertiup angim muson dari Australia menuju Asia. Karena matahari saat ini beredar di lintang utara titik terjauh 23 derajat Lintang Utara, maka suhu air laut di Samudra Hindia kering dan dingin. Udara dingin dari laut inilah yang dibawa oleh angin muson ke Asia termasuk Indonesia. Keadaan ini terjadi setiap tahun biasanya sampai bulan Agustus.