Inilah Rahasia “Resan” Beringin Menjaga Sumber Air

Pepohonan resan yang menjaga Sendang Talang Warih di dekat kompleks Makam Ki Ageng Giring, Sada. Foto: Tugi.

Sebagian besar kelestarian sumber air di wilayah Gunungkidul pada umumnya “dijaga” oleh “resan” atau pepohonan besar yang dianggap angker atau wingit. Ada banyak belik atau sumber air yang mengering ketika resan di sekitarnya roboh, tumbang dan mati. Pepohonan besar tersebut biasanya adalah pohon beringin atau pepohonan lain sejenis beringin. Mengapa “resan” beringin tersebut mampu menjaga sumber air?

Berdasarkan riset Balai Litbang  Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Balitbang KemenLHK, diketahui bahwa beringin (Ficus Benjamin L) merupakan salah satu jenis pohon yang berpotensi sebagai pelindung air. Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman konservasi air yang dapat menyimpan dan mendekatkan air ke permukaan tanah. Hasil riset inventarisari pohon yang berpotensi sebagai konservasi mata air tersebut tertuang dalam buku Pohon Sahabat Air yang diterbitkan pada tahun 2016 lalu.

Bacaan Lainnya

Pohon beringin menjadi pelindung mata air karena pohon ini mampu memberikan pengaruh dalam pengisiaan air tanah dengan memungkinkan terjadinya proses intersepsi dan infiltrasi karena akarnya mampu mencengkeram tanah dengan baik. Selain itu, akar pohon beringin yang besar mampu menyimpan air dengan baik.

Pohon beringin juga mampu mengendalikan penguapan (evapotranspirasi dan evaporasi) serta memberikan pengaruh dalam penyerapan aquifer (lapisan di dalam tanah yang dapat menampung dan meloloskan air). Untuk mengerti lebih dalam apa itu intersepsi, infiltrasi, evaporasi, dan evapotranspirasi, bacalah tautan berikut: Apa itu Daerah Aliran Sungai dan Apa Kaitannya dengan Neraca Air?

Disadari bahwa pohon beringin merupakan jenis tumbuhan yang berukuran besar dengan diameter batang dapat mencapai 2 meter lebih, tinggi bisa mencapai 25 meter, berakar tunggang, batang tegak, bulat, pada batang keluar akar gantung.

Masyarakat tradisional kita sebenarnya telah memiliki pengalaman dan telah menjaga kelestarian sumber-sumber air melalui tindakan nyata. Para nenek moyang kita gemar menanam dan merawat pohon beringin dan jenis lainnya pada tepian sumber mata air. Masyarakat percaya bahwa pohon ini mampu mempertahankan volume ketersediaan air pada mata air. Dimana ini merupakan salah satu sumber untuk pemenuhan kebutuhan air bagi manusia.

Permasalahan besar yang saat ini terjadi, kondisi mata air di wilayah kita mengalami penurunan baik dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Riset Balitek DAS tersebut menunjukkan, bahwa penurunan atau kerusakan sumber-sumber air juga terjadi di wilayah Klaten dan Surakarta. Di Solo, pada tahun 2006 terdapat 421 mata air, tetapi pada tahun 2016 hanya tinggal 223 buah. Sedangkan di Klaten, sebanyak 31 dai 174 sumber mata air dalam kondisi mati..

Diperlukan upaya untuk perlindungan dan pelestarian sumber-sumber mata air. Salah satu cara yang efisien adalah dengan perlindungan dan pelestarian secara vegetatif. Cara vegetatif ini adalah menanam pohon di sekitar mata air, terutama di area imbuhan (recharge area). Selain sebagai perlindungan mata air, keberadaan pohon ini juga dapat berfungsi sebagai penyangga tanah dari bahaya erosi dan tanah longsor.

Dalam perlindungan dan pelestarian secara vegetatif diperlukan pemilihan jenis pohon yang harus memperhatikan faktor lingkungan dan edafik kawasan mata air. Faktor lingkungan adalah ketinggian tempat, curah hujan, duhu dan kelembababn. Sedangkan faktor edafik kawasan mata air adalah jenis tanah, tekstur dan struktur tanah, unsur hara dan kandungan air tanah serta jenis batuan induk penyusunnya.

Sebagai contoh kasus, pada kawasan mata air, umumnya memiliki komposisi pohon yang spesifik, dengan ciri sebagai berikut: akar tunggang yang dalam, akar serabut yang banyak, tajuk lebar dan rimbun, tanaman berumur panjang, daun selalu hijau (tidak menggugurkan daun), mempunyai stomata lebih sedikit.

Jenis-jenis tanaman dari famili Moraceae, yang merupakan famili beringin merupakan jenis yang paling banyak dijumpai pada kawasan sekitar mata air, terutama pada daerah dengan jenis batuan induk vulkan. Sedangkan untuk pohon yang banyak ditemukan di daerah kapur adalah jenis dari famili Fabaceae. Itulah mengapa, beringin, gayam, kedawung, bulu, randu, juga jambu air dikenal sebagai jenis-jenis “resan” mampu menjaga air.

***

Referensi: Pohon Sahabat Air. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Balitbang Kemen LHK.

Facebook Comments Box

Pos terkait