Malam itu, perut mereka mengeluarkan bunyi, “kruuk… krruukk… kruukk”. Tanda keroncongan. Keduanya sedang berbaring di tempat tidur sambil berharap ada yang segera datang dari rumah nenek dan membawa nasi goreng pesanan.
Anak yang berusia delapan tahun itu asyik menonton Youtube. Dia sedang menunggu ibunya. Matanya seperti mata kepiting, tampak lelah dan ngantuk berat. Mungkin tidak tidur siang seperti kebiasaannya. Sedangkan bapaknya ada di sampingnya, leyeh-leyeh, kepalanya beralaskan bantal tipis, matanya dipejamkan.
“Bapak cerita masa kecil bapak ya, mbak?”, tiba-tiba ia membuka matanya. Suara lirih keluar dari mulut menghadap kuping mungil seiring tangan kekar yang memeluk perut putrinya. Seperti kilat saja sang bapak mendapatkan ide itu lalu menawarkan pada buah hatinya. Entah, mungkin karena kondisi lapar. Anak itu menganggukkan kepala, pelan dan ogah-ogahan.
Sang bapak kemudian menarik nafas pelan, tampak terdiam sejenak mengingat sesuatu lalu mengeluarkan tuturan tentang masa puluhan tahun silam. Cerita ketika bermain dengan teman-teman sebayanya: latihan berenang di sungai, membuat mercon saat bulan puasa, makan intil wedhus di lapangan bola, nyuluh iwak, mlintheng manuk, dan peristiwa pencurian tebu dengan mengelabui mandor tebu. Semua kisah heroik itu diceritakan satu demi satu.
“Inthil wedus itu apa sih pak?” tiba-tiba suara sang anak memotong cerita sang bapak.
“Ooo, inthil itu kotoran kambing, mbak… warnanya hitam dan bentuknya kan bulat mirip kerikil alias batu kecil!”, ungkap bapaknya yang sewaktu kelas lima SD tiduran di lapangan bola dan tidak sengaja mengunyah inthil wedus. Seret di mulut dan agak pahit!
“Eeehhhkkk…Weeeekkkkk!”
Ia menutup matanya sambil mengeluarkan lidahnya. Melet. Tak lama kemudian ia membuka matanya sambil tertawa geli. Sepasang mata kecilnya berbinar, tangannya meletakkan HP pintar di atas bantal.
Mereka tertawa dengan muka berhadap-hadapan. Hidungnya bersentuhan. Hatinya menyatu.
Rupanya momen berbagi cerita itu sangat istimewa. Terasa spesial setelah bapak itu hampir kehilangan asa karena teknologi yang hampir menggantikannya. Anak kesayangannya “dikuasai” telepon cerdas yang seakan tak dilepas dari tangan. Sang bapak secara tak sengaja mendapatkan ilham merebut perhatian putri kecilnya dengan cerita sederhana.
Jam dinding menunjukkan pukul 21.35 WIB ketika seorang bapak tampak menikmati puncak kemewahannya, saat merasakan “pertemuan yang sesungguhnya” dengan darah dagingnya.