Salah satu aktivitas peternak tradisional di pedesaan Gunungkidul adalah membuat ‘kutuk’ di kandang-kandang ternak mereka saat sore menjelang malam. ‘Kutuk’ kurang lebih adalah asap yang dihasilkan dari proses pembekaran daun dan ranting sisa-sisa makanan ternak yang masih basah.
Caranya adalah membuat bara api terlebih dahulu yang biasanya berbahan bakar kayu atau sabut kelapa. Setelah bara api tersebut dirasa bagus barulah daun dan ranting yang masih basah tersebut ‘dibruk’ke’, ditaruh di atasnya.
Asap hasil pembakaran tumpukan daun dan ranting basah tadi biasanya akan bertahan lumayan lumayan lama. Beberapa kali saya amati, ‘kutuk’ masih mengepul saat waktu sudah hampir pukul 22.00.
Pembuatan ‘kutuk’ ini selain untuk membersihkan sampah sisa-sisa makanan ternak, juga untuk mengusir keberadaan nyamuk, rengit dan serangga lain yang berpotensi mengisap darah dan membuat ternak tidak merasa nyaman.
Di musim hujan seperti ini pembuatan ‘kutuk’ akan lebih sering dilakukan mengingat bertambahnya populasi nyamuk dan rengit.
****
Lokasi: Pakel, Hargosari, Tanjungsari.
#Salam peternak amatir dari Menthel#