Mas Ratno Penjual Balon

Penjual balon di ibukota. Foto: Ris.

Pagi tadi sebelum berangkat kerja, aku bertemu dengan Mas Ratno. Ratno adalah gambaran pemuda tangguh dalam menjalani kehidupan di tanah rantau.

Ia seorang pemuda yang lahir dan tumbuh di wilayah tenggara Gunungkidul yang berbatasan langsung dengan daerah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Topografi daerah asalnya yang berbatu dan kering itu ternyata menjadi kawah candradimuka yang sangat sempurna yang membentuk manusia-manusia tangguh dan tidak banyak mengeluh.

Bacaan Lainnya

Setelah meluluskan masa pendidikan menengah atasnya, seperti halnya pemuda pemudi daerahnya, Ratno meninggalkan daerahnya untuk merantau meraih impiannya yang masih di taruhnya di antara bintang. Singkat cerita, Ratno diterima di sebuah pabrik di Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Di pabrik ini pula tak dinyana tak disangka ketemu jodoh. Kok ndilalah jebulnya jodohnya itu hanya tetangga desa. Tak jauh jauh dari desanya, jodoh yang sekarang menjadi istrinya. Dengan mengontrak rumah petakan di daerah pinggiran Jakarta, Ratno menjalani kehidupan ini dengan penuh makna.

Istrinya sudah tidak kerja lagi, karena sudah diberikan amanah oleh Gusti untuk membimbing dan membesarkan buah hatinya. Kehidupan terasa nyaman berjalan sebagaimana mestinya. Kebahagiaan seakan penuh makna dengan kehadiran si kecil di tengah tengah keluarga yang tangguh ini.

Namun, tanpa dinyana tanpa diduga, serangan virus sialan yang dimulai di awal tahun 2020 memporakporandakan semuanya. Tidak hanya keluarga Ratno, namun jutaan keluarga yang terhempas oleh virus sialan ini. Karena beban finansial pabrik yang amat sangat berat, maka pabrik tempatnya bekerja dengan amat sangat terpaksa melakukan PHK karyawan. Ratno pun kena dampak pengurangan tenaga kerja.

Semuanya seakan bertambah tambah. Kontrakan yang disewa pun telah jatuh tempo. Suka tidak suka harus membayar uang sewa, kalau mau masih menempati rumah kontrakkan tersebut. Dengan uang PHK-nya, rasanya sayang kalau dipakai untuk meneruskan kontrakkan tersebut.

Dengan kebulatan tekadnya, Ratno mengambil sikap. Untuk sementara anak dan istrinya pulang kampung dengan membawa semua harta benda yang dimilikinya. Sementara Ratno sendiri dengan modal Honda Supra Fit tuanya mencari peruntungan dari taman satu ke taman lain di ibukota negara dengan menjajakan balon mainan anak. Jadilah Ratno sebagai Kang Balon. Penjual balon mainan anak-anak.

Menyerahkah Ratno? Jawabannya adalah tidak.

“Urip iku kudu urup,” katanya.

Aku rangkul pundaknya. Lalu segarit kata kata meluncur dari mulutku, “Aku iri denganmu Mas!”

Sederet senyum yang renyah meluncur berbarengan dengan penyerahan balon mainan buat ponakanku. Senyuman Ratno adalah pancaran semangat hidup tak lekang oleh panas dan hujan, apalagi kepahitan hidup gegara kena PHK. Api suci dariNya yang tak pernah padam itulah yang menggerakkan diri terus berusaha menjumput rejeki bagi keluarganya yang saat ini dipulangkan ke kampung halaman.

Dah, gitu dulu ya cerita siangku dari tanah perantauan.

***

Tertanda: Penggemar Tongseng Pasar Argosari.

Facebook Comments Box

Pos terkait