Telaga Budegan yang berada di antara Padukuhan Pakel Rejo, Desa Budegan Kecamatan Wonosari disebutkan pernah menjadi sumber mata air yang berada sekitar puluhan meter di sebelah selatan telaga.
Wasiran (81) warga setempat mengisahkan, pada tahun 1945 telaga masih digunakan untuk mandi dan mencuci, terutama dilokasi mata air yang berasal dari aliran air telaga di bawah tanah. Kondisi air pada mata air tersebut sangat jernih. Semenjak jalan yang berada tepat di sebelah selatan telaga dibuat, mata air tidak ada lagi.
“Dahulu sebelah selatan telaga masih rimbun pepohonan. Semenjak jalan dibangun, pepohonan ditebang sehingga mata air mati,” kenang Wasiran, Kamis, (17/11/2016).
Ungkap Wasiran, karena hanya ada dua sumur di wilayah setempat pada waktu itu, warga pada umumnya biasa mengambil dari sungai Kajar untuk kebutuhan minum, sedangkan untuk urusan mencuci dan mandi masyarakat mengandalkan mata air tersebut. Barulah pada sekitar tahun 1960-an pengguna mata air telaga berkurang karena warga mulai banyak yang memiliki sumur.
Sementara itu menurut salah satu warga pengelola Telaga Budegan, Wakido (49), saat ini telaga tak lagi untuk mandi dan mencuci, apabila volume air sedang banyak paling untuk mencuci tikar saja. Oleh kelompok warga secara rutin telaga dimanfaatkan sebagai tempat pemancingan.
“Pengelola telaga terutama masyarakat Pakel Rejo secara rutin tiap tahun memanfaatkannya sebagai tempat pemancingan. Hasilnya selain untuk kas kelompok pengelola, digunakan juga untuk perawatan dan perbaikan telaga,” jelas Wakido.
Lanjut dia, selain digunakan untuk operasional pembelian bibit ikan untuk pemancingan berikutnya, penggunaan hasil pemancingan dapat menopang biaya pengerjaan semenisasi tepi telaga, selain dari sumber dana yang lain. Dana hasil pengelolaan telaga tersebut sebagian juga untuk membiayai pembuatan cor beton jalan lingkungan telaga berikut perawatannya.
Ia menambahkan, penggunaan telaga sebagai tempat pemancingan sudah sejak 10 tahun terakhir. Beberapa jenis ikan diantaranya tombro, nila, dan tawes. Menurut Wakido keberadaan telaga masih sangat bermanfaat, meski diakui saat kemarau air telaga hampir selalu kering.
“Manfaat yang lain misalnya untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi lauk-pauk warga. Kendalanya air merosot bahkan kering saat kemarau,” tukas dia. (Kandar)