Mbah Kartono Legenda Pelaku Seni Dagelan dari Panggang

SEPUTARGK.ID – Mbah Kartono adalah salah satu seniman dagelan lawas Gunungkidul yang masih eksis sampai saat ini. Ketika seni pertunjukan ketoprak masih berjaya di era 70-80-an, Kartono muda telah malang-melintang ikut menjadi aktor dagelan dalam pertunjukan ketoprak dari panggung desa ke desa.

Karena keluwesan bergaul dan kepiawaian dalam berkesenian, lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Wonosari ini pada akhirnya Kartono direkrut menjadi “Jupen” atau Juru Penerang di Kantor Departemen Penerangan Kabupaten Gunungkidul. Jadilah Kartono sebagai PND sekaligus menjadi seniman dagelan.

Seperti pepatah “tumbu oleh tutup”, Kartono sangat menikmati ketugasannya menjadi seniman sekaligus pemberi warta kepada masyarakat umum melalui beragam acara-acara kesenian yang digelar oleh Kantor Departemen Penerangan pada waktu itu. Kartono bersama Sofyan dan Subardi adalah beberapa nama personil Juru Penerang sekaligus sebagai seniman dagelan yang populer di Gunungkidul pada masanya.

Mereka telah pentas dari satu pertunjukan ke pertunjukan berikutnya, baik karena ditanggap masyarakat yang punya hajat maupun pentas penugasan kantor dalam rangka memberikan informasi publik kepada masyarakat. Ya, ketika radio, televisi, dan koran masih menjadi barang mahal untuk dimiliki masyarakat luas, maka eksistensi para juru penerang memegang peran penting dalam penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas.

Jiwa seni dan semangat juang Kartono masih terus berkobar sampai saat ini. Dampak pandemi Covid-19 menurutnya sangat dirasakan oleh para pegiat seni hiburan, di tidak diijinkan kegiatan pertemuan skala besar termasuk gelar seni pertunjukan. Kartono memahami bahwa demi keselamatan bersama ia memaklumi situasi pandemi ini.

Kartono juga menceritakan suka dukanya dalam berkesenian, bagaimana ia menjalani pentas dari satu pertunjukan ke pertunjukan berikutnya. Bagaimana rasa senangnya ketika pertunjukan hiburannya diterima di hati para penonton, bagaimana sedihnya ketika pertunjukkannya tak direspon oleh para penonton.

Dari berbagai engalaman yang diperolehnya, Kartono mendapati kunci, bahwa dagelan sesungguhnya adalah penyampai pesan melalui cara seni yang rendah hati. Kartono sampai pada kesimpulan bahwa menjadi seniman dagelan berarti mendidik si pelaku seni untuk andhap-asor atau rendah hati, selalu menata ucapan, dan yang penting tidak “ngarani” bayaran atau kalau tidak dibayar sekian tidak mau pentas.

Secara berkelakar Kartono berujar, “semua memang tidak jelas, tapi diumumkan saja bahwa aku masih hidup!” Ya, Mbah Kartono memberikan pesan pentingnya tetap bersemangat dalam menghadapi situasi yang tidak enak sekalipun.

Loading

Facebook Comments Box
Spread the love