Menaklukkan Gangguan Penyesuaian di Era New Normal

New Normal. Dok: Aimagz.com.

Konon ikan salmon hidup lebih enak dimasak ketimbang salmon beku. Itulah sebabnya nelayan Jepang sengaja memasukkan ikan hiu kecil di tempat penampungan salmon saat dibawa ke suatu tempat. Ikan hiu akan terus mengejar salmon dan memaksa salmon terus bergerak selama perjalanan. Memang akhirnya ada beberapa salmon yang mati dimakan hiu, tetapi tetap lebih banyak salmon yang hidup. Ya, bergerak ternyata adalah kunci bertahan. Termasuk terus bergerak dan menyesuaikan diri di era new normal.

Tulisan ini merupakan kelanjutan tulisan saya di postingan sebelumnya yang berjudul Ketika Definisi Normal Tidak Penting Lagi.

Bacaan Lainnya

Seperti yang saya tulis sebelumnya, perubahan bisa berpotensi menimbulkan gangguan psikologis yang disebut gangguan penyesuaian. Dengan memiliki pengetahuan tentang gangguan penyesuaian diharapkan kita semua mampu mengelolanya agar tidak menjadi gangguan.

APAKAH GANGGUAN PENYESUAIAN ITU?

ICD-10 dan DSM-IV mendefinisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara yang ditandai dengan munculnya gejala dan terganggunya fungsi seseorang akibat tekanan pada emosi dan psikis, yang muncul sebagai bagian adaptasi terhadap perubahan hidup yang signifikan, kejadian hidup yang penuh tekanan, penyakit fisik yang serius, atau kemungkinan adanya penyakit yang serius.

Gejala-gejala tersebut muncul bertahap setelah adanya kejadian yang penuh tekanan, dan biasanya berlangsung dalam waktu sebulan (ICD-10) atau 3 bulan (DSM IV). Gangguan ini jarang terjadi lebih dari 6 bulan.

BAGAIMANA GEJALA GANGGUAN PENYESUAIAN

Gejala-gejala yang muncul bervariasi, misalnya depresi, kecemasan, atau campuran di antara keduanya. Gejala campuran ini yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah gejala psikologis, gejala fisik dan gejala perilaku.

Gejala psikologis meliputi depresi, cemas, khawatir, kurang konsentrasi, dan mudah tersinggung. Gejala fisik berupa berdebar-debar, nafas cepat, diare, dan tremor (buyuten). Gejala perilaku antara lain agresif, ingin menyakiti diri sendiri, alcohol abuse, penggunaan obat-obatan yang tidak tepat, kesulitan sosial, dan masalah pekerjaan.

APA BEDANYA DENGAN DEPRESI

Pada gangguan penyesuaian ada kaitan yang jelas antara stresor dengan gejala psikologis. Misalnya seseorang yang didiagnosa mengalami penyakit yang ganas. Ia akan merasakan sedih, cemas yang berkepanjangan tetapi ketika dinyatakan bahwa penyakitnya sudah hilang bahkan sembuh, kondisi psikisnya akan pulih.

Berbeda dengan depresi. Gejala gangguan suasana hati bisa tetap ada atau muncul tiba tiba dengan atau tanpa stresor. Dengan kata lain depresi tidak selalu ada kaitannya dengan stresor.

APAKAH GANGGUAN PENYESUAIAN BISA BERLANJUT MENJADI DEPRESI?

Bisa, bila seseorang tidak bisa beradaptasi. Gejala depresi terdiri atas tiga gejala utama (murung, hilang minat dan mudah lelah) serta tujuh gejala tambahan (gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan nafsu makan, harga diri rendah, pikiran tentang masa depan suram, perasaan bersalah/menyalahkan diri berlebihan, pikiran tentang kematian sampai percobaan bunuh diri). Dua gejala utama, dua gejala tambahan minimal dua minggu kemungkinan seseorang mengalami depresi ringan.

CARA MENAKLUKKAN GANGGUAN PENYESUAIAN

1. Mengakui dan menerima ketidak nyamanan situasi ini. Berkutat dengan menyangkal, marah dan mencari cari kesalahan akan membuang waktu dan energi. Segera menerima, hidup memang harus berubah

2. Bergeraklah. Sama halnya dengan cerita ikan salmon tadi, mari kita bergerak, belajar, berproses sekecil apapun yang kita bisa. Jangan diam dan menyerah. Hidup memang selalu berisiko tapi kita juga punya ketahanan fisik dan mental

3. Perbaiki perilaku. Pada dasarnya perilaku adalah cerminan insting, dorongan dan pola pikir. Manusia memiliki insting untuk bertahan dan menyelamatkan diri. Kita juga punya dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Pola pikir membuat kita menimbang perilaku apa yang menguntungkan dan merugikan kita.

SUKA ATAU TIDAK SUKA ERA NEW NORMAL SUDAH DATANG!

Pilihan ada pada kita
mau tetap marah dan menyalahkan…
mau tetap berperilaku seperti sebelumnya…
mau menentang protokol pemerintah…
mau seenaknya….
atau mau berubah ke arah yang lebih positif..

TERSERAH…!

Karena kita bukan sekedar ikan salmon yang bertahan dari ganasnya hiu dan lautan. Tetapi kita adalah makhluk juara yang lahir dari kompetisi sperma yang seharusnya lebih hebat dari ikan salmon karena kita punya AKAL, IMAN dan TUHAN.

***

31 Mei 2020. Ditulis oleh Ida Rochmawati. Psikiater RSUD Wonosari dan RS PKU Muhammadiyah Wonosari. Aktivis LSM Imaji Gunungkidul Yogyakarta.

Facebook Comments Box

Pos terkait