Sobat peternak yang budiman, jika amati secara teliti kita bakal akan dapati sapi, kambing atau domba yang kita pelihara sering nggayemi. Nggayemi itu perilaku hewan ternak kita yang telihat mengunyah makanan, namun tidak pada saat mulut ternak kita baru saja mengunyah pakan yang kita berikan.
Kebiasaan nggayemi itu sebenarnya terkait erat dengan sifat dasar hewan ternak yang kita pelihara itu tergolong sebagai hewan ruminansia atau hewan yang memamah biak. Contoh hewan memamah biak adalah seperti sapi, jerapah, kambing, domba, kerbau, dan rusa.
Lantas, mengapa kebiasaan mengunyah ulang itu bisa terjadi? Hewan ruminansia atau yang sering dikenal dengan sebutan hewan memamah biak adalah hewan herbivora (pemakan tumbuhan) yang mencerna makanannya secara dua langkah. Yang dimaksud dengan dua langkah adalah pada hewan memamah biak dapat menelan makanan dan dapat mengeluarkan lagi makanan yang sudah ditelan untuk dikunyah kembali atau yang sering disebut nggayemi itu.
Berbeda pada manusia yang pada lambungnya hanya terdiri dari satu ruang saja, pada hewan memamah biak (ruminansia) lambungnya terdiri atas empat ruang. Empat ruangan pada lambung hewan memamah biak adalah rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.
Sistem dua langkah dimulai ketika makanan ditelan untuk yang pertama kali dan diteruskan ke lambung melalui esofagus. Pada lambung, makanan akan memasuki ruang pertama yaitu rumen. Pada rumen terjadi pemecahan polisakarida oleh bakteri. Selanjutnya makanan diteruskan ke retikulum untuk diaduk secara mekanik dan dengan bantuan enzim. Setelah diaduk maka makanan akan berbentuk gumpalan kasar. Gumpalan kasar tersebut kemudian bergerak kembali ke mulut untuk dikunyah untuk yang kedua kalinya supaya lebih halus lagi.
Setelah ditelan kembali, makanan ditelan lalu melewati rumen, retikulum, dan menuju ke omasum. Pada omasum terjadi penyerapan air. Makanan kemudian dilanjutkan ke abomasum untuk dicerna dengan enzim dan HCl. Setelah itu baru masuk ke usus halus.
Penjelasan lebih detail mengenai empat ruangan atau lambung dan proses pencernaan pada hewan memamah biak adalah sebagai berikut:
1.Rumen
Rumen adalah organ lambung yang sangat besar sehingga ukurannya hampir memenuhi rongga perut ruminansia sebelah kiri. Rumen dan retikulum memiliki struktur yang terhubung. Pada sapi dewasa volume keduanya bisa mencapai 200 liter dan dilengkapi kemampuan untuk mencampur dan memutar makanan setiap menit.
Rumen sendiri mengandung banyak sekali mikroorganisme, terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang memiliki kemampuan berkembang sangat cepat sehingga dapat membantu bagi pencernaan hewan ruminansia. Kebanyakan dari mikroorganisme tersebut bersifat anaerob. Fungsi mikroorganisme rumen adalah membantu proses fermentasi makanan hewan ruminan yang berupa tanaman hijauan sehingga dapat dikonversi dengan baik menjadi protein bagi hewan. Jadi kebutuhan protein bagi ternak ruminan secara alami bisa didapatkan dari tanaman yang diberikan kepada ternak.
Pemberian makanan yang diluar lazimnya pada ternak ruminansia, misalnya berupa telur, tepung tulang atau tepung daging tertentu, perlu untuk lebih diperhatikan lagi dosis dan frekuensi pemberiannya, mengingat ternak rumianansia sebagai hewan herbivora memiliki ambang batas kemampuan dalam mencerna makanan-makanan tersebut karena kemampuan pencernaannya terkait erat dengan jumlah dan jenis mikroorganisme yang ada di rumen.
2. Retikulum
Retikulum adalah organ penghubung antara rumen dan omasum. Retikulum memiliki dinding yang dilapisi oleh epitel yang berlapis lapis. Bersama sama dengan rumen, retikulum membentuk gerakan kontraksi memutar untuk mengaduk dan mencerna makanan.
3. Omasum
Lambung ketiga yakni omasum memiliki struktur epitel yang berlapis lapis juga namun lebih berbentuk lembaran. Fungsi omasum adalah menyerap air, asam lemak tertentu dan natrium. Makanan memasuki omasum secara bertahap sehingga penyerapan sari makanan juga bertahap.
4. Abomasum
Abomasum adalah lambung ke empat yang memiliki struktur dan fungsi yang mirip dengan lambung hewan non-ruminan. Organ ini dilengkapi dengan epitel berkelenjar yang memberikan sekresi berupa mukus, asam hidrolik dan enzim proteolitik (enzim yang berguna untuk pencernaan protein). Di abomasum terjadilah proses pencernaan secara kimiawi yang memungkinkan sari makanan dicerna dan dapat diserap dengan lebih baik.
Penutup
Demikianlah sobat peternak, sekelumit penjelasan mengapa sapi, kambing atau domba yang kita ternak itu biasa nggayemi atau mengunyah kembali makanan. Membaca tulisan ini sekaligus mengenal dan mengingat kembali hewan yang dikategorikan sebagai hean ruminansia atau hewan memamah biak. Jadi kebiasaan nggayemi pada ternak kita itu tidak mengada-ada, baik-baik saja, dan sekaligus menjadi tanda bahwa ternak kita sehat.
Oke, semangat selalu, salam sesama peternak, salam tangguh.
***
Referensi: BBI Singosari, Kementan.