Keringat Begok
Nung… nung… gunung
Gunung batu putih berbaris merintih
Di pelupuk mata lukanya terkikis bengis
Dikupas terkelupas tuntas
Kemudi tangan besi roda gerilya eksploitasi
Suara bising mesin tak kunjung usai
Terus menggerus bait-bait bukit porak poranda
Seketika luka tanpa penawar rasa dari penguasa
Dikira tanah ini jajanan pasar di meja kerja
Nung…. nung… gunung
Jangan enggan kau telan
Mesin itu bersama tuannya
Di sela lukamu jiwa kami berbukit seribu
Tlaga
Menggenang mengenang cerita airmu
Tanda peristiwa dahaga membasuh peluh
Kedalamanmu berkisah rasa
Jernihmu kisahkan karsa
Hulu hilirmu merakit karya
Sejengkal zaman membuai asa
Dangkal
Keruh
Bertepi lumpur kering
Sorak nadamu tak terdengar merdu
Riang tepimu tak membekas kisah
Kerinduan hanyut terbawa gelombang
Kisah dahaga sejengkal zaman
Oya
Pucuk muara menyentuh samudra
Melintasi bukit membelah gunung
Palung dan tepuk derasnya hanyut
Membekaskan ingatan dalam cerita rakyat
Seketika surut atau banjir bandang
Menjadi penanda sepanjang aliran
Oya bukan hanya alam tak bermaksud
Bentangannya bagai ayat menyiratkan makna
Dengarkan bersama musim
Bahasanya terbaca bersama hujan
Di sela ia bercanda
Luhurkan tawa bederma pada kemarau
Setitik harap membentang pada Oya
[Penulis: Andi Kartojiwo, seorang perupa Gunungkidul, tinggal di Kapanewon Karangmojo.]