SEPUTARGK.ID – Pada sebuah kesempatan, oleh seorang teman, saya dimintai sebuah tulisan terkait sebuah event pameran seni rupa, sebuah event pameran yang menampilkan karya karya siswa dan siswi SMP Al Mujahidin. Karena pameran dilaksanakan di masa pandemi, maka dalam penyelenggaraanya pameran dikemas secara virtual. Pengemasan event atau kegiatan lain dalam bentuk virtual saat ini memang harus dilakukan, sebagai langkah antisipasi bersama terkait Pandemi Covid19 yang belum juga berakhir.
Menjadi menarik ketika event yang diselenggarakan ini adalah pameran seni rupa yang menampilkan karya anak anak SMP, dalam rangka memperingati Milad atau Ulang Tahun SMP Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari, yang sudah berusia sewindu digunakan oleh panitia untuk menggelar event pameran ini. pameran tersebut dilaksanakan, Sabtu (13/3/2021)
Tema pameranpun sangat faktual dengan keadaan sekarang yaitu “Sinergi Kaum Milenial dalam Berkarya Rupa di Masa Pandemi Covid 19”. Tersirat saya menangkap tentang sebuah energi positif dari pesan, ajakan, tekad dan semangat kaum Remaja dan Milenial Gunungkidul, khususnya Siswa Siswi SMP Al Mujahidin untuk selalu berkarya walau dengan segala keterpurukan dan keterbatasan akibat Pandemi yang tak kunjung usai. “Bara Muda”, “Sengguh Tan Keno Mingkuh”, adalah kalimat yang disertakan dalam poster poster acara, semakin meneguhkan kesan tentang sebuah tekad para Milenial ini untuk menunjukkan eksistensinya ditengah masa Pandemi.
Dalam sekelumit tulisan ini, saya tidak akan mengulas atau mengkuratori hasil karya rupa yang dipajang oleh anak anak SMP Al Mujahidin. Tulisan ini hanya sebagai bentuk apresiasi saya pribadi sebagai salah satu pelaku seni di Gunungkidul, apresiasi atas inisiatif panitia penyelenggara event yang mencetuskan ide, menyelenggarakan Pameran Seni Rupa dalam bentuk Virtual di momen ulang tahun sebuah Institusi Pendidikan. Korelasi antara Seni dan Pendidikan ini yang menarik pemikiran saya untuk mencoba menelisik kembali hubungan antara keduanya, khususnya peran dan porsi pendidikan Seni dalam sistem pendidikan yang diterapkan di Gunungkidul, atau Indonesia pada umumnya.
Banyak teori yang menyatakan bahwa Seni dan Pendidikan sejatinya mempunyai suatu keterikatan yang sangat Fundamental, sedikit mengutip sebuah ungkapan dari Plato, sang filsuf Yunani ini pernah menyatakan bahwa, “Seni seharusnya menjadi dasar bagi semua pendidikan”, yang di maksut Plato disini adalah pendidikan dalam arti umum, tapi tentu boleh dan relevan jika maksut Plato kita kerucutkan dalam ranah pendidikan Formal. Dalam sistem Kurikulum Pendidikan kita. “Menjadi dasar” yang di maksut Plato bisa kita artikan bahwa peran Seni adalah pondasi bagi dunia pendidikan Formal, artinya, Seni adalah modal awal dari para Siswa untuk mengembangkan diri, membangun kapasitas dan mentalnya untuk selanjutnya menerima ilmu ilmu yang bersifat Cognitif atau teoritis.
Sebelum lebih jauh, sedikit kita geser pembahasan kita, terkait fungsi otak manusia, ini nanti erat kaitannya dengan pembahasan fungsi dasar Seni dan keterkaitanya dengan dunia Pendidikan. Menurut ilmu Kedokteran, bahwa Otak besar manusia terdiri dari Otak kanan dan Otak kiri, Otak kiri berfungsi lebih kepada proses berfikir secara logika dan bahasa, sedang bagian Kanan, lebih kepada proses berfikir Intuitif dan Visual. Peran dan fungsi Otak kanan dan Kiri ini idealnya memang harus seimbang. Fungsi dominan dari salah satu bagian otak kita ini akan mempengaruhi sikap, kepribadian atau perilaku kita sehari hari. Nah, disini bisa kita korelasikan antara Seni dan Pendidikan yang kita bahas diatas. Pendidikan kita biasa mengejar prestasi dari ukuran angka atau prestasi dari suatu kejuaraan yang bersifat kompetitif, sementara kecerdasan Intuitif, pengembangan mental, mengolah dan melatih kepekaan rasa yang nantinya sangat menentukan kepribadian siswa, kadang malah terabaikan, karena tolok ukur sebuah prestasi siswa adalah menjadi Juara di bidang bidang yang berkaitan dengan kecerdasan Cognitif atau logika.
Sebuah teori pernah menyatakan bahwa Seni adalah suatu bentuk keindahan, dan manusia membutuhkan Intuisinya untuk menciptakan atau merasakan sebuah keindahan. Hal senada juga pernah diungkapkan oleh seorang Samurai petarung dari Jepang, yang terkenal dengan sebutan Lone Samurai, Myamoto Mushashi. Mushashi hidup dijaman pertengahan, sekitar tahun 1850an, dimasa pensiunnya, dia menjadi filsuf pemikir kehidupan, sebwlum meninggal Mushashi sempat menulis beberapa buku yang terkenal. Dalam bukunya Mushasi pernah menyatakan bahwa dalam kehidupan, Manusia harus mempelajari 4 hal, yaitu menjadi Seniman untuk bisa merasakan keindahan, menjadi Satria untuk mengetahui arti sebuah Kehormatan,.menjadi Petani untuk mencintai alam, dan menjadi Pedagang untuk keuntungan material. Dalam bahasa sekarang apa yang diungkapkan oleh Mushasi ini bisa kita artikan bahwa, dari 4 hal ilmu dasar manusia, hanya satu yang menekankan sifat dasar manusia yang berorientasi kepada hal yang bersifat material. Tiga hal yang lain lebih menekankan pada pengembangan diri yang bersifat Intuitif, dan ketika kita sambungkan antara pernyataan Plato dan Mushasi, disini bisa kita tarik benang merahnya, yaitu pendidikan Seni menjadi sangat penting, untuk melatih Intuisi para Siswa sebagai salah satu pengetahuan dasar atau modal dasar untuk pengembangan dirinya.
Coba kita tengok, tujuan Pendididkan Nasional kita, salah satunya adalah Membangun Generasi Indonesia Seutuhnya. Kata “Seutuhnya” disini dalam aplikasinya adalah membangun Jiwa dan Raga, termasuk didalamnya adalah membangun kecerdasan Intuitif dan Cognitif para Siswa. Saya ingat dalam sebuah Seminar Pendidikan seorang peserta pernah mengungkapkan tentang kegelisahannya, yang dia wujudkan dalam sebuah pertanyaan, “Akan bagaimana nasib negara ini kedepan, jika generasi kita punya nilai sempurna di mata pelajaran Matematika, dan ilmu ilmu pasti lainnya, tapi mereka rendah dalam Sikap, Mental, Attitude, dan Daya kreasinya?”, pernyataan ini sedikit Bombastis memang, tapi tidak bisa kita pungkiri, kegelisahan salah satu peserta yang diungkapkan diatas sebetulnya adalah kegelisahan kita bersama.
Kita bicara tentang fakta dan keadaan masyarakat secara umum, dengan gempuran jaman modern, dengan segala pengaruh Materialistis, Instant, kapital, egoisme sosial dan hedonisme sebagai gaya hidup, maka yang terjadi pada kita saat ini adalah krisis Identitas, Degradasi moral, hilangnya sopan santun, adat dan budaya yang meluntur dan gejala gejala Unsosial yang lain. Maka disinilah dirasa perlu tentang hal yang telah kita bahas diatas, yaitu pentingnya pendidikan seni untuk mengasah intuisi dan kepekaan para Siswa dalam membentuk kepribadian seutuhnya.
Korelasi Seni dan Pendidikan ini memang Fundamental dan tidak bisa dipisahkan. Tapi Sebelumnya mari kita pahami bersama bahwa Seni atau kesenian yang kita bahas disini tidak melulu soal melukis, menari, mematung dll, karena itu hanya sebagian kecil dari Implementasi atau produk kesenian, tapi Seni dalam mengasah intuisi dan kepekaan pribadi Siswa ini yang paling penting, karena ini akan menentukan dan berpengaruh pada kualitas mental dan kepribadian Siswa. pembahasan ini akan melebar jika Seni kita kaitkan dengan Budaya, karena dua hal itu juga saling terkait, tapi yang jelas Seni ini jika kita tarik lebih General, hanya salah satu unsur dari 7 unsur Kebudayaan yang membentuk nilai nilai peradaban manusia secara utuh. Tulisan ini kesannya malah agak melebar, niat saya adalah, karena event pameran Seni rupa ini diselenggarakan oleh para Guru, dan pesertanya adalah para Siswa Siswi, maka saya berusaha merangkai irisan irisan dari pentingnya Korelasi antara Seni dan Pendidikan itu sendiri.
Oke, kita kembali kepada topik bahasan Pameran Seni Rupa Virtual ini, saya singgung diawal, bahwa event ini berbentuk Pameran Seni Rupa, bukan bentuk Kompetisi atau Lomba melukis yang sudah mentradisi di kalangan dunia Pendidikan kita. Dari jenis pilihan event ini sendiri, sudah banyak hal yang menarik yang bisa kita bahas.
Menurut Aryati Yunita Sari, salah seorang Konseptor, Panitia pameran, sekaligus guru Seni Rupa SMP Muhammadiyah Al Mujahidin, menyatakan bahwa, ada 20 karya dari Siswa/siswi SMP Muhamdiyah Al Mujahidin yang lolos seleksi mengikuti Pameran ini. Mengenai proses dan standar seleksi karya, tidak usah kita bahas disini. Keberanian Panitia untuk menampilkan karya para siswa yang notabene masih remaja ini yang terpenting. Kelihatannya ini sederhana, tapi sebetulnya ini adalah hal mendasar, bagaimana para remaja ini diberikan ruang untuk menunjukkan eksistensinya dalam aktualisasi karya Seni Rupa.
Kebebasan berekspresi dalam koridor kekaryaan bagi remaja sering menjadi suatu ruang yang mewah bagi mereka. Dengan pembatasan pembatasan pendidikan formal yang memang harus sesuai Kurikulum, mereka sering merasa tersumbat mengekspresikan dirinya. Masa masa remaja adalah masa masa pencarian pengakuan, dengan pemberian ruang ekspresi yang positif, tentu hal ini akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri mereka, yang imbasnya, mereka akan lebih optimis, merasa mempunyai potensi, dan modal untuk pengembangan diri mereka. Event event seperti ini bagi siswa akan mempunyai efek ganda, disamping efek positif yang sudah saya utarakan diatas, hal ini juga bisa meminimalisir upaya para siswa untuk menunjukkan ekspresinya atau pencarian pengakuan dengan cara yang salah, atau dalam bahasa umum, meminimalisir kenakalan remaja.
Tak terasa, Pandemi yang melanda sudah berlangsung setahun, anak anak sekolah sudah tidak bersekolah normal dalam rentang waktu hampir setahun, kebijakan BDR yang diterapkan telah mampu merubah ritme dan cara belajar para siswa menjadi serba online, dengan tekhnologi, soal atau jawaban ujian dapat langsung diakses melalui Smartphone mereka. Interaksi antara Siswa dan Guru menjadi sangat berkurang. Ikatan emosional mereka otomatis juga terganggu. Pameran Virtual Seni Rupa dalam rangka Milad Sewindu SMP Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari ini semoga bisa menjadi sebuah momentum dunia pendidikan untuk bangkit. Panitia memang menyebut event ini adalah event pertama kali bagi pelaku seni tingkat SMP yang ada di Gunungkidul. Harapan besar dari berlangsungnya pameran ini, yaitu sebagai wujud apresiasi dari totalitas berkarya para siswa siswi SMP Muhammadiyah Al Mujahidin yang diwadahi dalam event Cipta Adhi Karya, sebuah wadah yang menfasilitasi para Siswa Siswi SMP Muhammadiyah Al Mujahidin untuk mengembangkan bakat mereka dalam bidang Seni dan Budaya. Pameran Virtual atau Pameran Daring dapat disaksikan melalui kanal youtube SMPAM TV dan website SMP Muhammadiyah Al Mujahidin.
Selamat berpameran adik adik, ruang pamer ini adalah ruang luas bagi kalian untuk berekspresi dan mengembangkan diri. Tentu tidak semua dari kalian akan serius menjadi Seniman, tapi harapan kami, besok kalian akan menjadi Guru, Dokter, Pejabat, Pengusaha, yang “Nyeni”, yang mempunyai “sense of art”, kepekaan sosial, “Hamemayu Hayuning Bawono”, menjadi pribadi pribadi yang seimbang, dan akan bisa menyikapi dan mensyukuri kehidupan ini dengan rasa syukur dan keindahan.