“Menyalaa, yee, Garuda Muda terbang tinggi !” Bak oase di padang gurun, Jumat subuh itu massa mengungkapkan rasa girang plus lega setelah timnas U23 menundukkan Korsel dengan penuh drama. Anak-anak asuh STY memang bermain sangat oye pada gelaran Piala Asia U23, sampai bisa mencicipi laga semifinal.
Nah, Senin ini, kami mendukungnya dalam perebutan tiket final versus Uzbekistan. Nonton bareng alias nobar pun jadi ajang mbengok-mbengok menyemangati. Di Negeri Kahyangan, nobar ada di mana-mana: di cakruk, balai dusun, kecamatan juga di Taman Budaya Negeri Kahyangan.
Malam ini, kami membagi diri nobar. Aku memilih bergabung bersama para tetangga di pos ronda. Sedangkan Kidung dan ibune nonton bareng di balai dusun Negeri Kahyangan. Tak main-main, pengurus karangtaruna menyiapkan layar lebar bahkan menyediakan doorprize sangat menarik berupa satu sepeda listrik. Wow untuk level dusun, ini sudah wangun.
Oh, iya, sebelum hari H, di medsos, pamflet nobar pun beredar dengan penonjolan tulisan dan gambar. Menariknya, foto yang tampak besar bukan punggawa Garuda Muda tapi para pejabat atau politisi yang di muka. Ya, ndak apa-apa. Cuma terasa kok ada perebutan muka bukan bola ya?
Malam ini, perebutan bola atas Uzbekistan untuk tempat pertama dan kedua sudah usai. Ya, meski ada saja yang kecewa menyalahkan pengadil lapangan ketika menganulir gol paska dicek via VAR. “Wasite *su!” Sudahlah, cukuplah berbesar jiwa. Mereka unggul segalanya. Toh, perebutan tempat ketiga masih terbuka. Berikutnya ketemu tim Jepang atau Irak sama saja. Garuda Muda harus tetap menyala untuk merebut dan menguasai bola.
***
Perebutan tak harus dihindari. Lha wong hidup ini perebutan. Perebutan kemenangan pada pertandingan sepakbola. Begitu pula perebutan makna untuk nobar berikutnya.
Aku merebut makna bahwa nobar adalah ruang kebahagiaan mbengok-mbengok bersama tetangga. Eh, tapi kok ada juga yang menyodorkan makna nobar demi persiapan pilkada?
Aissh, terus menyala, Garuda Muda!
….