Pilkada, Rasulan, dan Hari Raya

Si Gunung, maskot Pilkada Gunungkidul tahun 2020. Dok: KPUD Gk.

Dalam Antropologi pedesaan, warga Gunungkidul menemukan kesenangan kolektif dalam dua momentum: Lebaran dan Rasulan. Saat ini dan di masa-masa yang akan datang PILKADA bisa dimasukkan juga dalam daftar kesenangan berjamaah itu.

Di tengah buruknya praktik demokrasi, nyatanya Pilkada memberi kesenangan bagi banyak sekali orang, walaupun kesenangan itu bersifat materialistis. Warga bisa menyaksikan jalan-jalan amat meriah dengan poster-poster calon bupati yang dipasang di nyaris setiap sudut jalan.

Bacaan Lainnya

Mereka juga menerima rejeki dari macam-macam jalan. Warga pemilih mendapat uang sogokan, dapat amplop, dapat jilbab, dapat telur, dapat wajan. Warga yang menjadi tim sukses dapat kaus, uang bensin, rokok dan bayaran. Terkadang bayaran bertambah dengan melakukan ‘korupsi’ kecil-kecilan. Para saksi mendapat uang lelah yang lumayan. Warga yang dipilih Pak Dukuh menjadi anggota KPPS dapat honor dan kebanggaan sebagai ‘pejuang demokrasi’.

Pilkada sekali lagi adalah momentum di mana orang-orang merasa menjadi anak-anak ketika menerima uang di hari raya. Warga Gunungkidul tahun ini kehilangan dua momentum kebahagiaan berjamaah: rasulan dan hari raya, karena pandemi corona. Dan Pilkada menjadi penggantinya.

Mari sambut Pilkada Gunungkidul apapun hasilnya dengan suka cita.

Facebook Comments Box

Pos terkait