Rapen

Rapen, sisa pakan ternak kambing atau sapi. Foto: Woro.

Peternak tradisional Gunungkidul menggunakan istilah ‘rapen‘ untuk menyebut sisa-sisa makanan ternak sapi dan kambing.

Rapen‘ ada karena beberapa hal. Pertama: makanan yang diberikan berlebih sehingga ternak tak sanggup menghabiskannya.

Bacaan Lainnya

Kedua; rumput atau ‘sulen‘ yang diberikan tak terlalu disukai ternak. Bisa juga karena masih dalam keadaan basah akibat guyuran hujan, sehingga hanya dimakan sedikit saja.

Ketiga; pakan jatuh dari tempatnya dan sudah terinjak kaki ternak, ini tak akan lagi disentuh oleh ternak walau terlihat masih cukup segar.

Para peternak tradisional itu punya beberapa perlakuan terhadap ‘rapen‘. Ada yang membakarnya sebagai ‘kutuk‘.

Ada yang mengolahnya menjadi pupuk organik dengan cara mencampurnya dengan barteri pengurai (fermentasi). Sebagian lagi akan menggunakannya sebagai pupuk langsung tanpa proses fermentasi.

Untuk pupuk kasar ini akan diberikan ke rumpun pisang. Petani tradisional meyakini bahwa pohon pisang akan tumbuh subur bila dikasih rapen dan bukannya srinthil atau celethong.

Facebook Comments Box

Pos terkait