Rumput Gama Umami, Varian Baru Rumput Kalanjana yang Lebih “Gurih”

Rumput Gama Umami. Dok: Fapet UGM.

Sobat petani dan peternak, tahukan Anda bahwa saat ini terdapat rumput bernama Gama Umami? Rumput pakan ternak varian baru ini dikembangkan dari varitas rumput kalanjana. Bentuk tanamannya memang persis rumput kalanjana. Bedanya, batangnya bisa tumbuh lebih tinggi, dan yang paling kelihatan adalah minim bulu pada batangnya, sehingga tidak membuat gatal di tangan.

Para peternak yang telah mencoba membudidayakan Gama Umami mengatakan, bahwa hewan ternak sangat menyukai rumput varian baru ini. Mereka mengistilahkan rumput ini lebih berasa crunchy (gurih) bagi hewan ternak yang memakannya.

Bacaan Lainnya

Di Gunungkidul, sudah ada yang membudidayakan rumput Gama Umami. Satria Aji (38), pemilik peternakan Bumi Kayangan Farm dari Dusun Gondang Desa Duwet Wonosari adalah salah satu petani yang telah turut mengembangkan rumput Gama Umami ini. Pertama kali, Aji menamam rumput varian baru ini dengan dukungan teknis dari Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta.

Dari pengalamannya membudidayakan rumput Gama Umami, Aji menyatakan, bahwa rumput tersebut mempunyai daya tumbuh luar biasa. Persentase tumbuh dari stek batang tinggi, tunas besar, dan dapat mencapai 10 tunas pada penanaman awal di musim kemarau.

Sebagaimana diketahui, Fakultas Peternakan (Fapet) UGM yang berinisiasi mengembangkan rumput yang diberi nama Gama Umami. Rumput ini merupakan mutasi rumput kalanjana atau rumput gajah yang telah diradiasi sinar gamma, sehingga menghasilkan rumput yang lebih unggul dibandingkan dengan induknya.

Rumput gajah dipilih karena rumput ini merupakan jenis yang unggul, disukai ternak ruminansia, dan sangat cocok dikembangkan di Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis. Hasil produksi rumput Gama Umami lebih tinggi dibandingkan rumput gajah lokal sebagai tetua dan dalam setahun dapat dipanen hingga 6 kali.

“Mutasi dengan radiasi sinar gamma dapat memengaruhi morfologi, anatomi, dan fisiologi tanaman sehingga menghasilkan tanaman yang lebih unggul dibandingkan dengan tetuanya. Aplikasi radiasi sinar gamma digunakan pada organ vegetatif, bunga, dan biji tanaman rumput gajah,” ujar Ir. Nafiatul Umami SPt MP PhD, dosen Fapet UGM sekaligus ketua peneliti rumput Gama Umami.

Nafiatul menambahkan, rumput gajah yang mengalami penyinaran radiasi Gamma, selanjutnya diseleksi dan didapatkan rumput Gama Umami dari penyinaran 100 Gray.

“Radiasi sinar gamma diketahui tidak meninggalkan residu radioaktif dalam material yang diradiasi. Proses radiasi pada rumput gajah menghasilkan keragaman jenis tanaman serta menghasilkan tanaman yang lebih produktif, terlihat dari morfologi, anatomi, biokimia, produksi dan fisiologi tanaman,” terang Nafi.

Dalam penelitian yang dilakukan antara Fapet UGM bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), diketahui bahwa hasil radiasi memengaruhi bulu pada tanaman rumput gajah Gama Umami yang lebih sedikit yang sangat berpengaruh terhadap palatabilitas (kemampuan mengecap makanan) pada ternak ruminansia.

Kemudian, hasil pertumbuhan vegetatif dan morfologi rumput gajah Gama Umami lebih baik dibandingkan dengan tetuanya karena sinar gamma didasarkan pada interaksi dengan atom atau molekul dalam sel, terutama air, untuk menghasilkan radikal bebas.

Radikal bebas tersebut dapat merusak atau memodifikasi komponen penting dari sel tumbuhan, misalnya dapat memengaruhi morfologi, anatomi, biokimia, dan fisiologi tanaman yang dapat menghasilkan tanaman yang lebih baik dan unggul.

“Pada proses pengujian dari hasil pemuliaan radasi sinar gama tanaman rumput gajah Gama Umami dilaporkan memiliki hasil  pertumbuhan vegetatif sebagai berikut: tinggi tanaman yaitu antara 3,4-3,7 m, panjang tanaman 3,7-3,8 m, panjang daun 1,1-1,3 m, panjang ruas 12-15,3 cm, diameter batang 2,2 cm dan jumah tunas sebanyak 41-50,” jelas Nafi.

Dalam riset rumput Gama Umami, juga dilakukan pengamatan produksi biomassa dan komposisi kimia dari rumput Gama Umami. Dilaporkan bahwa produksi biomassa yang dihasilkan memiliki produksi segar mencapai 50 kg/meter persegi ubinan dibandingkan dengan rumput gajah lokal yang hanya mencapai 30 kg/meter persegi.

Kemudian, hasil komposisi kimia menunjukkan rerataan  protein kasar 11,21% – 14,7%, lemak kasar 3,40%, serat kasar 34,26, ADF 45,84% dan NDF 66,00%. Dari hasil tersebut terlihat bahwa rumput Gama Umami sangat baik jika diberikan ke ternak ruminansia. Hal ini dilihat dari produksi yang tinggi dan kandungan kimia yang baik.

Cahyo Kurmai, peternak dari Banyumas juga menyatakan kepuasannya dengan pengembangan rumput Gama Umami di lahannya. Dari 1 stek yang awalnya hanya dua tunas, dalam waktu penanaman awal bertambah setiap minggunya hingga terdapat sekitar 20 batang tunas pada 2 bulan penanaman pertama, jumlah tunas mencapai 5 kali lipat pada pemotongan selanjutnya.

Menurut Cahyo, Gama Umami memiliki daun lebih hijau dibandingkan dengan rumput lainnya. Selain itu, tidak ada bulu halus bahkan jika kita tidur di atas daun tersebut tidak akan merasa gatal dibandingkan jika kita tidur di atas daun rumput gajah.

Cahyo mengatakan, Gama Umami juga memiliki batang yang empuk. Dirinya bahkan pernah mencoba memotong rumput tersebut pada umur 6 minggu dan dicoba untuk dikunyah. Cahyo merasakan batang rumput masih bisa dapat dikunyah dengan mudah dengan rasa agak manis. Hal ini sangat menguntungkan karena batang yang lunak tentu akan membuat ternak dapat memakan semuanya tanpa perlu dicacah apalagi jika peternak tidak memiliki mesin cacah.

Para peneliti dari Fapet UGM dan PAIR BATAN juga memberikan pernyataan, bahwa rumput Gama Umami sangat cocok untuk dikembangkan. Mereka juga yakin varian rumput ini akan mampu menyumbang kemajuan pakan ternak Indonesia.

***

Referensi: https://fapet.ugm.ac.id/id/fapet-ugm-kembangkan-gama-umami-rumput-unggul-hasil-radiasi-sinar-gamma/

Facebook Comments Box

Pos terkait