Sajak-sajak Pertanian Mashudi

Lahan Pertanian di DAS Kali Oya
Lahan Pertanian di DAS Kali Oya

BERTANYA PAK TANI

Seorang petani di Karangmojo sedang berjalan menuju sawahnya.[Foto:WG]
Seorang petani di Kapenewon Karangmojo sedang berjalan membawa alat-alat pertanian menuju sawahnya.[Foto:WG]
Bertanyalah Pak Tani, “Kemana aku bermukim?”
Dengan senyum Bumi pun menjawab, “Di dadaku aku tampung keluhmu.”

Bacaan Lainnya

Bertanyalah Pak tani, “Kapan aku memanen?”
Dengan senyum Lumpur pun menjawab, “Di saat engkau tak merusakku.”

Bertanyalah Pak Tani, “Kapan aku menanam kembali?”
Dengan senyum Sawah pun menjawab, “Di saat Engkau tak mengotori diriku.”

Bertanyalah Pak Tani, “Apakah  benar-benar tidak ada maaf bagiku?”
Dengan senyum Tanaman pun menjawab, “Tunggu saja terkabulnya doa-doaku kepada Tuhan Semesta!”

[Playen, 2020]

LUPA SUBUR

Lahan pertanian tegalan-karang di daerah Rongkop.[Foto:WG]
Lahan pertanian tegalan-karang di daerah Rongkop.[Foto:WG]
Sejak perkawinanku denganmu tak ada keharmonisan cinta dengan semestaku
Baris-baris industri mencerai-beraikan sawah ladangku
Limbah sengaja tak permisi dengan gembur murni tanah
Kemegahan alir sungai meruntuh sempit digilas kemarau mendera
Lambai ilalang-ilalang tercium kobaran api pembersihan diri
Panas bergulat bersama tegarnya terik kemarau menjelang
Guratan pasrah wajah petani-petani merunduk sumeleh pasrah tergenggam
Walat-walat mengadu kepada-Nya
Sumpah-serapah mengetuk bumi
Petani tegar mengumbar hati nan jembar

[Wonosari, 2020]

KETELA CINTA

Panen Ketela.[Foto:WG]
Panen Ketela.[Foto:WG]
Di kaki bukit ini aku temukan lelah dalam kesepian
Semenjak ketela menjadi asing tergerus oleh derita jaman
Namun ketabahan demi ketabahan menyirami lubuk
Suasana jalan panjang tak pernah merasa lapuk

Telah terbiarkan ayu manampakkan diri tanpa terkurung toples
Piring pun tersedia membagi ruang bagi para peminat

Bersemilah ketela-ketelaku
Engkau adalah sahabat pelipur kehidupan di dingin kemarau menjelang

Engkau adalah pelepas penat di saat kimia merenggut
Sediakanlah sua yang panjang untuk meniti hening kedamaian kalbuku
Kalau engkau tiada lagi tanpa larik pada indah lereng-lereng
Di mana lagi harus kujamah peristiwa cinta bersama thiwul-thiwul yang membanggakan itu
Aku harap engkau ada dan tetap ada dalam genggaman

[Wonosari, 2020]

GUNUNGKIDUL

Pegunungan Seribu, Paliyan.[Foto:WG]
Pegunungan Seribu, Paliyan.[Foto:WG]
Telah aku lihat bukit-bukit bergandeng mesra mengikat janji cinta pada semesta
Tak lupa juga baris berbaris runtun putih bersih batu berkapur
Rekah tanah merah dan laku air kikis melukis
Akar pohon jati membalut terjal runcing  bebatuan
Danau-danau susut melapar menantang biru  langit kemarau memanjang
Di sini kita terlahir di puncak kering pegunungan
Bersenda bersama sejuk sembirit angin menyapa
Dan sungai perawan yang menyembur dari perut bukit

Kebahagiaan kita
Nikmatilah !

[Wonosari, 2020]

 


 

[Penulis: Mashudi. Mashudi adalah penulis kelahiran Gunungkidul 1982. Saat ini ia masih tinggal di Gunungkidul. Tulisan-tulisan puisinya  pernah dimuat di Majalah Nasima Merah Putih Semarang, Media Online Apajake dan Puisipedia. Di sela-sela kesibukannya ia masih aktif menulis.]

Mashudi.[Foto:MH]
Mashudi.[Foto:MH]
Facebook Comments Box

Pos terkait