Kelompok ternak itu bernama “Sido Makmur”. Lokasinya di kampung Tinjon Berbah Sleman Yogyakarta. Kelompok ternak ini beranggotakan empat puluh anggota dengan empat puluh kandang sapi.
Awal mulanya, melalui kelompok ternak ini mereka mendapat bantuan hewan sapi dengan sistem “bali babu”. Artinya, mereka harus mengembalikan “babon” atau indukannya setelah ternak yang dipeliharanya beranak. Anakan sapi itulah manfaat yang didapatkan para peternak.
Dalam kurun waktu 10 tahun ini, para anggota rata-rata sudah panen empat kali jual sapi. Harga jualnya sekitar dua belas juta rupuah per ekornya.
Kelompok ternak ini hanya memilih hanya jenis “sapi Jawa’. Mengapa demikian? Pertimbangannya adalah ketersediaan pakan damen yang seimbang dengan konsumsi yang diperlukan.
Para petani yang tergabung dalam kelompok ternak “Sido Makmur” ini memiliki semboyan “Gliyak-gliyak nanging awet lan ajeg”. Pelan-pelan namun awet dan teratur. Para anggota merasa cukup terbantu dengan usaha ternak ini.