Tetawu

Mencari ikan di sungai atau anak sungai. Foto: Iwan.

“Pak, cerita masa kecil lagi dong!” Anakku meminta cerita pengiring boboknya. Biasanya kami bergantian baca satu, dua cerita dari Bobo. Namun, kemarin malam ia kangen cerita masa kecil bapaknya.

Saya tertegun, agak bingung juga mendengarnya. Saya merasa sudah kehabisan stok kisah masa bocah. Oh, Tuhan, tapi ini kesempatan yg tak boleh dilewatkan! Jelas tidak boleh karena seharian ini waktunya direbut oleh Youtube dan Likee kesukaannya.

Bacaan Lainnya

Kuperas ingatan dan meloncat lebih jauh ke masa silam. Dan… nah, ini dia, di ujung jeda kutemukan kata kunci cerita. Kutertabrak kata, “tetawu.”

Tetawu adalah cara menangkap ikan di kalen (sungai kecil) dengan membendung kalen dua sisinya dan menguras air secara bergantian. Bersama dua atau tiga teman, ku bergantian menciduk dengan ember atau ciduk. Biasanya dibagi masing-masing anak lima sampai sepuluh kali.

“Nah, kalau airnya tinggal semata kaki, kami lalu mengobak-obak atau memutar air dengan kaki bersama-sama sampai ikannya pada mabok!”

“Terus gimana, Pak?”

“Ya, ikannya mabok mbak, ada sepat, bader, mujaher, bethik, bahkan lele, kutuk atau gabus. Tinggal tangkap dengan tangan…”

“Kakinya ndak gatal-gatal, Pak?”

“Ya jelas, sampai gudikan alias sakit gatal kulit. Dan bekasnya hitam-hitam!”

“Hahaha, pantas, kakinya bapak korengan!”

Facebook Comments Box

Pos terkait