Surat Kabar “Mataram”

Sedulur semua… Tahukah panjenengan? Koran MATARAM adalah surat kabar yang pertama kali terbit di Yogyakarta. Ya, surat kabar bernama MATARAM ini diketahui pertama kali terbit pada 15 Januari 1877 lurrr…. Terbit masih dalam Bahasa Belanda. Jadi target pelanggan waktu itu para pendatang bangsa Eropa yang tinggal di kawasan Vorstenlanden (Djokdjakarta dan Soerakarta), dan kaum pribumi yang bisa berbahasa Belanda. Barangkali, kaum pribumi yang menguasai bahasa Belanda tentu saja ya masih terbatas kalangan bangsawan kerajaan dan mungkin para bupati dan priyayi pangreh praja.

Tahun 1877, berarti 47 tahun setelah perang Jawa berakhir. Apakah koran pertama di Djokdjakarta tersebut peredarannya sudah sampai wilayah Kabupaten Gunungkidul? Belum terlacak lurr…. Yang jelas, apabila benar dimulainya pemerintahan kabupaten Gunungkidul itu pada tahun 1832 berpusat di Pati Genjahan Ponjong. Artinya usia kabupaten ini waktu itu sudah 45 tahun.

Bisa jadi koran itu sudah beredar ya? Tentu administrasi pemerintahan kabupaten sudah ada proses komunikasi tertulis dengan pihak Karaton (Pepatih Dalem) atau Residen Yogyakarta. Koran yang terbit mingguan bisa jadi sudah menjadi bacaan literasi para bupati dan priyayi pangreh praja di kabupaten, sebagaimana membaca KR atau Bernas di era sebelum menjamurnya media online seperti saat ini.

Surat kabar atau koran tampaknya mulai bergeliat tumbuh di berbagai kota Hindia Belanda pada akhir abad 19 atau periode akhir tahun 1800-an. Kemunculan koran atau couran sebelum dimulai dari Batavia, Soerabaja, Semarang dan Padang. Bataviasche Koloniale Couran adalah suratkabar yang pertama terbit pada tahun 1811 di Batavia. De Locomotief adalah koran terbitan di Semarang, di Bandung ada Preanger Bode, di Padang ada Sumatra Courant.

Terbitnya surat kabar berbahasa Belanda di Hindia Belanda pada waktu itu kemudian diikuti oleh terbitnya koran-koran berbahasa Melayu dan bahasa lokal lainnya. Di Djokdjakarta pada tahun 1895 muncul surat kabar berbahasa Jawa dan Melayu bernama “Retno Doemilah”. Surat kabar ini terbit perdana pada Jumat 17 Mei 1895 dengan redaktur FL Winter. Seorang dokter lulusan Sekolah Dokter Pribumi Batavia (STOVIA), Wahidin Soedirohusada bergabung dalam surat kabar ini dan tercatat sebagai redaktur tunggal setelah tahun1901. Sebelumnya, dokter Wahidin berduet dengan Tjan Tjook Sian dalam mengelola Retno Doemilah.

Boleh dikatakan, melalui Retno Doemilah, seorang Wahidin turut menyalakan dan menebarkan api nasionalisme Indonesia, yang kemudian diteruskan oleh para tokoh nasional yang kemudian muncul dalam pergerakan menuju perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Semoga ada teman-teman lainnya yang juga melacak dan berbagi informasi: adakah sirkulasi dan pengaruh surat kabar jaman Hindia Belanda di wilayah Kabupaten Gunungkidul tempo doeloe? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakatnya?

***

Referensi: poestahadepok.blogspot.com.

Loading

Facebook Comments Box
Spread the love