Tradisi Selamatan Ariyoyo Menyambut Idul Fitri di Desa Gedangrejo Karangmojo

Tradisi selamatan Ariyoyo pada malam Idul Fitri di Desa Gedangrejo Karangmojo. Dok: Kemenpanrb.

Masyarakat Desa Gedangrejo Karangmojo khususnya Dusun Gedangan memiliki tradisi yang khas saat menyambut datangnya hari raya Idul Fitri. Saat malam Idul Fitri, masyarakat di dusun tersebut biasanya menggelar acara yang disebut Selamatan Ariyoyo.

Kenduri bersama yang digelar masing-masing keluarga besar dengan hidangan yang khas. Ubo rampe kendurinya antara lain: kue apem, nasi tumpeng plus ingkung ayam, dan sayur urap-gudangan. Beberapa media telah mencatat tradisi yang khas tersebut, antara lain web Kemenpan RI, merdeka.com, dan nugeka.com.

Bacaan Lainnya

Selamatan Arioyo nampaknya menjadi istilah khas di Gedangrejo. Wujudnya adalah kenduri atau doa bersama yang kemudian diteruskan acara makan bersama. Istilahnya juga dikenal sebagai selamatan hari raya merupakan selamatan yang digelar pada malam hari raya Idul Fitri, tepatnya setelah salat magrib atau salat isya.

Masyarakat yang hadir adalah para tetangga terdekat yang berkumpul di salah satu rumah warga. Masing-masing kepala keluarga membawa makanan sendiri-sendiri. Makanan yang dibawa lalu diletakkan di atas sebuah tampah beralas daun pisang. Isinya macam-macam, seperti gudangan, ketupat, apem, tumpeng nasi ingkung ayam, dan sebagainya.

Dari keterangan yang diperoleh dari masyarakat setempat, maksud dan makna dari makanan gudangan, ketupat, apem, tumpeng nasi antara lain:

1). Gudangan atau sayur urap berisi berbagai macam sayuran yang dibumbui kelapa parut dan rempah-rempah yang telah dihaluskan, setelah dicampur menjadi satu rasanya malah enak. Hal ini menjadi penanda persatuan dan gotong-royong dalam masyarakat, bahwa perbedaan yang ada baik di keluarga maupun masyarakat, apabila disatukan, lalu menjadi sikap bersama guyub rukun bisa membawa kesejahteraan dan kenikmatan hidup.

2). Ketupat atau kupat singkatan dari ngaku lepat, artinya mengakui dosa kepada Allah SWT (hablu minallah) dan mengakui kesalahan pada sesama manusia (hablu minannas), sehingga harapannya idul fitri menjadi suci kembali.

3). Apem sebagai satu-satunya hidangan manis pada hidangan tersaji. Kata “apem” berasal dari ‘afwan’ artinya ampun atau meminta ampunan.

4). Tumpeng nasi memiliki arti tumindak sing lempeng atau berperilaku yang lurus. Maksudnya tumpeng menjadi penanda dan harapan masyarakat selalu memiliki perilaku yang baik usai beribadah di bulan Ramadan.

Idul fitri dalam tradisi Jawa juga dikenal dengan lebaran ketupan. Lebaran ketupat biasa dirayakan saat 1 Syawal ataupun tanggal 7 – 8 Syawal (sebagai penanda usai melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal). Hal ini tak lepas dari tuntunan agama Islam, di mana Nabi Muhammad SAW menganjurkan bagi umat Islam supaya menyempurnakan puasa Ramadhan dengan puasa sunah enam hari di bulan Syawal karena pahalanya bisa menghapus dosa seseorang untuk satu tahun kedepan.

Keutamaan puasa enam hari di bulan Syawal yaitu: pertama, menyempurnakan puasa ramadhan. Puasa sunah Syawal sebagai penyempurna puasa Ramadhan, sebagaimana sholat sunah rawatib sebagai penyempurna sholat fardhu lima waktu. Kedua, menyempurnakan menjadi pahala puasa satu tahun.

Puasa sunnah Syawal untuk menyempurnakan pahala puasa menjadi pahala puasa setahun. Ketiga, menjadi tanda diterimanya puasa ramadhan. Puasa sunah Syawal membiasakan umat Islam untuk berpuasa setelah selesainya puasa Ramadhan.

Keempat, sebagai tanda bersyukur kepada Allah SWT. Keutamaan puasa sunah Syawal sebagai tanda syukur umat Islam kepada Allah SWT atas anugerah yang melimpah di bulan Ramadhan berupa puasa, qiyamul lail (shalat malam), zakat dan lain-lain.

Kelima, mempertahankan ibadah yang dijalankan selama Ramadhan. Keutamaan puasa sunah Syawal menjadi wujud Ibadah yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan tidak terputus. Menjalankan ibadah puasa enam hari di bulan Syawal menunjukkan bahwa ibadah yang dijalankan selama bulan Ramadhan tidak berhenti meski bulan suci itu telah berlalu. Keistiqomahan ibadah selama ramadhan perlu dipertahankan, bahkan ditingkatkan sebagaimana bulan syawal bermakna bulan peningkatan. Karena itulah, pemeluk agama Islam di Jawa mentradisikan Lebaran Ketupat.

Menurut cerita tutur, Lebaran Ketupat di Jawa pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Saat beliau memperkenalkan istilah ba’da (setelah) kepada masyarakat Jawa. Ba’da yang dimaksud Sunan Kalijaga adalah ba’da Lebaran dan ba’da Kupat.

Ba’da Lebaran dipahami dengan prosesi Shalat Idul Fitri 1 Syawal, lalu dilanjutkan dengan tradisi silaturrahim saling berkunjung dan memaafkan kepada sesama muslim.

Sedangkan ba’da Kupat dimulai setelah seminggu Lebaran Idul Fitri atau setelah selesai puasa sunat enam hari bagi yang langsung menjalankan puasa terus menerus semenjak tanggal 2 syawal.

Kemeriahan lebaran idul fitri dan lebaran kupat oleh masyarakat Islam Jawa ditandai dengan membuat ketupat yakni sejenis makanan yang dibuat dari beras dimasukkan dalam anyaman daun kelapa muda (Janur) berbentuk kantong persegi empat, kemudian dimasak dan dimakan dengan sayur santan. Setelah ketupat masak dan diberi lauk pauk ikan, telor dan daging serta diberi kuah bersantan, masyarakat kemudian membagi-bagikan kepada tetangga, kerabat keluarga terdekat serta orang yang lebih tua sebagai perlambang kasih sayang dan mempererat tali silaturrahim.

***

Facebook Comments Box

Pos terkait