Mengoptimalkan Peran Posko Relawan Desa Tanggap Covid-19

Posko relawan cegah covid-19 sebuah desa di Gunungkidul. Foto: Jarwadi.

Wabah Covid-19 yang mulai masuk ke daerah membuat masyarakat di perdesaan menjadi was-was. Rasa was-was yang mendorong mereka untuk mengambil sejumlah langkah. Misalnya, pembatasan akses keluar masuk kampung, penyemprotan desinfektan, sampai pendirian posko-posko penanggulangan wabah.

Saya yakin semua langkah yang dilakukan umumnya secara swakarsa dan swadaya itu bertujuan baik. Untuk mencegat dan mencegah wabah Covid-19 masuk ke lingkungan dimana mereka tinggal.

Bacaan Lainnya

Berbeda dengan posko penanggulangan bencana lain seperti banjir, gempa, gunung meletus, dan sejenisnya, wabah Covid-19 merupakan bentuk bencana yang baru. Sehingga belum banyak pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat mengenai penanganan penyakit yang sangat menular ini.

Saya tidak tahu, apakah sekarang sudah ada standar baku pendirian, penanganan, dan pengelolaan posko relawan tanggap Covid-19 di tingkat masyarakat. Yang jelas ketika masyarakat mulai mengambil langkah-langkah, standard baku dan prosedur keselamatan belum banyak diketahui atau mungkin belum ada.

Masyarakat pun mengambil langkah sendiri-sendiri dan cara masing-masing sesuai pendapat masing-masing pula, sehingga tanpa menafikan manfaat dan kebaikannya, keberadaan posko-posko relawan penanggulangan wabah mendapat banyak sorotan yang kurang baik.

Sorotan-sorotan yang diberikan pada posko-posko relawan tersebut, menurut catatan saya mulai dari:

1. Mempertanyakan efektivitas dan dampak dari penyemprotan desinfektan di tubuh orang yang akan memasuki suatu wilayah

2. Mempertanyakan efektivitas pemeriksaan suhu tubuh seseorang untuk deteksi awal Covid-19 bila tidak dilakukan oleh nakes ataua seseorang yang belum dilatih secara khusus.

3. Mempertanyakan penyemprotan desinfektan di jalan-jalan di siang bolong dan di rumah/bangunan kosong.

4. Mempertanyakan petugas-petugas di posko-posko yang tidak dilengkapi dengan APD yang memadai.

5. Mempertanyakan sejumlah posko di desa-desa tertentu yang malah menjadi tempat ngumpul masyarakat tanpa mengindahkan kaidah physical distancing, bahkan menjadikan posko sebagai tempat makan-makan dengan dibuat dapur masak, tempat karaokean, dan bermain kartu pada malam hari.

6. Mempertanyakan ijin akses di wilayah – wilayah tertentu yang menghambat kerja pekerja kurir, pekerja logistik, pedagang keliling, dan sejenisnya yang sejatinya diperlukan oleh masyarakat.

7. Lain-lain.

Saya tidak bisa banyak berkomentar atas sejumlah sorotan yang ditujukan kepada posko-posko di beberapa desa yang saya yakin bermaksud baik itu.

Sampai sore ini (18/4/2020), saya belum melihat di desa saya, di Desa Grogol didirikan Posko Relawan Tanggap Covid-19. Namun, saya baru kemarin mengetahui di Desa Grogol telah dibuat Relawan Desa Tanggap Covid-19 yang beranggotakan berbagai elemen masyarakat. Dan baru mendapat kabar pada hari ini (18 April 2020) bahwa di Desa Grogol juga akan dibuat Posko Relawan.

Sebagai masyarakat saya tentu menyambut baik langkah pemerintah Desa Grogol membuat Relawan Desa. Karena belum terlanjur banyak bertugas, saya berharap semoga Relawan Desa di desa saya bisa belajar dari relawan dan posko-posko yang sudah ada dan bekerja lebih dulu di desa lain.

Belajar dalam arti tidak mengulang kekurang-pasan di desa-desa lain yang banyak menjadi sorotan. Tidak pula latah meniru apa yang kelihatan baik yang dilakukan oleh posko-posko lain. Masing-masing desa, wilayah, permukiman mempunyai karakter dan tantangan masing-masing.

Sebagai contoh, di desa kita ada warga yang merupakan pengikut suatu jamaah tertentu yang ngotot untuk mendatangkan rekan sesama jamaahnya ke salah satu masjid pada masa wabah ini. Sehingga takmir dan jamaah masjid yang bersangkutan perlu mengambil sejumlah langkah dengan membuat aturan dan tata tertib masjid yang bersangkutan.

Membaca-baca susunan Relawan Desa Tanggap Covid-19 yang ternyata mempunyai banyak sekali divisi, yaitu Divisi Pencegahan, Divisi Penanganan, Divisi Humas, Divisi Ketahanan Ekonomi, Divisi Keagamaan, Divisi Perlengkapan, Divisi Keamanan, dan Mitra Desa. Dalam pandangan saya, divisi-divisi yang sangat banyak yang saya kira akan bekerja secara komprehensif dari banyak sisi.

Semoga dalam waktu tidak lama lagi masyarakat di desa saya akan segera tahu apa yang menjadi program kerja relawan bentukan Pemerintah Desa ini beserta kinerjanya.

Sebagai masyarakat seyogyanya kita bisa turut mengambil peran sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Misalnya, berusaha tetap diam di rumah bila tak ada kepentingan sangat mendesak dan menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih sehat) di lingkungan keluarga terdekat kita masing-masing.

Facebook Comments Box

Pos terkait