Ada Nikmat dalam Kepahitan

Melangsungkan pernikahan di masa pandemi. Dok: alinea.id.

SEPUTARGK.IDPagi ini dari sebuah toko online datang sudah kopi yang aku pesan. Untuk kali ini aku kembali akan menikmati kopi dari tanah Jawa, setelah dua bulan yang lalu lidahku dimanjakan oleh kopi dari tanah Sumatra tepatnya kopi Arabica Sidikalang Sumatra Utara. Setelah itu sebulan penuh aku bener-bener menikmati kopi kiriman dari adik ipar yaitu kopi Arabica dari tanah Papua tepatnya dari Yahukimo.

Menikmati kopi dari tanah Jawa sebenernya sudah pernah kurasakan, kopi Robusa dari tanah sekitaran gunung Kawi. Aku berasa melayang seperti dibawa mimpi ketemu dengan Mahesa Agni sang murid kesayangan Mpu Purwa yang bermandi darah dan keringat mempertahankan Ken Dedes dari Kuda Sempana yang tak henti-hentinya menggodanya. Aahh seperinya aku terlalu jauh membayangkan sebuah Desa Panawijen di kaki Gunung Kawi pada masa itu, pahit.

Bacaan Lainnya

Rencana sudah kususun ndakik-ndakik, mulai baju yang akan kupakai, kereta yang akan kupesen untuk pulang kampung, sampai rencana nongseng dan motrek apa wae di tanah kelahiran. Namun semua ambyar setelah pemerintah menetapkan PPKM untuk daerah Jawa dan Bali, terlebih aturan perusahaan yang tidak menyarankan untuk bepergian jauh, apabila nekat maka segala resiko harus ditanggung sendiri.

Aku ngerem untuk ini, aku trimo nyengkuyung padongo kanggo ponakanku yang rencananya melangsungkan pernikahannya. Berdasarkan ulem yang dikirim adikku perempuan, bahwa resepsi akan diselenggarakan di kantor Balai Desa Wonosari, namun apa boleh buat daerah kelahiranku Gunungkidul Yogjakarta termasuk daerah yang harus menerapkan PPKM, maka segala bentuk resepsi yang membuat keruman orang tidak diperbolehkan.

Kecewa ? Ya …pastilah, apalagi ini momen sekali dalam hidup, yang mana daripada kalau kita setia dengan pasangan kita. Ya kan? Maka ponakanku yang harus ngerem, dan juga harus beradaptasi dengan semua keadaan ini.

Kamongko ponakanku iki yang paling prihatin di antara ponakan-ponakanku. Ha kok arep duwe gawe we kahanan jadi koyo ngene. Ngenes mbrebes mili yen kelingan betapa tegar dan tabahnya ponakanku yang satu ini. Ponakan sing ndemenakake sing prihatin lan sing iso nyratenni Ibu saat ibu gerah sampai ibu dipundhut Gusti. Iya ponakan akoh ikih sing loro lopo nyratenni Ibu.

Pahit, pancen pahit tapi mau bijimana lagi. Ini semua ketetapan dari pemerintah yang sedang berjuang dengan segala cara untuk melawan virus Corona. Sebagai warga negara yang baik, maka ngerem dan berjaga itu adalah yang terbaik. Walau semua ambyar mimpi-mimpi kita namun akan indah pada waktunya, bersyukur dalam segala hal, Tuhan mempunyai rencana yang indah untuk kita semua.

Makkk….. Prepet jebul pait banget kopi Gunung Kawi, tak kandani yo, sakplokke virus corona menggila aku wis nyirik gula baik gula pasir po gulo batu. Jadi kopinya bener-bener tanpa gula untuk menyeimbangkan rasa. Dan ternyata pahit itu bisa dinikmati, seperti kopi Gunung Kawi ini.

Tertanda : Penggemar Tongseng Pasar Argosari.

***

Facebook Comments Box

Pos terkait