Terisolir Tidak Berarti Menyerah: Perjalanan ke Pegunungan Tengah Papua

Anak-anak Kampung Abouyaga Distrik Mapia Kabupaten Dogiyai Papua, di depan rumah mereka. Foto: Tugi/SG.

Sepulang dari tugas dari sana, anggota tim kerjaku sepertinya juga lebih banyak saling berdiam diri. Aku paham, sulit rasanya menerima kondisi kehidupan suatu masyarakat dalam suasana serba terpencil, serba terbatas, serba minim, yang benar-benar membuat sesak rasa di dada.

Saat-saat beristirahat dari pekerjaan lapangan, aku sempat berbincang dengan Pak Tua mantan kepala kampung. Ia bisa berbahasa Indonesia karena dulu pernah pergi mengembara sampai di daerah Asmat dan Merauke. Ia juga sempat mengenyam sekolah di jaman Belanda. Kembali ke kampungnya ini, Pak Tua mantan kepala kampung ini secara fisik memang juga kembali dengan pakaian khasnya berupa koteka. Ini yang belum kami mengerti sampai kini. Yang jelas, dari Pak Tua ini ada banyak informasi yang kuperoleh tentang apa dan bagaimana penduduk di kampung ini.

Bacaan Lainnya
Kembali ke perkampungan dari lokasi pekerjaan di puncak bukit. Foto: Tugi/SG.

Bagaimanapun, aku dan kawan-kawanku bersyukur, kelancaran penugasan kami di sana sangat banyak ditolong oleh ketulusan dan keramahan masyarakat Kampung Abouyaga yang setia mendampingi di lapangan sampai datangnya jemputan helikopter Bel 412 dari Nabire. Saya dan teman-teman tidak menguasai bahasa setempat, tetapi sedikit perbincangan dalam bahasa Indonesia mereka bisa memahami maksud kami. Selebihnya bahasa hati ternyata membuat lancar segalanya.

Laporan teknis bisa terselesaikan secepatnya, tetapi kondisi keterpencilan, keterbatasan, dan tawa lepas anak-anak di sana selalu terbayang-bayang. Perjalanan ke permukiman di atas pengunungan yang terpencil itu seakan membangunkanku dari hari-hari yang kadang kujalani masih bermalas-malasan hanya dengan tidur dan mendengkur.

Keceriaan anak-anak Kampung Abouyaga di tengah keterisolasiannya. Foto: Tugi/SG.

Betapa luar biasa hebat pandangan dan keinginan luhur para bapak pendiri republik ini. Negeri kelautan Nusa-Antara, yang dirintis leluhur semenjak Sriwijaya – Majapahit. Aneka rupa pesonanya memang mesti dibangun dari generasi ke generasi dengan penuh cinta, cerdas, dan rasa bersaudara. Semoga saudara-saudaraku di sana itu segera mampu meraih kecemerlangan, sebagaimana yang telah dinikmati sebagian lain wilayah republik tercinta ini.

***

Facebook Comments Box

Pos terkait