Teman Mingguan

Benggol atau uang koin lawas biasa untuk kerokan. Foto: Iwan.

“Sudah dua tahunan ini, aku ndak pernah masuk angin!”

Kata-kata bernada bangga ini kusampaikan ke beberapa teman saat obrolan santai bertema masuk angin. Hal ini kuungkapkan sebagai kesaksian pengalaman pencegahan. “Nah, itu kualami sejak mandi tak pakai air hangat lagi…” tambahku.

Bacaan Lainnya

Kucoba berbagi kebaikan sederhana dari pengalaman mengelola badan.

Memang, dua tahunan ini aku menghindari mandi dengan air hangat. Sebenarnya dulu, sebelum anak perempuanku lahir, kebiasaan mandi air dingin berlaku keseharianku. Namun sejak sembilan tahun lalu, kebiasaan itu berubah gara-gara setelah memandikan bayi mungilku, sisa air hangatnya kupakai mandi.

Sejak itu, aku biasa mandi air hangat dan ketakutan mandi dengan air dingin. Tiap hari kurebus air meski putriku melewati masa balita. Nah, sepertinya gara-gara itu lalu masuk angin bak menjadi teman mingguanku.

Ada tambahan statusku, dijuluki wong sing gampang masuk angin. Orang yang mudah masuk angin. Rata-rata dua minggu sekali, kuminta bojo ngeroki badanku!

Namun perjalanan waktu membuat kubelajar menata badan. Secara tak sengaja, ilham menata raga itu kutemukan. Saat necep ngelmu di Jogja, aku numpang di rumah mbakyu, kamar lantai atas kutinggali. Nah, saat itu memaksa mengubah kebiasaan lama.

Ceritanya kurasa tak elok setiap kali mandi kok merebus air di bawah lalu dibawa ke kamar mandi atas, maka kucoba mandi tanpa air panas. Air dari sumur mengalir di kamar mandi tak terlalu dingin untuk memulai mandi tanpa air rebusan. Dan berhasil!

Tak hanya punya kebiasaan mandi tanpa air hangat namun tak sengaja, sejak itu, masuk angin seakan menjauhiku. Masuk angin tak lagi jadi teman mingguan, namun statusnya berubah jadi teman tahunan. Hehehe.

***

Dua tahun berlalu… Tadi malam badanku terasa berat. Malam tadi kuambil lagi minyak dan sekeping uang kuno yang kusebut “benggol” untuk kerokan.

Benggol itu, sekepingnya, jika diberlakukan sekarang, mungkin bisa untuk membeli pulsa data, entah berapa giga. Meski nilainya kecil, namun jangan remehkan karena barang itu warisan.

Seingatku, sejak masih ingusan alias umbelen, dia sudah jadi senjata andalan untuk kerokan anggota keluarga, ibuk dan mbakyu-mbakyuku. Dia sangat berjasa mengusir masuk angin dengan mengerok badan. Bisa dibayangkan berapa ratus kantong angin yang sudah ditundukkan.

Tadi malam aku kerokan. Istriku agak kikuk menggoreskan benggol karena cukup lama ketrampilannya tak dimainkan. Pagi ini badanku segar kembali.

Meski tak lagi jadi teman mingguan, namun benggol tua itu mengingatkan agar lebih bijak menata badan begitu pula agar selalu menjaga sekeping warisan.

***

Facebook Comments Box

Pos terkait