Dari Balik Wajan Gorengan, Memperhatikan DPP (Dewa Pencabut Paslon), Siapa?

Gandung P, Suharno, Heri N

Tenda lapak gorengan kaki lima PERAMPAS HAK pejalan kaki saya sudah tertata rapi. Kompor telah dinyalakan memanasi 3 liter minyak goreng berbahan baku kelapa sawit.

Mas, sudah ada yang mateng? bungkusin 10 ribu ya?” teriak seorang pembeli gorengan di sore hari yang masih terang itu. Asing, spertinya dia bukan warga sekitar.

Bacaan Lainnya

Sambil mencampur adonan gorengan yang saya sebut “jladren”, saya menggeleng memberi tanda, belum! Mata saya kembali fokus pada layar hp android saya yang menampilkan status Politisi Golkar idola saya, Slamet Harjo. Full screen, “Dalam UU Parpol, DPP bak dewa pencabut nyawa dalam perang Baratayudha” demikian maksud dari status yang terlihat ada kesalahan typo. Tapi tetap bisa diartikan dengan jelas.

Selasa, 28 Juli 2020, beranda facebook saya didominasi oleh kabar nasional tentang Sampoerna Foundation, Kondisi Pendidikan BDR , Jokowi terkait Gibran dan … Wahyu Purwanto. Tanggapan nitizen beragam terkait keikutsertaan Jokowi, Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dalam riuh redahnya persiapan PILKADA 2020 di Gunungkidul.

“Presiden tidak ngurusi hal sepele” demikian respon nitizen dengan menggunakan kalimat-kalimat berbeda namun bernada dan irama sama.

SEPELE?! Nama Presiden menjadi bagian dari riuh gaduhnya Pilkada 2020 Gunungkidul adalah sepele?

Adonan gorengan saya masing mengkel, atau masih kaku. Sebentar saya letakkan. Mengambil ketela siap goreng, karena kebetulan sebelum lapak saya buka ada pesanan ketela goreng via whatsapp. Tentu saya dahulukan. Karena kadar air pada ketela ini masih tinggi, tentu suara di wajan berminyak panas ini berisik sekali.

“Mas, saya tidak mau ketelanya hlo, kog digoreng dulu?” protes pembeli yang dari tadi menunggu.

“Adonannya belum jadi, Pak” jawab saya sambil tersenyum.

Otak saya flashback jauh ke tanggal 1 Juni 2017, teringat status facebook yang ditulis panjang oleh wartawan kawakan Gunungkidul. Bambang Wahyu Widayadi dengan judul “INGIN MEMIJIT JOKOWI KARENA BELIAU SEDANG KESLEO”.

Kalau dalam bahasa inggris struktur kalimat yang menggunakan kata “sedang” berarti hal itu masih dalam proses terjadi. Tapi “Kesleo” adalah sebuah kejadian sekejap, yang jika disusun menjadi kalimat, maka harus menggunakan bentuk kata lampau. Begitu kira-kira! Tapi bahasa Indonesia tidak menggunakan struktur kalimat demikian, cukup dengan menggunakan keterangan waktu. Lewati saja kalimat “Karena Beliau Kesleo”. Dalam riuh kegembiraan persiapan PILKADA ini saya memilih untuk meminjam 3 kata pertamanya saja, “INGIN MEMIJIT JOKOWI”.

Menurut pemikiran bakul gorengan ada 2 kemungkinan di Gunungkidul berkaitan dengan tersebutnya nama Jokowi. Kenapa bukan DPP Nasdemnya yang mendominasi atas berita keputusan mundurnya Wahyu Purwanto? Sambil mengangkat ketela goreng, serok wajan saya seolah berbisik diantara berisiknya minyak panas,

  1. DPP Nasdem yang dianggap sepele sebagai tema isu mundurnya Wahyu Purwanto jika dibanding dengan nama Jokowi, atau?
  2. DPD Nasdem Gunungkidul yang sangat perkasa, hingga menurunkan nama Jokowi dalam pernyataannya untuk mempengaruhi konstelasi politik di Gunungkidul?

Padahal, untuk alasan mundur atau dimundurkan, Gunungkidul pernah hanya cukup dengan menggunakan kekuatan sang anak yang tidak cukup dikenal di tengah masyarakat Gunungkidul. Ingat Bahrun Rosyid? Ops … Nasdem juga ya? Suaranews.co.id yang ini bisa mengingatkan kembali (https://suaranews.co.id/2020/04/15/ikuti-kata-hati-sang-anak-bahron-rosyid-mundur-dari-bacawabup-nasdem/)

Sebentar, saya wadahi dulu ketela goreng pesanan via whatsapp ini. Kantong plastik putih telah disiapkan. Tapi untuk memasukan ke dalam plastik, biasanya menunggu tingkat panas gorengan menurun. Lalu saya kembali ke adonan yang tadi saya tinggal, menambahkan sedikit air agar kekentalannya sesuai dengan kebutuhan. Karena gorengan saya sudah menggunakan metode pembeda mana adonan untuk bakwan, tahu brontak/isi, mendoan, pisang goreng, rondo royal dan lain-lainnya. Eh iya … ada rondo royal juga hlo!

Sebelum memulai menggoreng permintaan pembeli yang dari tadi menunggu, saya pastikan pemesan via whatsapp dengan menulis pesan pendek “Pak, pesanan ketela goreng sudah siap diambil. Yakin tidak pake gorengan yang mengunakan adonan?” centang 1, mungkin sinyal internet sedang sibuk.

Bersamaan dengan saat saya memasukkan tempe iris tipis berbalur “jladren” atau adonan. Layar android saya menampilkan sebuah berita berjudul “Minta NasDem Tak Sodorkan Calon Wakil Bupati, PKB Ancam Keluar Dari Koalisi Pengusung Sunaryanta” (https://pidjar.com/minta-nasdem-tak-sodorkan-calon-wakil-bupati-pkb-ancam-keluar-dari-koalisi-pengusung-sunaryanta/27166/)

Hla, video pernyataan Sutiyo Ketua DPD PKB Gunungkidul yang disebar akun Yuli Saptono kemarin bagaimana? Belum DPP kah? Sedangkan Politisi Golkar sepertinya tetap tenang. Mungkin sadar diri, Airlangga belum menyatakan apa-apa. Memilih sibuk rencana revitalisasi kepengurusan DPC-nya. Ops … maaf, minyak goreng panas saya nyiprat karena mendoan dalam proses penggorengan, melepas kadar udara yang terjebak pada adonan mendoan, sepertinya.

Ledakan kecil dari mendoan yang sedang tergoreng itu mengingatkan saya lagi pada, 9 kursi Nasdem di DPRD Gunungkidul. “Nasdem Tetep Gagah” status Pemred Pidjar.com, mengutip “Kata Pak Harno” 27 Juli 2020, lalu.

Siapa yang tidak kenal Suharno, Politisi beken Gunungkidul yang pernah menjadi trending topik atas kepindahannya ke Nasdem dari PDIP. Santer terdengar kemarin beliau akan menggantikan posisi Bahron Rosyid sebagai bacawabupnya Wahyu Purwanto.

Nasdem Gunungkidul memang selalu memberi letusan-letusan kecil, mirip pletikan minyak panas di wajan penggorengan saya ketika ada bahan yang digoreng. Bagi pedagang gorengan yang memiliki persoalan pada jantungan, letusan kecil dari minyak panas itu teramat sangat menakutkan. Yang penting, empek-empek jenis kapal selam jangan mendadak dimasukan ke dalam minyak goreng panas tinggi. Biasanya bisa meledak dan menghambur tumpahkan minyak goreng yang sangat panas.

Mendoan goreng siap saya angkat lalu saya tiriskan. Menunggu panas menurun dan akan saya pindahkan ke loyang kusus gorengan yang sudah siap didistribusikan. Pembeli yang dari tadi menunggu dengan sabar, menampakan kegelisahannya.

Saya menyalakan layar hp android saya, akun facebook Suharno Nasdem baru saja mengunggah berita dari web resmi Nasdem, PARTAINASDEM.ID. Berita yang diunggah berjudul “NasDem Siapkan kejutan di Pilkada Gunungkidul”. Apaaaaaa?! Kejutan?! Lagi?!

Warga masyarakat Gunungkidul sepertinya memang harus banyak berlatih senam jantung. Apapun yang dilakukan Nasdem Gunungkidul memang selalu mengejutkan. Sekelas Partai Nasdem bisa membuat kejutan menggunakan banyak hal. Dari anak Bahron Rasyid sampai Jokowi. Hebat! Dan sekarang sedang menyiapkan kejutan lagi.

Yang terbayang bagi seorang penjual gorengan hanya analogi gorengan-gorengannya. Semakin sering gorengan meletus, berarti kadar air masih tinggi, perkiraan kematangan harus jeli. Jika salah perkiraan waktu mengangkat gorengan dari minyak, gorengan bisa cepat melempem atau layu. Akibat perbedaan tingkat kekeringan pada sisi luar dan bagian dalam gorengan.

Tidak! Analogi seperti ini tidak mungkin terjadi pada Partai sekelas Nasdem.

“Sudah Pak, mendoan saja. Kelamaan nunggunya” pembeli yang dari tadi menunggu akhirnya tidak sabar menunggu gorengan lainnya. Bungkus, bayar dan pergi. Wih … lapak kaki lima ini sudah mirip bisnis modern ya. Take Away, menggunakan fasilitas drive thru in outnya. Padahal karena kebetulan saja, lapak berdiri tepat di trotoar pejalan kaki Siyono.

Drive Tru? Mirip DPC yang dengan semangatnya bersepakat mengusung Paslon Bacabup dan Bacawabup donk?! Kog bisa? Kembali ke status facebooknya Slamet Harjo lah, bahwa DPP Bak Dewa Pencabut Nyawa! Jangan-jangan ditolak karena tidak mengikuti Protokol Covid19nya DPP? Ah … apaan sich.

Mbok ya seperti PKS dan PAN, diam, tenang dan yakin mengusung Sutrisna – Ardi tanpa gaduh atau Mbrebegi. Ya Sutrisna dan Ardi, Putra Daerah Gunungkidul yang hebat. Yang Profesor, yang Rektor UNY, yang menganugerahi Menteri Desa PDTT kader PKB, kakak dari ketua umumnya PKB Cak Imin itu hlo. Sutrisna – Ardi yang bannernya sudah dimana-mana. Iya itu!

Atau malah seperti Hery Nugroho salah satu play maker Golkar Gunungkidul yang yang nampak tenang, yang ketenangannya dalam mengatur ritme permainan Golkar Gunungkidul bisa jadi lebih mengejutkan dari rencana Nasdem memberi kejutan. Hery Nugroho yang juga menjadi Ketua PEPADI, Persatuan Dalang Gunungkidul. Dalang? Ada hubungannya dengan Kebudayaan donk?! Nah Hery Nugroho itu Istimewa, kan? Seperti Daerah Yogyakarta ini!

3 macam gorengan, mendoan, tahu isi dan bakwan telah tersedia. Pembeli masih satu dua bergantian datangnya. Saya melihat Patung pengendang di Bundaran Siono, tangan kananya masih dalam posisi keatas siap memberi aba. Aba-aba untuk mengingat kembali sebuah komitmen pada Rakerda DPD Golkar DIY di Grha GPC 18 Juli 2020, “Golkar Harus Menang Di Bantul dan Gunungkidul” seru Ketua DPD Golkar DIY, Gandung Pardiman.

Lamunan saya terganggu, Pajero Sport warna putih membuka kaca depan dan bertanya dari dalam mobilnya,

“Mas, GK-Steak itu bisa drive thru tidak?”

“Tidak Pak, parkir dulu di depan!” sahut cepat tukang parkir sebelum saya sempat menjawab.

Saya beranjak menyalakan kompor lagi untuk memanasi minyak. Kompor saya nyalakan, bunyi “cekleknya” seolah bertanya,

“Pak Gandung, memangnya Golkar di Gunungkidul mau sendiri seperti PDIP? Bisa? Ingat pak Heri Nugroho yang ketua PEPADI hlo pak! Beliau punya banyak teman dalang, dan dalangnya punya banyak wayang. Wayang itu selalu ada tokoh … ” Saya tersadar, minyak goreng mulai memanas lagi.

Pak Dalang butuh penyimping tidak ya? Ah … bakul gorengan mana bisa nyimping wayang.

-Bersambung-

#GunungkidulGreteh

 

 

Facebook Comments Box

Pos terkait