Dari Belakang Wajan Penggorengan; Pilkada 2020 Di Hari Minggu Yang Gayeng

Ilustrasi. (St Joko)

Serunya suasana perpolitikan Gunungkidul Minggu 26 Juli 2020, atas kabar resmi mundurnya Wahyu Purwanto dari ruang kemudi Balon Bupati Gunungkidul yang awalnya santer terdengar atas rekomendasi DPP Nasdem. Menjadikan beberapa pengamat politik di Gunungkidul berspekulasi macam-macam. Bahkan saya yang berprofesi sebagai bakul gorenganpun saya tergelitik dengan beberapa status tanggapan atas apa yang hari ini terjadi.
Seperti akun Slamet Harjo Politisi Golkar dari Gunungkidul, walau tidak secara terang-terangan menuliskan, tapi bisa dirasakan kemana arah status facebooknya. Dan status salah satu tokoh politisi idola bakul gorengan dari Golkar ini menggelitik untuk direnungkan.
Masih dari belakang wajan penggorengan, seharian si bakul gorengan mengamati status-status yang berkeliaran di beranda facebook.
“PIKIRANE DI TOTO, ORA KENO TRUS DO CEMBURU OPO MENEH TRUS NESU TUNDONE MUTUNG. WIWIT SAIKI PEMBAGIAN WEKTUNE SING DISIPLIN SEBAB WAYUH BOJO 4 KI CEN ABOT MUNGGUHING ROSO KEADILAN. KABEH MESTI NJALUK KASIH SAYANG SING PODO.#pamerbojoanyar”
Bojo 4, kalau boleh saya analisa sambil nggorengi mendoan, ini pasti mengarah pada koalisi besar Golkar, PKB, Nasdem dan Gerindra. Artinya 4 Partai yang tidak “baen-baen” di Gunungkidul ini bersepakat untuk mengusung Paslon Sunaryanto – Heri Susanto pada Pilkada 2020 ini. Kalau kurang tepat ya maklum, namanya juga cuma analisa, begitu.
Berdasarkan surat peryataan kesepakatan antara PKB dan Golkar yang beredar beberapa waktu lalu, tertanggal 16 Juli 2020.
Ini membuat saya lupa, bumbu apa yang belum saya masukan kedalam adonan gorengan saya sebelumnya. Surat yang ditanda tangani oleh H.Sugiyarto dan Heri Nugroho dari DPD Golkar Gunungkidul sedangkan dari DPD PKB Gunungkidul ditanda tangani oleh H. Sutiyo selaku Ketua dan Yulinda Dwi Nur Respati selaku sekretaris. Sangat jelas menyatakan Bersinergi dan Siap Mengusung Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pilkada 2020 di Gunungkidul atas nama H. Sunaryanto dan Heri Susanto.
Kedua Partai ini menjadi bahan dari tulisan saya kali ini. Tentu kurang begitu fokus karena saya juga harus membagi konsentrasi saya terhadap api kompor penggorengan saya.

Golkar … duh … gimana ya? Rasanya saya terlalu banyak membaca tentang berita Golkar secara nasional dibanding kabar Golkar di kampung sendiri. Tapi dari golkarpedia.com 25 Juli 2020, sangat jelas menulis intruksi Ketua Umum Partai Golkar, berjudul “Airlangga Instruksikan Kader Aktif Menangkan Calon Kepala Daerah Golkar Di Pilkada 2020” (https://golkarpedia.com/id/baca/16719-airlangga-instruksikan-kader-aktif-menangkan-calon-kepala-daerah-golkar-di-pilkada-2020)
Kalau boleh saya simpulkan sambil menambahkan wortel dan kecambah ke adonan bakwan saya, kesimpulannya adalah Paslon tersebut di surat penyataan kesepakatan itu adalah yang harus mereka menangkan. Harus dimenangkan! Begitu kan kira-kira?
Tapi bagaimana dengan kabar yang ditulis di gunungkidulsorot.co.id tanggal 19 Juli 2020? Yang menuliskan bahwa
“Hingga hari ini Pasangan Sunaryanta – Martanti yang mendapat rekomendasi sementara dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Nomor B-143/GOLKAR/III/2020, Perihal Penetapan Sementara Calon Kepala Daerah Kabupaten Gunungkidul dengan Syarat dan Penugasan dari Partai Golkar menurut Martanti belum dibatalkan dan atau ditinjau kembali”.
Sebenarnya, Surat DPP atau Surat Pernyataan Kesepakatan DPD Kabupaten yang lebih kuat hukumnya dalam menyikapi Cabup dan Cawabup?
Ahhh … hampir saja bakwan yang saya goreng ini gosong.

Saya belum selesai nggorengi, tapi saya istirahat dulu sambil mengingat tentang PKB. Ya, Partai Kebangkitan Bangsa!
Menjadi menarik karena PKB, partai yang diketuai oleh Cak Imin atau Muhaimin Iskandar baru saja merayakan Harlahnya yang ke 22 pada tanggal 23 Juli 2020 lalu, dengan mengusung semangat Aksi Melayani Indonesia. Aksi Melayani Indonesia.

Demi Aksi Melayani Indonesia, tentu semua kader PKB akan selalu merapatkan barisan. Tak terkecuali di Kabupaten Gunungkidul. Militansi kadernya tentu tidak perlu diragukan. Bisa saya temukan pada status facebook salah satu kadernya yang saya kenal, Chanafi Gunawan
“Terimakasih PKB,telah membesarkanku hingga saat.. Sejak kelahiranmu aku tak pernah pindah ke lain hati…semoga hingga akhir hayat aku akan selalu membelamu… Dimanapun dan Kapanpun… Selamat Ulang Tahun…” luar biasa, bukan? Siapa yang tidak bergetar dengan semangat seperti ini.
Dan bisa saya yakini bahwa semangat-semangat seperti yang dimiliki oleh salah satu kader PKB di Gunungkidul ini juga dimiliki oleh segenap lapisan kader PKB di Indonesia.

Bermodal militansi kadernya, Aksi Melayani Indonesia akan dengan mudah PKB lakukan sampai ke desa dan daerah tertinggal. Kenapa? Karena salah satu kader topnya menduduki kursi di pemerintahan Jokowi saat ini sebagai Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi. Tak lain beliau adalah Dr.(H.C). Drs. H. Abdul Halim Iskandar, M.Pd. Kakak dari Ketua Umum DPP PKB, Drs. H. Abdul Muhaimin Iskandar, M.Si.

H.C, Honoris Causa yang beliau miliki tentu bukan sekedar sebuah titel yang didapat dari teman-teman facebooknya sebagai bahan bercanda, guyon yang penting gayeng. Biografi singkat beliau bisa ditemukan di wikipedia.org/wiki/Abdul_Halim_Iskandar.

Bacaan Lainnya

Menteri Desa PDTT bergelar DOKTOR HONORIS CAUSA. Dari universitas mana penghargaan Doktor Pak Menteri dapatkan?

Mesin pencari google di android saya mengarah ke alamat url uny.ac.id/Dr_HC_Kemendesa.
Sepertinya saya harus membuat adonan lagi, karena gorengan agak laris dan sudah mulai menipis, sementara waktu belum cukup malam untuk menutup lapak gorengan saya.

Apa yang muncul di layar hp android saya menghentikan keinginan saya untuk menuangkan air pada tepung adonan gorengan saya. Laman uny.ac.id itu menampilkan poster Pak Rektor, Promotor, Co-Promotor dan Pak Menteri Desa PDTT. Dengan tulisan yang sangat jelas, “UPACARA PENGANUGERAHAN Gelar Doktor (Doktor Honoris Causa)Bidang Manajemen Pemberdayaan Masyarakat. Auditorium UNY 11 Juli 2020”.

Yang menarik tentu bukan judul upacaranya, tetapi foto Pak Rektor, yang tak lain adalah Prof.Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. Tentu saja nama sang rektor ini tidak asing bagi masyarakat Gunungkidul akhir-akhir ini. Karena beliau berpasangan dengan Mahmud Ardi Widanto, SIP menjadi Cabup dan Cawabup yang diusung oleh PKS sesuai dengan kabar yang di beritakan oleh Tribun Jogja tanggal 19 Juli 2020 (jogja.tribunnews.com/2020/07/19/pks-gunungkidul-resmi-usung-sutrisna-wibawa-ardi-widanto-di-pilkada-gunungkidul-2020). Dalam berita ini disampaikan bahwa selain PKS dukungan juga sudah resmi diberikan oleh PAN dan Demokrat. Benarkah demikian? Entah.

Wah … bisa-bisa saya tidak jadi nggorengi ini kalau semua yang ada di otak saya berkaitan dengan suasana Politik di Gunungkidul Minggu 26 Juli 2020 ini saya tulis.

Yang tidak kalah seru, salah satu politisi handal Gunungkidul melalui akun Wiratmojo Duto, hari Minggu ini menuliskan dengan huruf kapital

“ADA RENCANA MENGGUNAKAN DANA PEMERINTAH UNTUK KEPENTINGAN SALAH SATU CALON , PERLU DI WASPADAI SEMUA PIHAK”

Dari puluhan komentar itu ada satu komentar yang menarik. Akun Wiratmojo Duto dengan jelas merespon dengan berkomentar

“Program rencanane, ditawak2 ke pak lurah2 ngono infone, program karepe ijole pemileh”

Ini menggelitik otak saya karena teringat dengan surat edaran tertanggal 22 Juni 2020, yang berkop surat MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No.B/1056.3b/UN34/TU.01.00/2020, Perilah UNDANGAN Kepada Lurah Se-Kabupaten Gunungkidul, bertempat di Telaga Jonge, Semanu dengan acara Dialog dengan Pak Menteri Desa PDTT yang bertemakan Kampus Desa dan Pengembangan Desa.

Pertanyaan di otak saya adalah, apakah ada hubungannya antara Rencana Menggunakan Dana Pemerintah yang tertulis pada status facebook Wiratmojo Duto dengan Pengembangan Desa yang menjadi tema dialog Pak Menteri Desa PDTT, yang nota bene Kader PKB?

Saya tidak mau begitu saja percaya, karena tanggal 22 Juni 2020 pada surat edaran itu menyatakan di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu. Sementara setahu saya, sebutan Desa dan Kecamatan sudah resmi diubah menjadi Kalurahan dan Kapenewon bersamaan dengan Pelantikan 143 Kades menjadi Lurah dan Penewu pada tanggal 11 Juni 2020.

Ah … semakin rumit saja otak bakul gorengan memahami peta politik dalam Persiapan PILKADA 2020 di Gunungkidul ini.

Golkar, PKB, UNY, Status FB, Surat Kesepakatan, Surat Edaran, DPP, DPD. Sepertinya saya saja yang terlalu menghubung-hubungkan semua itu.

Bunderan Siyono sudah semakin sepi, saatnya saya menutup lapak gorengan saya.

-BERSAMBUNG-
#GunungkidulGreteh

Facebook Comments Box

Pos terkait