
Mengubah karakter anak bangsa dalam hal ini siswa, dari kecenderungan brutal atau keras menjadi santun dan lembut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sekolah, perlu berfikir ekstra keras dalam membekali anak-anak agar mereka menjadi generasi beradab dan berbudaya.
Fatmiyati, Kepala Sekolah SMA II Playen (SMA Duplay) menyatakan, untuk mengurangi kekerasan / tawuran antar pelajar misalnya, perlu adanya forum komunikasi (forkom) OSIS. Setahun lalu dia memulai mencoba, hasilnya cukup efektif. Polres, menurutnya mendukung dan bersedia menjadi pembina forkom.
“Fokom OSIS secara formal memang belum terbentuk, namun berdasarkan pengalaman tahun lalu, gesekan antar sekolah yang menjurus pada bentrok fisik bisa diredam ketika sekolah berhasil mendekati pengurus OSIS,” ujar Fatmiyati, Sabtu, 18/2/2017.
Peran pengurus OSIS, menurutnya tidak bisa dipandang remeh. Penjelasan rekan sebaya jauh lebih efektif dan mengena sebagai peredam kekerasan, dibanding ceramah guru BP. Berdasar pada pengalman itu dia berkesimpulan, Forkom OSIS penting segera direalisasikan.
“Fokom OSIS yang kami maksud adalah lintas jenjang, baik SMP, SMK maupun SMA. Ide ini tidak lain untuk mensukseskan pembangunan karakter anak bangsa,” tandas Fatmiyati.
Sedikit bergeser, menyinggung soal program PIP dan KIP, dia menyatakan kaget ketika 3 orang wali murid datang ke sekolah melaporkan bawa anak mereka tidak menerima manfaat dari program tersebut.
“Anak kami pegang kartu PIP / KIP yang berasal dari Desa. Mereka sudah lulus, tetapi tidak menerima batuan sepeserpun dari Negara,” ujar Fatmiyati menirukan keluhan wali murid.
Dewasa ini, sebagaimana diketahui bersama, ada PIP/KIP yang penyalurannya lewat desa, ada pula yang melalui sekolah. Terkait dengan keluhan orang tua, Fatmiyati berharap agar PIP dan KIP diberikan melalui satu jalur, yakni sekolah.