Kisah Helen Keller: Meski Buta dan Tuli Bisa Melihat dan Mendengar

Pada 1883 Anne Sulivan bertemu Helen Keller dan memberinya boneka, dan pada saat itu Helen menyebutkan b-o-n-e-k-a. | Dok: biography.com
Pada 1887 Anne Sulivan pertama kali bertemu Helen Keller dan memberinya hadiah. Pada saat menerima hadiah itu, Helen menyebutkan b-o-n-e-k-a. | Dok: biography.com

Bisakah kita membayangkan betapa sulitnya menjalani hidup sebagai penyandang disabilitas tuna netra atau tuna rungu? Helen Keller adalah salah satu dari sekian banyak penyandang dua kekurangan tersebut secara bersamaan. Namun semangat dan kerja kerasnya membuat ia menjadi penyandang tuna netra dan tuna rungu pertama yang sukses meraih gelar sarjana.

Helen Keller lahir di Alabama, Amerika Serikat pada tanggal 27 Juni 1880. Saat berusia 19 bulan ia menderita penyakit yang sangat serius dan merenggut kemampuan pendengaran sekaligus penglihatannya, hingga hanya tertinggal penglihatan yang sangat-sangat lemah. Setelah itu Keller hanya bisa berkomunikasi dengan keluarganya melalui tanda-tanda sederhana. Masalah kesulitan komunikasi ini juga membuat Keller kecil sering bertingkah buruk dan cenderung tidak memiliki etika.

Bacaan Lainnya

Pada usia 6 tahun Keller dibawa ke Baltimore untuk mendapatkan perawatan dari ahli yang berkompeten. Hingga ia bertemu dengan Alexander Graham Bell, yang kebetulan saat itu juga sedang melakukan penelitian mendalam seputar ketulian dan bunyi-bunyian. Untuk masalah kebutaan, Mr. Bell membawa Keller ke Perkins Institute, sebuah institut yang berkecimpung di bidang kesehatan mata. Di institut ini Keller bertemu dengan pelatihnya yang bernama Anne Sullivan, yang kemudian diketahui menjadi sahabat Keller hingga 49 tahun kemudian.

Usaha Sullivan untuk melatih Keller sering kali menemui jalan buntu yang nyaris membuat frustasi. Namun dengan kesabaran yang luar biasa pada akhirnya Sullivan mampu membuat perkembangan.

Tercatat dalam sejarah kata pertama yang dipelajari Keller adalah “air” atau water. Pada saat itu caranya adalah Sullivan mengalirkan air ke tangan kiri Keller, dan dengan tangan kanan Sullivan membimbing Keller untuk membuat simbol air. Demikian seterusnya Keller mempelajari kata demi kata dasar. Dan sejak saat itu Keller belajar dengan cepat dan membuat perkembangan yang baik.

Rupanya Keller berkembang dengan sangat baik dan belajar membaca Braille dengan cepat. Keller tergolong anak yang berotak cerdas hingga sanggup menyelesaikan pendidikan di sekolah untuk para penyandang kebutuhan khusus dan juga belajar menulis dengan Braille.

Sungguh beruntung bagi Keller, saat masuk usia kuliah ia bertemu dengan Henry Rogers seorang pengusaha minyak yang kaya. Karena tersentuh dengan kisah hidup dan semangat Keller yang besar, Rogers akhirnya bersedia membiayai kuliah Keller di Radcliffe College. Proses kuliah ini tentunya menjadi perjuangan yang sangat sulit bagi penyandang disabilitas seperti Keller. Namun dengan semangat yang besar dan dukungan dari orang-orang terdekatnya pada 1904 Keller berhasil meraih gelar sarjana pada bidang seni. Pada saat kuliah ini Keller juga mendalami kemampuan membaca gerak bibir dan menajamkan indera sentuhnya.

Keller kemudian dikenal sebagai pembicara di berbagai seminar dan juga menulis buku. Buku pertama Keller yang berisi kisah hidupnya berjuang melawan disabilitas berjudul “The Story of My Life” diterbitkan pada tahun 1903. Buku ini menjadi fenomenal dan menyedot perhatian banyak orang hingga kini.

Keller juga sangat vokal menyuarakan hak-hak kaum penyandang disabilitas yang pada masa itu hidup terlantar, tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak bahkan diasingkan ke rumah sakit jiwa. Ia juga rajin melakukan acara penggalangan dana untuk kesejahteraan orang-orang berkebutuhan khusus seperti dirinya. Kisah hidupnya telah menjadi contoh dan inspirasi bagi banyak orang tentang bagaimana seharusnya menyikapi kondisi dengan banyak keterbatasan tersebut.

Selain The Story of My Life, beberapa buku karya Keller yang tercetak antara lain Out of The Dark (1913), My Religion (1927), dan Three Days to See (1933).

Helen Keller meninggal dunia karena penyakit stroke pada 1 Juni 1968, dan meraih beberapa penghargaan salama hidupnya. Salah satu penghargaan paling bergengsi adalah the Predential Medal of Freedom pada 1964 oleh Presiden Amerika Serikat ke-36, Lyndon B. Johnson.

Di berbagai negara, Helen Keller menjadi figur inspiratif untuk terus berjuang menjalani kehidupan dan menikmati indahnya dunia bagi para penyandang disabilitas dan juga bagi siapapun yang menyadari bahwa setiap siapapun pada dasarnya juga memiliki disabilitas fisik dan mental sendiri-sendiri.

Salah satu quote Helen Keller yang terkenal adalah sebagai berikut:

Life is either a great adventure or nothing. The best and most beautiful things in the world cannot be seen or even touched – they must be felt with the heart. Although the world is full of suffering, it is also full of the overcoming of it.

Terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut:

Hidup merupakan petualangan besar maupun bukan apa-apa. Hal terbaik dan paling indah di dunia tidak dapat dilihat atau bahkan disentuh – mereka mesti dirasakan dengan hati. Meskipun dunia penuh penderitaan, di dalamnya juga penuh hal untuk melampauinya.

__

Sumber: biography.com, wikipedia.com.

Facebook Comments Box

Pos terkait