Sapi Brahman Cross merupakan jenis sapi impor yang dibantukan kepada Kelompok Ternak Lembu Anggoro, Kecamatan Nglipar oleh Kementerian Pertanian. Pada 2018 lalu, kelompok tani tersebut mendapatkan bantuan sebanyak 15 ekor indukan melalui skema hibah. Sapi-sapi tersebut sudah dipelihara oleh kelompok kurang lebih selama 3 bulan, setelah melalui masa adaptasi dan karantina di Cilacap.
Tim Pemantau dari Seksi Produksi Ternak Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Dispertan GK melaksanakan pemantauan status reproduksi atas sapi-sapi bantuan tersebut dengan didampingi oleh petugas dari UPT Puskeswan Kecamatan Nglipar, pada Rabu (6/2) yang lalu. Pemantauan dilakukan dengan metode palpapsi rektal (merogoh saluran anus) guna mengetahui keadaan cervix/leher rahim, ovarium, uterus/rahim sapi indukan Brahman Crossdengan cara mendatangi satu per satu kandang peternak yang memperoleh bantuan.
Dari hasil pemantauan sebanyak 12 ekor sapi, ditegakkan diagnosa normal dengan status ovarium bersiklus dan ada folikel, serta CL (Corpus Luteum). Satu ekor sapi dalam keadaan bunting 5 bulan, sedangkan 2 ekor lain sudah dilakukan inseminasi buatan kurang lebih 2 bulan dan 1 bulan lalu.
Tujuan dari pemantauan ini adalah agar peternak mengetahui sejak dini keadaan reproduksi sapi bantuan yang mereka pelihara, sehingga peternak akan lebih semangat setelah mengetahui status reproduksi sapinya, serta memperhatikan saran dari dokter hewan yang melakukan pemeriksaan.
Beberapa catatan penting dari pemantauan status reproduksi yaitu bahwa status reproduksi bersifat dinamis dan bisa berubah. Hal ini tergantung dari manajemen pemeliharaannya, baik pakan, kesehatan hewan, dan manajemen reproduksi itu sendiri.
Kegiatan pemantauan akan terus dilakukan guna mengakselerasi program peningkatan populasi sapi di Gunungkidul. Dengan pemantauan status reproduksi yang terencana, terprogram, diharapkan tingkat produktivitas sapi indukan Brahman Cross bisa maksimal. (YFS/DispertanGk/Kandar)