
Sejarah untuk dipelajari, bukan untuk dinilai benar salahnya. Itu yang sering aku ajarkan ke anak-anakku. Ketika mempelajari masa lalu, seringkali manusia cenderung memberikan nilai baik-buruk dan benar salah pada setiap tokoh-tokohnya. Ada pahlawan dan ada penjahat, dan “pembaca” dipaksa untuk berdiri pada satu sisi.
Untunglah, ilmu geologi mempelajari sejarah masa lalu, bukan perilaku manusia. sehingga tidak ”dipaksa” mengatakan baik buruk. Tapi masih juga ada yang menganggap bahwa gempa itu buruk, hujan itu baik, tapi kalau banjir, maka si hujan jadi penjahat … we alaah kejadian alam wae kok ada yang baik buruk.
Kebetulan Pak Awang yang juga ahli geologi di BP Migas selalu tertarik dengan sejarah alam yang nyrempet-nyrempet manusia, misalnya jaman Paleolitikum. Litho itu artinya batu, orang geologi mempelajari lithologi atau ilmu batu. Pak Awang selalu menyempatkan membuat tulisan menarik tentang peninggalan sejarah Pegunungan Seribu.
Pak Awang menuliskan dibawah ini :
Sebuah buku baru (2007) tentang geologi dan arkeologi bisa dilihat di toko-toko buku besar. Buku ini berjudul, “Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu : Prasejarah Song Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur”, diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) yang bekerja sama dengan banyak lembaga: Ecole Francaise de’Extreme-Orient, Institut de Recherche pour le Developpement, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslitbang Arkenas), dan Forum Jakarta-Paris.
Buku ini semula adalah disertasi doktor Hubert Forestier dari Museum National d’Histoire Naturelle, Paris yang mengajukan disertasinya pada tahun 1998 di Paris. Buku diterjemahkan oleh tiga orang dan disunting oleh Prof. Dr. Truman Simanjuntak, ahli arkeologi terkenal dari Puslitbang Arkenas.
Dalam pengamatan saya, tahun-tahun belakangan ini buku-buku populer maupun teknis tentang kepurbakalaan Indonesia masuk ke toko-toko buku umum. Sebelum ini, ada Prasejarah Asia Tenggara (Belwood, 2004), buku bagus dan sangat lengkap – patut menjadi referensi-tentang kepurbakalaan Indonesia dan sekitarnya, lalu ada “Prasejarah Gunung Sewu” (Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 2004) yang memuat puluhan artikel hasil penelitian arkeologi di Gunung Sewu, disunting oleh Prof. Truman Simanjuntak dkk.
Lalu, tahun lalu pun ada “Archaeology, Indonesian Perspective : R.P. Soejono Festschrift” (LIPI dan International Center for Prehistoric and Austronesian Studies, 2006) yang memuat 45 paper penelitian arkeologi di Indonesia (ada tiga artikel geologi di dalamnya). Buku ini pun disunting oleh Prof. Truman Simanjuntak dkk. “Festschrift” (Jerman) adalah mélange dalam bahasa Prancis, atau bancuh dalam bahasa Indonesia alias bunga rampai atau anthology – kumpulan tulisan macam-macam.