Bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yogyakarta, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia menggelar Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila Melalui Bedah Buku Salam Pancasila.
Acara yang berlangsung pada Sabtu (15/04/2023) tersebut digelar di auditorium STAI Yogyakarta di Kalurahan Kepek, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dengan dihadiri Kepala BPIP RI, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi M.A., Ph.D.
Selain Kepala BPIP, turut hadir pula Bupati Gunungkidul, Sunaryanta; Direktur Sosialisasi dan Komunikasi BPIP RI, Agus Moh Najib; Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga, Sahiron; serta Khoirul Anam sekalu penulis buku.
Dalam sosialisasi tersebut juga dihadiri ratusan peserta. Mulai dari civitas STAI Yogyakarta, mahasiswa, Forkompinda, Ormas dan sejumlah tokoh masyarakat.
Sosialisasi ideologi melalui bedah buku sebagai negasi bahwa ‘Salam Pancasila’ sebagai ‘Salam Kebangsaan’. Salam Pancasila merupakan pilihan tepat di ranah publik yang majemuk, mulai dari agama, suku dan ras.
“‘Salam Pancasila’ merupakan salam pemersatu. Dipakai tidak bermaksud mengganti salam keagamaan,” tegas Yudian Wahyudi.
Sebelumnya, salam yang dipopulerkan Megawati tersebut sempat menjadi kontroversi. Kepala BPIP diisukan akan mengganti Assalamu’alaikum dengan Salam Pancasila.
Sementara yang benar, kata Prof. Yudian, gagasan usulan penggunaan salam tersebut bertujuan untuk menjembatani dan menjadi titik temu bagi masyarakat tanpa melihat latar belakang apapun, diantaranya agama.
Dijelaskannya juga, pancasila sebagai ideologi tidak terbantahkan peranannya. Menurutnya, pancasila mampu menyatukan berbagai suku bangsa dalam Indonesia.
Sementara itu, Penulis Buku Salam Pancasila, Khoirul Anam, menambahkan untuk semakin membumikan salam pancasila di masyarakat maka diperlukan alat penjelasan sehingga dirinya menulis buku Salam Pancasila sebagai sarana penjelasan ke publik.
Disebutnya jika salam pancasila diharapkan mampu menjadi salah satu media untuk mengimplementasi nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain untuk meminimalisir konflik agama juga untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme bagi masyarakat.
“Salam pancasila itu dalam hubungan kemanusiaan, jadi buku ini sebagai sarana penjelasan yang gamblang mengenai implementasi salam pancasila,” pungkasnya.
Dalam sambutannya, Bupati Gunungkidul, Sunaryanta menjelaskan Salam Pancasila merupakan representasi semangat persatuan dan salam persatuan bagi seluruh bangsa Indonesia tanpa mengenal perbedaan suku, agama, dan tradisi kedaerahan.
“saya harap masyarakat dapat memaknai salam pancasila ini sebagai salam persatuan dan dapat mengimplementasikannya agar tercipta lingkungan yang rukun” Tegas Sunaryanta