GUNUNGKIDUL,– Terhitung sejak beberapa pekan lalu Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menetapkan status siaga darurat kekeringan karena dampak kemarau yang semakin meluas karena dampak El Nino. Kendati kemarau masih panjang dan dampaknya semakin luas, Bupati Gunungkidul menghimbau masyarakat agar tidak panik.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Purwono mengatakan, sampai dengan saat ini terdapat 11 kapanwon di Kabupaten Gunungkidul yang telah terdampak kekeringan. Jumlah warga yang kesulitan mendapatkan pasokan air bersih sehingga harus mengandalkan droping air baik dari pemerintah, swasta ataupun membeli secara mandiri sebanyak 7.000 KK.
Jumlah ini pun diperkirakan masih bisa bertambah, mengingat berdasarkan prediksi BMKG kemarau di Gunungkidul masih akan berlangsung hingga 30 September 2023 mendatang.
“Untuk itu, BPBD telah menyiapkan dropping air bersih kurang lebih 800 tangki air. Hingga saat ini, air tersebut sebelum 50 persennya didropping ke masyarakat,” kata Purwono.
Ia mengatakan, sebelas kapanewon yang melakukan droping mandiri di antaranya Purwosari, Panggang, Paliyan, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Ponjong, Nglipar, Gedangasari dan Patuk. Adapun yang tak mengalokasikan di antaranya Kapanewon Wonosari, Playen, Semanu, Karangmojo, Semin, Ngawen dan Saptosari.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul Sunaryanta pada Apel Siaga Darurat Kekeringan mengatakan apel sebagai bentuk komitmen bersama serta sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagaan personel maupun peralatan yang ada.
Hal ini meningkatkan kerja sama lintas sektoral serta memantapkan keterpaduan pelaksanaan tugas kemanusiaan di bidang penanggulangan bencana, khususnya bencana kekeringan di wilayah Kabupaten Gunungkidul.
“Tahun 2023, kecukupan air di Gunungkidul ini sudah mencapai 89 persen,” katanya.
Menghadapi kondisi yang demikian, ia menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dalam menghadapi kondisi saat ini, sebab pemerintah bersama dengan pihak-pihak terkait telah berupaya melakukan penanganan jangka pendek maupun jangka panjang.