Gogik: Makanan Siap Saji Jaman Dulu

Buat Anda orang Gunungkidul yang kelahiran kepala 4,5,6 dan tinggal di pedesaan pasti mengenal jenis makanan yang bernama “gogik thiwul”.

Tahukah Anda yang disebut gogik? Gogik adalah thiwul yang dikeringkan dengan cara dijemur di terik matahari sampai kering.

Thiwul sendiri adalah makanan pokok pengganti nasi dibuat dari gaplek. Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah daripada beras, namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras. Tiwul dipercaya mencegah penyakit maag, perut keroncongan, dan lain sebagainya.

Ditempat lain mungkin namanya bisa berbeda, misalnya Kebumen, Banyumas dan Cilacap dikenal penganan serupa yang disebut “oyek”. Meskipun sama-sama berasal dari gaplek, kedua jenis makanan ini berbeda dalam proses pembuatannya, sehingga rasanya pun sedikit berbeda.

Anda tak perlu sinis dan jijik terhadap satu jenis makanan kesukaan saya ini. Bagaimanapun gogik thiwul adalah produk kecerdasan berfikir dalam penyediaan bahan pangan lokal. Telah puluhan ribu nyawa terselamatkan dari bencana kelaparan. Jika kami tahu siapa penggagas dan penemunya, beliau layak mendapatkan penghargaan bahkan gelar pahlawan.

Orangtua kita terdahulu ternyata lebih arif dan cerdas dalam membuat keanekaragaman bahan pangan, termasuk cara mengawetkannya buat persediaan di kala musim hujan tiba dan belum saatnya panen.

Masyarakat Gunungkidul dengan struktur tanah batu kapur dan tanah, tanaman pangan yang cocok adalah ubi kayu (ketela pohon) yang menghasilkan gaplek. Maka tak heran jika Gunungkidul adalah penghasil gaplek terbesar di DIY, maka sering juga disebut kota gaplek.

Cara masak gogik terbilang mudah dan cepat, tinggal dituang air hangat dan dicuci bersih dibiarkan sebentar biar mengembang baru bisa dimakan biasanya dengan sambel bawang.

Heeeemm ……enaakk, pedeesss…. hohah hohah…. minumnya teh panas.

Jenis makanan ini sekarang sudah jarang ditemui, walaupun di Gunungkidul sendiri. Kalau adapun mungkin hanya karena pingin bernostalgia bersama rekan dan sahabat sambil reunian. Itu pun pasti dilakukan mereka yang telah bercucu.

Kecerdasan lokal menciptakan makanan siap saji.

Kesulitan bahan pangan dimasa itu diikuti dengan kecerdasan membuat rekayasa bahan pangan yang awet dan mudah disimpan, mudah di masak dan cepat disajikan.

Gaplek yang mudah diserang hama bubuk, sehingga tidak awet, maka oleh leluhur kita dibuat gogik agar tahan lama, mudah disimpan dan siap saji. Menurut pengalaman, gogik ini bisa bertahan dalam waktu satu tahun.

Jaman terus berkembang, thiwul pun tergantikan jagung, beras, dan lain-lain, sehingga nasib gogik pun juga mengalami degradasi dan menghilang. Jika pun masih ada tidak lagi jadi bahan pangan manusia, tetapi dihasih makan hewan piaraan seperti ayam, bebek dan sapi.

Ayooo siapa pernah makan gogik?

*****

Ruang tunggu RS Siloam Yogyakarta, 27 Januari 2020

Loading

Facebook Comments Box
Spread the love