Gunung Sewu: “Taman Firdaus” Kehidupan Prasejarah

Rupabumi kawasan Gunung Sewu. Dok: geologi.co.id.

Buku-buku tentang prasejarah Cekungan Bandung hasil penelitian KRCB (Kelompok Riset Cekungan Bandung – Budi Brahmantyo, T. Bachtiar dkk.) juga bisa ditemukan di Gramedia Bandung (kalau masih ada). Menggembirakan, buku-buku kebumian sudah masuk ke toko-toko buku umum. Hanya, bidang arkeologi kelihatannya lebih agresif dibandingkan bidang geologi.

Stratigrafi batuan Gunung Sewu. Dok: geologi.co.id

Gambar di atas ini disebut sebagai kolom stratigrafi. Atau kolom urut-urutan batuan dari bawah ke atas. Yang bawah lebih tua dari yang atas. Sehingga bisa diketahui perkembangannya dari yang tua ke yang muda. Perubahan yang diamati antara lain bentuk alat-alat batunya. Kemudian diinterpretasikan bagaimana cara memakainya dan akhirnya bisa diperkirakan cara hidupnya. Material batu yang dipakai sebagai alat-alat inilah yang menarik para geolog. Sepertinya jaman dulu itu sudah ada geologist di Jawa.

Bacaan Lainnya

Kembali ke buku Prasejarah Song (Gua) Keplek, Gunung Sewu (Forestier, 1998, 2007), ini adalah buku yang bagus dan komprehensif walaupun teknis. Meskipun wilayah penelitiannya lebih kepada industri litik Song Keplek termasuk analisis detail tipologis ribuan alat batu yang ditemukan di gua ini, cukup banyak keterangan tentang tatanan geologi dan arkeologi Gunung Sewu secara umum. Gunung Sewu adalah salah satu “taman firdaus” prasejarah Indonesia.

Fosil perkakas dan tulang belulang dari Song Keplek. Dok: geologi.co.id.

“Bahan alat-alat serpih di samping ini semestinya berasal dari Pegunungan Selatan”, demikian kurang lebih kata-kata salah seorang perintis penelitian arkeologi Indonesia G.H.R. von Koenigswald ketika dia menemukan artefak serpih di Bukit Ngebung, Sangiran pada tahun 1934. Setahun kemudian, Koenigswald bersama M.W.F. Tweedie dari museum Raffles di Singapura mengunjungi wilayah Punung, Pegunungan Selatan, dan di situlah taman firdaus situs arkeologi paleolitik yang sangat kaya baru terbuka : Kali Baksoko.

 

Betapa senangnya Koenigswald kala itu, konon kabarnya sampai ia menggelar pertunjukan wayang tujuh hari tujuh malam untuk masyarakat Punung. Kala itu, 3000 artefak telah berhasil ditemukan dari wilayah Punung. Dan lebih dari 70 tahun kemudian sampai sekarang melalui berbagai penelitian arkeologi yang intensif kita menjadi tahu bahwa wilayah Gunung Sewu adalah suatu wilayah kompleks hunian prasejarah yang sangat luas, intensif, dan berkesinambungan dalam rentang Plistosen-Holosen.

Proses adaptasi terhadap lingkungan dan pengaruh luar telah menciptakan dinamika budaya yang berkembang, mulai dari yang bercorak paleolitik, mesolitik-preneolitik, neolitik, sampai paleometalik pada masa prasejarah. Manusia datang ke wilayah ini dan mendiami lembah-lembah sempit di antara perbukitan karst yang membentuk gua-gua dan daerah aliran sungai seperti Lembah Sungai Baksoko. Ketersediaan berbagai sumberdaya, seperti batuan yang baik untuk perkakas, air, fauna, dan flora di lingkungan sekitarnya menjadi penopang kehidupan berkelanjutan dalam rentang ratusan ribu-jutaan tahun.

Facebook Comments Box

Pos terkait