Siapa tidak kenal nasi tiwul? Tiwul memiliki rentang sejarah yang cukup panjang, masyarakat Gunungkidul mengenal betul dan mengenal makanan pokok pengganti nasi yang terbuat dari singkong ini dan sangat dikenang oleh masyarakat. Bagi masyarakat Gunungkidul, tiwul telah turut menyelamatkan kehidupan pada jaman sulit bahan pangan. Tiwul juga mampu mengantar tumbuhnya generasi masyarakat Gunungkidul seperti kondisi saat ini.
Dahulu, tiwul identik dengan makan masyarakat kelas bawah, tapi seiring berjalannya waktu, sekarang tiwul sudah naik kasta bukan hanya dapat di nikmati masyarakat kelas bawah. Tapi, tiwul telah menjadi ikon makanan khas Gunungkidul yang dinikmati oleh siapa saja.
Sudah ada banyak toko makanan yang memproduksi produk jadi nasi tiwul sebagai oleh-oleh berkunjung ke Gunungkidul. Beberapa produsen juga sudah membuat bahan tiwul instan yang siap dimasak secara instan oleh siapa saja dan di mana saja. Ya, tiwul telah menjadi makanan alternatif pengganti nasi yang tentunya mengandung banyak khasiat kesehatan dan lezat.
Menurut penelitian, kandungan gizi dalam 100 gram tiwul itu terdiri dari:
- 63,50 gram air
- fospor 40 gram
- karbohidrat 35 gram
- kalsium 33 mg
- vitamin C 30 mg
- protein 1,20 mg
- zat besi 0,70 mg
- lemak 0,30 mg
- vitamin B1 0,01 mg
- kalori 121 kal (lebih rendah daripada nasi).
Berdasar kandungan nutrisi tersebut, tiwul cocok bagi penderita diabetes sebagai makanan pokok pengganti nasi, karena kalorinya yang lebih rendah. Tiwul ternyata mengandung asam butirat yang dapat menghambat tumbuhnya kanker dalam tubuh. Hal penting lainnya yang perlu diketahui, tiwul juga mengandung pati resisten, karena pembuatannya yang cukup lama sehingga pati yang terdapat di dalamnya mengalami interaksi dengan fraksi amilosa selama proses pembuatan. Proses ini menghasilkan pati resisten yang dapat menyehatkan pencernaan.
***
Sumber: sarihusada.co.id
